Senin, 31 Januari 2011

MAKANAN HALAL DAN HARAM



MAKANAN HALAL DAN HARAM
by sariono sby


Makanan yang Halal

Halal artinya boleh, jadi makanan yang halal ialah makanan yang dibolehkan untuk dimakan menurut ketentuan syari’at Islam. segala sesuatu baik berupa tumbuhan, buah-buahan ataupun binatang pada dasarnya adalah hahal dimakan, kecuali apabila ada nash Al-Quran atau Al-Hadits yang menghatamkannya. Ada kemungkinan sesuatu itu menjadi haram karena memberi mudharat bagi kehidupan manusia seperti racun, barang-barang yang menjijikan dan sebagainya.

Allah berfirman :
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al-Baqarah : 17)

“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi.” (QS. Al-Baqarah : 168).

“Menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf : 157)

Dari Abu Hurairah RA. ia berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Sesungguhnya Allah SWT adalah Zat Yang Maha Baik, tidak mau menerima kecuali yang baik, dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan orang-orang mu’min sesuai dengan apa yang diperintahkan kepada para Rasul. Allah Ta’ala berfirman : Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal yang sholeh. Allah Ta’ala berfirman : Hai orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kamu sekalian…”. (HR. Muslim)

Rasulullah SAW, ditanya tentang minyak sanin, keju dan kulit binatang yang dipergunakan untuk perhiasan atau tempat duduk. Rasulullah SAW bersabda : Apa yang dihalalkan oleh Allah dalam Kitab-Nya adalah halal dan apa yang diharamkan Allah di dalam Kitab-Nya adalah haram, dan apa yang didiamkan (tidak diterangkan), maka barang itu termasuk yang dimaafkan”. (HR. Ibnu Majah dan Turmudzi).

Berdasarkan firman Allah dan hadits Nabi SAW, dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis makanan yang halal ialah :

1. Semua makanan yang baik, tidak kotor dan tidak menjijikan.
2. Semua makanan yang tidak diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya.
3. semua makanan yang tidak memberi mudharat, tidak membahayakan kesehatan jasmani dan tidak merusak akal, moral, dan aqidah.
4. Binatang yang hidup di dalam air, baik air laut maupun air tawar.

Makanan yang Haram

Haram artinya dilarang, jadi makanan yang haram adalah makanan yang dilarang oleh syara’ untuk dimakan. Setiap makanan yang dilarang oleh syara’ pasti ada bahayanya dan meninggalkan yang dilarang syara’ pasti ada faidahnya dan mendapat pahala.

Pada dasarnya macam makanan haram ada dua hal yaitu :
a. haram li dzati ( haram karena bendanya/zatnya haram).
b. Haram li sababi ( haram sebab cara memperolehnya dengan cara haram walaupun makanan itu halal secara zatnya)

Adapun terhadap binatang, diharamkannya bintang tersebut karena :
1. Haram karena terdapat nash yang mengharamkan, baik dari Al Qur'an maupun Al Hadis, seperti : Babi, anjing, himar(keledai), bintang buas yang bertaring dan burung yang berkuku tajam.
2. Haram karena diperintahkan untuk membunuhnya, yaitu : ular, burung gagak, tikus, anjing buas dan burung elang.
3. Haram karena kita dilarang membunuhnya, yaitu : semut, tawon (lebah), burung hud-hud dan burung hantu.
4. Haram karena keadaanya menjijikkan, keji atau kotor, sebagian ulama' menyebutnya hasyarat, yaitu binatang bumi yang kecil-kecil dan kotor-kotor, misalnya ulat, kutu anjing, kutu busuk, cacing lintah,lalat, laba-laba, nyamuk, kumbang, kecoa dan sejenisnya


Yang termasuk makanan yang diharamkan adalah :

1. Semua makanan yang disebutkan dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 3 dan Al-An’am ayat 145 :

“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala.” (QS. Al-Maidah : 3)

“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah. Barang siapa yang dalam keadaan terpaksa sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka sesungguhnya Tuhanmu Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-An’am : 145)

Catatan :
semua bangkai adalah haram kecuali bangkai ikan dan belalang.
semua darah haram kecuali hati dan limpa.

2. Semua makanan yang keji, yaitu yang kotor, menjijikan.

“Dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk.” (QS. Al-A’raf : 157)
3. Semua jenis makanan yang dapat mendatangkan mudharat terhadap jiwa, raga, akal, moral dan aqidah.

“Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak atau pun yang tersembunyi (akibatnya), dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar.” (QS. Al-A’raf : 33).
4. Bagian yang dipotong dari binatang yang masih hidup.

Sabda Nabi SAW : “Daging yang dipotong dari binatang yang masih hidup, maka yang terpotong itu termasuk bangkai”. (HR. Ahmad)
5. Makanan yang didapat dengan cara yang tidak halal seperti makanan hasil curian, rampasan, korupsi, riba dan cara-cara lain yang dilarang agama.

Minuman yang Halal

Minuman yang halal pada dasarnya dapat dibagi menjadi 4 bagian :

1. Semua jenis aiar atau cairan yang tidak membahayakan bagi kehidupan manusia, baik membahayakan dari segi jasmani, akal, jiwa, maupun aqidah.
2. Air atau cairan yang tidak memabukkan walaupun sebelumnya pernah memabukkan seperti arak yang berubah menjadi cuka.
3. Air atau cairan itu bukan berupa benda najis atau benda suci yang terkena najis.
4. Air atau cairan yang suci itu didapatkan dengan cara-cara yang halal yang tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam.

Minuman yang Haram

1. Semua minuman yang memabukkan atau apabila diminum menimbulkan mudharat dan merusak badan, akal, jiwa, moral dan aqidah seperti arak, khamar, dan sejenisnya.

Allah berfirman : Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: “Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”. (QS. Al-Baqarah : 219)

Dalam ayat lain Allah berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan setan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. Al-Maidah : 90)

Nabi SAW bersabda : “Sesuatu yang memabukkan dalam keadaan banyak, maka dalam keadaan sedikit juga tetap haram.” (HR An-Nasa’i, Abu Dawud dan Turmudzi).
2. Minuman dari benda najis atau benda yang terkena najis.
3. Minuman yang didapatkan dengan cara-cara yang tidak halal atau yang bertentangan dengan ajaran Islam.

http://referensiagama.blogspot.com

KAIFIAT MAKAN DAN MINUM MENURUT ISLAM



KAIFIAT MAKAN DAN MINUM MENURUT ISLAM
By Sariono sby

Makan dan minum yang benar nerupakan bentuk bersyukur kepada Allah SWT. Orang yang tidak mau memenuhi kebutuhan makan dan minum, padahal jasadnya membutuhkannya, berarti ia tidak mensyukuri nikmat Allah SWT.

Banyak orang memandang proses makan dan minum sebagai sesuatu yang lazim, adat atau kebutuhan hidup. Hingga tak jarang terdengar ungkapan bahwa: "Hidup untuk makan dan makan untuk hidup". Dalam Islam, makan dan minum tidak hanya difahami secara sempit seperti dia atas.
Kaum muslimin memandang, bahwa proses makan dan minum hanyalah sebagai sarana, bukan tujuan hidup. Mereka menjadikannya sebagai penunjang keselamatan badan untuk memaksimalkan ibadah kepada Alloh subhanahu wa ta'ala.
Dengan demikian dalam proses makan dan minum mereka senantiasa memperhatikan adab-adab yang telah di contohkan Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. Diantara adab-adab tersebut adalah:
A. Adab Sebelum Makan Dan Minum.
1) Makanan dan minuman harus halal dan baik.
Alloh subhanahu wa ta'ala berfirman:
"Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithon; Karena Sesungguhnya syaithon itu adalah musuh yang nyata bagi kalian". (QS. Al Baqarah [2]: 168)
"Alloh subhanahu wa ta'ala memberikan nikmat kepada mereka dengan memerintahkan mereka untuk makan seluruh apa yang ada dimuka bumi, berupa biji-bijian, buah-buahan, sayur-sayuran, dan hewan yang halal. Artinya dihalalkan memakannya, bukan dengan merampas, mencuri, sarana perdagangan yang diharamkan atau dengan cara yang di haramkan serta (yang baik) artinya bukan barang kotor, darah, daging, babi dan laim-lain". (Tafsir Taisir Karim Rohman: 63)
2) Makan dan minum harus diniatkan untuk ta'at kepada Alloh subhanahu wa ta'ala.
3) Mencuci kedua tangan agar bersih dan suci.
4) Hendaklah makan secara bersama-sama atau berjama'ah.
Rouslulloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ يُبَارِكُ لَكُمْ فِيْهِ"

"Berjama'ahlah dalam makanan kalian, niscaya kalian akan diberikan berkah di dalamnya". (HR. Ibnu Majah: 3286)
B. Adab Ketika Makan Dan Minum.
1) Mengucapkan Basmalah (بِسْمِ اللهِ).
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ فَلْيَقُلْ بِسْمَ اللهِ تَعَالَى فَإِنْ نَسِيَ فِيْ أَوَّلِهِ فَلْيَقُلْ بِسْمِ اللهِ فِيْ أَوَّلِهِ وَآخِرِهِ
"Apabila salah seorang dari kalian makan, maka ucapkanlah {بِسْمِ اللهِ} dan jika lupa pada waktu awalnya, maka ucapkanlah { بِسْمِ اللهِ فِيْ أِوَّلِهِ وَآخِرِهِ}. (HR. Tirmidzi: 1865)
2) Menggunakan tangan kanan dan makan makanan yang lebih dekat dengan dirinya lebih dahulu.
Umar bin Abi Salamah rodhiallohu anhu berkata:
"كُنْتُ غُلَامًا فِيْ حِجْرِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَتْ يَدِي تَطِيْشُ فِيْ الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِيْ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :يَا غُلَامُ سَمِّ اللهَ تَعَالَى وَكُلْ بِيَمِيْنِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيْكَ"
"Dahulu, aku menjadi pembantu di rumah Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam. Dengannya aku pernah merambah piring makanan, lalu Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda kepadaku: "Hai nak! Ucapkan Basmalah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah apa yang dekat denganmu". (HR. Bukhori: 5376 dan Muslim: 2022)
3) Hendaklah sisa-sisa makanan yang ada dipiring atau ditangan dibersihkan dengan mulutnya agar tidak tersisa sedikitpun hal yang mengandung barokah. Dan hendaklah makanan-makanan yang jatuh ke tanah, dibersihkan lalu dimakan dengan baik.
Anas bin Malik rodhiallohu anhu berkata:
"إِذَا أَكَلَ طَعَامًا لَعِقَ أَصَابِعَهُ الثَّلَاثَ ،وَقَالَ: إِذَا سَقَطَتْ لُقْمَةُ أَحَدِكُمْ فَلْيَأْخُذْهَا وَلْيُمِطْ عَنْهَا الأَذَى وَلْيَأْكُلْهَا وَلَا يَدَعْهَا لِلشَّيْطَانِ. وَأَمَرَنَا أَنْ نَسْلُتَ القَصْعَةَ .وَقَالَ: إِنَّكُمْ لَا تَدْرُوْنَ فِيْ أَيْ طَعَامِكُمْ البَرَكَةُ"
"Sesungguhnya Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam apabila makan, beliau menjilat tiga jarinya (yang digunakan untuk makan). Beliau bersabda: "Apabila makanan kalian jatuh, ambillah dan cucilah kotorannya, lalu makanlah. Dan jangan biarkan bagian untuk syaithon. Beliau memerintahkan kami untuk membersihkan piring makanan. Beliau bersabda: "Sesungguhnya kalian tidak tahu, makanan kalian yang mana berbarokah". (HR. Muslim: 2034)
4) Disunnahkan untuk berjama'ah ketika makan.
Sesungguhnya orang-orang berkata: "Ya Rosulalloh, kami makan tetapi tidak kenyang". Rosululloh bertanya: "mungkin kalian saling sendiri-sendiri?". Mereka menjawab: "Ya". Rosululloh bersabda:
"فَاجْتَمِعُوْا عَلَى طَعَامِكُمْ وَاذْكُرُوْا اسْمَ اللهِ يُبَارِكُ لَكُمْ فِيْهِ"
"Berkumpullah kalian ketika makan, dan sebutlah nama Alloh subhanahu wa ta'ala niscaya kalian diberi berkah". Dilarang mencela makanan, jika tidak suka ditinggalkan. (HR. Abu Daud: 3764)
Abu Huroiroh rodhiallohu anhu berkata:
"مَا عَابَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَعَامًا قَطُّ إِنْ اشْتَهَاهُ أَكَلَهُ وَإِنْ كَرَهَهُ تَرَكَهُ"
"Rosululloh tidak pernah mencela makanan sedikitpun. Jika ia suka, ia memakannya dan jika benci, ia tinggalkan". (HR. Bukhori:Fath Bari 9/547 Muslim: 2064)
5) Dilarang minum sambil berdiri, bernafas / meniupa minuman dan menum langsung dari botol.
Ibnu Abbas rodhiallohu anhuma berkata:
"أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يَتَنَفَّسَ فِيْ الإِنَاءِ"
"Sesungguhnya Nabi sholallohu alaihi wa sallam melarang bernafas pada bejana". (HR. Bukhori: 1/221 dan Muslim: 261)
Abu Sa'id Al-Khudri rodhiallohu anhu berkata:
"نَهَى رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ اخْتِنَاثِ الأَسْقِيَةِ"
"Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam melarang minum dari ujung botol/ teko". (HR. Bukhori: 10/78 dan Muslim: 2023)
C. Adab Selesai Makan Dan Minum.
1) Apabila selesai makan, mengucapkan Hamdalah, diantaranya:
"الحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَطْعَمَنِيْ هَذَا وَرَزَقَنِيْهِ مِنْ غَيْرِ حَوْلٍ مِنِّيْ وَلَا قُوَّةٍ"
Abu Umamah rodhiallohu anhu berkata:
"أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ إِذَا رَفَعَ مَائِدَتَهُ قَالَ :الحَمْدُ للهِ حَمْدًا كَثِيْرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيْهِ غَيْرَ مَكْفِيِّ وَلَا مُوَدَّعٍ وَلَا مُسْتَغْنَي عَنْهُ رَبِّنَا"
"Sesungguhnya Nabi sholallohu alaihi wa sallam apabila menyelesaikan makannya, beliau berdo'a: "Segala puji bagi Alloh yang banyak, baik dan penuh. Pujian yang tidak mencukupi, yang tidak dititipkan dan tidak dibutuhkan oleh Robb kami". (HR. Bukhori: 5458 dan Muslim: 3452)
2) Tida terlalu kenyang dalam makan dan minum
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:
"الكَافِرُ يَأْكُلُ فِيْ سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ وَ المُؤْمِنُ فِيْ مِعَى وَاحِدٍ"
"Orang kafir makan dalam tujuh usus, sedangkan orang mukmin makan dalam satu usus". (HR. Muslim: 2060)
"المُؤْمِنُ يَشْرَبُ فِيْ مِعَى وَاحِدٍ وَالكَافِرُ يَشْرَبُ فِيْ سَبْعَةِ أَمْعَاءٍ"
"orang mukmin minum dalam satu usus, sedangkan orang kafir minum dalam tujuh usus". (HR. Muslim: 2063)

http://referensiagama.blogspot.com
Disadur dari: http://nurulilmi.com/maudhui/ahlaq-a-adab/53-ahlaq-a-adab/614-adab-makan-dan-minum.html

Minggu, 30 Januari 2011

4 Nabi yang masih hidup dan tetap diberi riziqi Oleh Allah swt.




4 Nabi yang masih hidup dan tetap diberi riziqi Oleh Allah swt.
By sariono sby

Empat Nabi yang masih hidup dan tetap diberi riziqi oleh Allah swt adalah golongan yang dikhususkan oleh Allah swt.
a. Dua Nabi Ada dibumi yaitu nabi Khidr dan Nabi ilyas a.s.
Ditempatkan di bagian bumi yang khusus yang Allah yang maha tahu yang mengetahui
tempat itu
b. Dua Nabi ada di langit yaitu nabi isa dan nabi idris a.s.
Ditempatkan di bagian langit yang khusus yang Allah yang maha tahu yang mengetahui
tempat itu.
Untuk menjelaskan hal ini, kami jelaskan 5 peringkat hayah (kehidupan)
Satu pandangan Bediuzzaman Said Nursi di dalam Maktubat, al-Maktub al-Awwal, dari
koleksi Rasail al-Nur. Nursi menjawab satu masalah…adakah Sayyidina Khidr masih
hidup?
Nursi menjawab ya…kerana ‘hayah’itu 5 peringkat. Nabi Khidr di peringkat kedua.
5 Peringkat itu ialah:

1. Kehidupan kita sekarang yang banyak terikat pada masa dan tempat.
2.Kehidupan Sayyidina Khidr dan Sayyidina Ilyas. Mereka mempunyai sedikit
kebebasan dari ikatan seperti kita. Mereka boleh berada di byak tempat dalam satu masa.
boleh makan dan minum bila mereka mahu. Para Awliya’dan ahli kasyaf telah
meriwayatkan secara mutawatir akan wujudnya‘hayah’di peringkat ini. Sehingga di
dalam maqam‘walayah’ada dinamakan maqam Khidr.
3.Peringkat ketiga ini seperti kehidupan Nabi Idris dan Nabi Isa. Nursi kata,
peringkat ini kehidupan nurani yang menghampiri hayah malaikat.
4.Peringkat ini pula…ialah kehidupan para syuhada’. Mereka tidak mati, tetapi
mereka hidup seperti disebut dalam al-Qur’an. Ustaz Nursi sendiri pernah musyahadah
peringkat kehidupan ini.
5.Dan yang tingkat Hayah ini atau kehidupan rohani sekalian ahli kubur yang
meninggal
Wallahhua’lam. Subhanaka la ‘ilma lana innaka antal ‘alimul hakim
Berikut ini kami nukilkan kisahnya :
1. Perihal Nabi Khidr‘alaihi salam.
Bukhari, Ibn al-Mandah, Abu Bakar al-Arabi, Abu Ya’la, Ibn al-Farra’, Ibrahim al-Harbi
dan lain-lain berpendapat, Nabi Khidir a.s. tidak lagi hidup dengan jasadnya, ia telah
wafat. Yang masih tetap hidup adalah ruhnya saja, iaitu sebagaimana firman Allah:
ﺎ ﻣ ﺎ ﻨ ﻠ ﻌ ﺟ ﺮ ﺸ ﺒ ﻟ ﻦ ﱢﻣ ﻚ ﻠ ﺒ ﻗ ﺪ ﻠ ﺨ ﻟ ﺈ ﻓ ﱠﺖﱢﻣ ﻢ ﮭ ﻓ ﺪ ﻟ ﺎ ﺨ ﻟ
“Kami tidak menjadikan seorang pun sebelum engkau (hai Nabi), hidup kekal abadi.”
(al-Anbiya’: 34)
Hadith marfu’dari Ibn Umar dan Jabir (r.a.) menyatakan:
“Setelah lewat seratus tahun, tidak seorang pun yang sekarang masih hidup di muka
bumi.”
Ibn al-Šalah, al-Tsa’labi, Imam al-Nawawi, al-Hafiz Ibn Hajar al-Asqalani dan kaum Sufi
pada umumnya; demikian juga jumhurul-‘ulama’dan ahl al-šalah (orang-orang saleh),
semua berpendapat, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya, ia akan
meninggal dunia sebagai manusia pada akhir zaman. Ibn Hajar al-Asqalani di dalamFath
al-Barimenyanggah pendapat orang-orang yang menganggap Nabi Khidir a.s. telah
wafat, dan mengungkapkan makna hadith yang tersebut di atas, iaitu huraian yang
menekankan, bahawa Nabi Khidir a.s. masih hidup sebagai manusia. Ia manusia makhsus
(dikhususkan Allah), tidak termasuk dalam pengertian hadith di atas.
Mengenai itu kami berpendapat:
1. Kekal bererti tidak terkena kematian. Kalau Nabi Khidir a.s. dinyatakan masih hidup,
pada suatu saat ia pasti akan wafat. Dalam hal itu, ia tidak termasuk dalam pengertian
ayat al-Qur’an yang tersebut di atas selagi ia akan wafat pada suatu saat.
2. Kalimat‘di muka bumi’yang terdapat dalam hadith tersebut, bermaksud adalah
menurut ukuran yang dikenal orang Arab pada masa itu (dahulu kala) mengenai hidupnya
seorang manusia di dunia. Dengan demikian maka Nabi Khidir a.s. dan bumi tempat
hidupnya tidak termasuk‘bumi’ yang disebut dalam hadith di atas, kerana‘bumi’tempat
hidupnya tidak dikenal orang-orang Arab.
3. Yang dimaksud dalam hal itu ialah generasi Rasulullah s.a.w. terpisah sangat jauh dari masa hidupnya Nabi Khidir a.s. Demikian menurut pendapat Ibn Umar, iaitu tidak akan ada seorang pun yang mendengar bahawa Nabi Khidir a.s. wafat setelah usianya lewat seratus tahun. Hal itu terbukti dari wafatnya seorang bernama Abu al-Thifl Amir, satu- satunya orang yang masih hidup setelah seratus tahun sejak adanya kisah tentang Nabi Khidir a.s.
4. Apa yang dimaksud‘yang masih hidup’dalam hadith tersebut ialah: tidak ada seorang
pun dari kalian yang pernah melihatnya atau mengenalnya. Itu memang benar juga.
5. Ada pula yang mengatakan, bahawa yang dimaksud kalimat tersebut (yang masih
hidup) ialah menurut keumuman (ghalib) yang berlaku sebagai kebiasaaan. Menurut
kebiasaan amat sedikit jumlah orang yang masih hidup mencapai usia seratus tahun. Jika
ada, jumlah mereka sangat sedikit dan menyimpang dari kaedah kebiasaaan; seperti yang
ada di kalangan orang-orang Kurdistan, orang-orang Afghanistan, orang-orang India dan
orang-orang dari penduduk Eropah Timur.
Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya atau dengan jasad yang baru.
Dari semua pendapat tersebut, dapat disimpulkan: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan
jasad dan ruhnya, itu tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya. Tegasnya, Nabi
Khidir a.s masih hidup; atau, ia masih hidup hanya dengan ruhnya, mengingat
kekhususan sifatnya.
Ruhnya lepas meninggalkan Alam Barzakh berkeliling di alam dunia dengan jasadnya
yang baru (mutajassidah). Itupun tidak terlalu jauh dari kemungkinan sebenarnya.
Dengan demikian maka pendapat yang menganggap Nabi Khidir a.s. masih hidup atau
telah wafat, berkesimpulan sama; iaitu: Nabi Khidir a.s. masih hidup dengan jasadnya
sebagai manusia, atau, hidup dengan jasad ruhi (ruhani). Jadi, soal kemungkinan bertemu
dengan Nabi Khidir a.s. atau melihatnya adalah benar sebenar-benarnya. Semua riwayat
mengenai Nabi Khidir a.s. yang menjadi pembicaraan ahlullah (orang-orang bertaqwa
dan dekat dengan Allah S.W.T.) adalah kenyataan yang benar terjadi.
Silakan lihat kitabUšul al-Wušul karya Imam al-Ustaz Muhammad Zaki Ibrahim, Jilid I, Bab: Kisah Khidir Bainas-Šufiyah Wa al-‘Ulama’. Dipetik dengan sedikit perubahan dari al-Hamid al-Husaini,al-Bayan al-Syafi Fi Mafahimil Khilafiyah;Liku-liku Bid‘ah dan
Masalah Khilafiyah(Singapura: Pustaka Nasional Pte Ltd, 1998, m.s. 488).
Banyak sekali riwayat-riwayat tentang nabi khidr dalam kitab-kitab yang mu’tabar. Ada
riwayat yang mengatakan bahwa Nabi khidr masih hidup dan mati ditangan Dajjal.
Dajjal akan menangkap seorang pemuda beriman. Kemudian dajjal menyuruhnya untuk
menyembahnya, tapi pemuda itun menolak dan tetap beriman pada Allah. Lalu Dajjal
membunuhnya dan membelah nya menjadi Dua. satu Bagian Dilempar sejauh mata
memandang dan satu bagian dilempar sejauh mata memandang kesebelah lainnya.
Kemudian Dajjal menghidupkan kembali pemuda itu. dajjal menyuruhnya agar beriman
kepadanya karena ia telah mematikannya lalu menghidupkannya. Maka pemuda itu tidak
mau dan tetap beriman kepada Allah. Pemuda itu bahkan mengatakan“Kamu benar-
benar Dajjal!!”. Lalu Dajjal mewafatkannya lagi.
Ada riwayat yang mengatakan pemuda beriman ini adalah Nabi Khidr a.s.
(wallahua’lam).
************************************************************************
****************************




2. Nabi ilyas a.s.
Ketika sedang berehat datanglah malaikat kepada Nabi Ilyas A.S. Malaikat itu datang
untuk menjemput ruhnya. Mendengar berita itu, Ilyas menjadi sedih dan menangis.
“Mengapa engkau bersedih?”tanya malaikat maut.
“Tidak tahulah.”Jawab Ilyas.
“Apakah engkau bersedih kerana akan meninggalkan dunia dantakut menghadapi maut?”
tanya malaikat.
“Tidak. Tiada sesuatu yang aku sesali kecuali kerana aku menyesal tidak boleh lagi
berzikir kepada Allah, sementara yang masih hidup boleh terus berxikir memuji Allah,”
jawab Ilyas.
Saat itu Allah lantas menurunkan wahyu kepada malaikat agar menunda pencabutan
nyawa itu dan memberi kesempatan kepada Nabi Ilyas berzikir sesuai dengan
permintaannya. Nabi Ilyas ingin terus hdup semata-mata kerana ingin berzikir kepada
Allah. Maka berzikirlah Nabi Ilyas sepanjang hidupnya.
“Biarlah dia hidup di taman untuk berbisik dan mengadu serta berzikir kepada-Ku sampai
akhir nanti.”Kata Allah.
************************************************************************
********************************
3. Nabi‘idris a.s.
Diriwayatkan Nabi Idris as. telah naik ke langit pada hari Isnin. Peristiwa naiknya Nabi Idris as. ke langit
ini, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Quran.
Firman Allah SWT bermaksud:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka) kisah, Idris yang tersebut di dalam Al-Quran.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan Kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”(Maryam: 56-57)
Nama Nabi Idris as. yang sebenarnya adalah‘Akhnukh’. Sebab beliau dinamakan Idris, kerana beliau
banyak membaca, mempelajari (tadarrus) kitab Allah SWT.
Setiap hari Nabi Idris menjahit qamis (baju kemeja), setiap kali beliau memasukkan jarum untuk menjahit pakaiannya, beliau mengucapkan tasbih. Jika pekerjaannya sudah selesai, kemudian pakaian itu diserahkannya kepada orang yang menempahnya dengan tanpa meminta upah. Walaupun demikian, Nabi Idris masih sanggup beribadah dengan amalan yang sukar untuk digambarkan. Sehingga Malaikat Maut sangat rindu berjumpa dengan beliau.
Kemudian Malaikat Maut bermohon kepada Allah SWT, agar diizinkan untuk pergi menemui Nabi Idris as.
Setelah memberi salam, Malaikat pun duduk.
Nabi Idris as. mempunyai kebiasaan berpuasa sepanjang masa. Apabila waktu berbuka telah tiba, maka
datanglah malaikat dari Syurga membawa makanan Nabi Idris, lalu beliau menikmati makanan tersebut.
Kemudian baginda beribadah sepanjang malam. Pada suatu malam Malaikat Maut datang menemuinya,
sambil membawa makanan dari Syurga. Nabi Idris menikmati makanan itu. Kemudian Nabi Idris berkata
kepada Malaikat Maut:“Wahai tuan, marilah kita nikmati makanan ini bersama-sama.”Tetapi Malaikat itu
menolaknya.
Nabi Idris terus melanjutkan ibadahnya, sedangkan Malaikat Maut itu dengan setia menunggu sampai terbit matahari. Nabi Idris merasa hairan melihat sikap Malaikat itu. Kemudian beliau berkata:“Wahai tuan, mahukah tuan bersiar-siar bersama saya untuk melihat keindahan alam persekitaran? Malaikat Maut menjawab: Baiklah Wahai Nabi Allah Idris.”
Maka berjalanlah keduanya melihat alam persekitaran dengan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan hidup di
situ. Akhirnya ketika mereka sampai pada suatu kebun, maka Malaikat Maut berkata kepada Nabi Idris as.:
“Wahai Idris, adakah tuan izinkan saya untuk mengambil ini untuk saya makan? Nabi Idris pun menjawab:
Subhanallah, mengapa malam tadi tuan tidak mahu memakan makanan yang halal, sedangkan sekarang
tuan mahu memakan yang haram?”
Kemudian Malaikat Maut dan Nabi Idris meneruskan perjalanan mereka. Tidak terasa oleh mereka bahawa mereka telah bersiar-siar selama empat hari. Selama mereka bersahabat, Nabi Idris menemui beberapa keanehan pada diri temannya itu. Segala tindak-tanduknya berbeza dengan sifat-sifat manusia biasa. Akhirnya Nabi Idris tidak dapat menahan hasrat ingin tahunya itu.
Kemudian beliau bertanya:“Wahai tuan, bolehkah saya tahu, siapakah tuan yang sebenarnya?
Saya adalah Malaikat Maut.”
“Tuankah yang bertugas mencabut semua nyawa makhluk?”
“Benar ya Idris.”
“Sedangkan tuan bersama saya selama empat hari, adakah tuan juga telah mencabut nyawa-nyawa
makhluk?”
“Wahai Idris, selama empat hari ini banyak sekali nyawa yang telah saya cabut. Roh makhluk-makhluk itu
bagaikan hidangan di hadapanku, aku ambil mereka bagaikan seseorang sedang menyuap-nyuap makanan.”
“Wahai Malaikat, apakah tujuan tuan datang, apakah untuk ziarah atau untuk mencabut nyawaku?”
“Saya datang untuk menziarahimu dan Allah SWT telah mengizinkan niatku itu.”
“Wahai Malaikat Maut, kabulkanlah satu permintaanku kepadamu, iaitu agar tuan mencabut nyawaku,
kemudian tuan mohonkan kepada Allah agar Allah menghidupkan saya kembali, supaya aku dapat
menyembah Allah Setelah aku merasakan dahsyatnya sakaratul maut itu.”
Malaikat Maut pun menjawab:“Sesungguhnya saya tidaklah mencabut nyawa seseorang pun, melainkan
hanya dengan keizinan Allah.”
Lalu Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut, agar ia mencabut nyawa Idris as. Maka
dicabutnyalah nyawa Idris saat itu juga. Maka Nabi Idris pun merasakan kematian ketika itu.
Di waktu Malaikat Maut melihat kematian Nabi Idris itu, maka menangislah ia. Dengan perasaan hiba dan sedih ia bermohon kepada Allah supaya Allah menghidupkan kembali sahabatnya itu. Allah mengabulkan permohonannya, dan Nabi Idris pun dihidupkan oleh Allah SWT kembali.
Kemudian Malaikat Maut memeluk Nabi Idris, dan ia bertanya:“Wahai saudaraku, bagaimanakah tuan
merasakan kesakitan maut itu?“
“Bila seekor binatang dilapah kulitnya ketika ia masih hidup, maka sakitnya maut itu seribu kali lebih sakit
daripadanya.
“Padahal-kelembutan yang saya lakukan terhadap tuan, ketika saya mencabut nyawa tuan itu, belum pernah
saya lakukan terhadap sesiapa pun sebelum tuan.”
“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai permintaan lagi kepada tuan, iaitu saya sungguh-sungguh
berhasrat melihat Neraka, supaya saya dapat beribadah kepada Allah SWT lebih banyak lagi, setelah saya
menyaksikan dahsyatnya api neraka itu.”
“Wahai Idris as. saya tidak dapat pergi ke Neraka jika tanpa izin dari Allah SWT.”
Akhirnya Allah SWT mewahyukan kepada Malaikat Maut agar ia membawa Nabi Idris ke dalam Neraka. Maka pergilah mereka berdua ke Neraka. Di Neraka itu, Nabi Idris as. dapat melihat semua yang diciptakan Allah SWT untuk menyiksa musuh-musuh-Nya. Seperti rantai-rantai yang panas, ular yang berbisa, kala, api yang membara, timah yang mendidih, pokok-pokok yang penuh berduri, air panas yang mendidih dan lain-lain.
Setelah merasa puas melihat keadaan Neraka itu, maka mereka pun pulang. Kemudian Nabi Idris as. berkata kepada Malaikat Maut:“Wahai Malaikat Maut, saya mempunyai hajat yang lain, iaitu agar tuan dapat menolong saya membawa masuk ke dalam Syurga. Sehingga saya dapat melihat apa-apa yang telah disediakan oleh Allah bagi kekasih-kekasih-Nya. Setelah itu saya pun dapat meningkatkan lagi ibadah saya kepada Allah SWT. Saya tidak dapat membawa tuan masuk ke dalam Syurga, tanpa perintah dari Allah SWT.”Jawab Malaikat Maut.
Lalu Allah SWT pun memerintahkan kepada Malaikat Maut supaya ia membawa Nabi Idris masuk ke
dalam Syurga.
Kemudian pergilah mereka berdua, sehingga mereka sampai di pintu Syurga dan mereka berhenti di pintu
tersebut.
Dari situ Nabi Idris dapat melihat pemandangan di dalam Syurga. Nabi Idris dapat melihat segala macam kenikmatan yang disediakan oleh Allah SWT untuk para wali-waliNya. Berupa buah-buahan, pokok-pokok yang indah dan sungai-sungai yang mengalir dan lain-lain.
Kemudian Nabi Idris berkata:“Wahai saudaraku Malaikat Maut, saya telah merasakan pahitnya maut dan saya telah melihat dahsyatnya api Neraka. Maka mahukah tuan memohonkan kepada Allah untukku, agar Allah mengizinkan aku memasuki Syurga untuk dapat meminum airnya, untuk menghilangkan kesakitan mati dan dahsyatnya api Neraka?”
Maka Malaikat Maut pun bermohon kepada Allah. Kemudian Allah memberi izin kepadanya untuk memasuki Syurga dan kemudian harus keluar lagi. Nabi Idris pun masuk ke dalam Syurga, beliau meletakkan kasutnya di bawah salah satu pohon Syurga, lalu ia keluar kembali dari Syurga. Setelah beliau berada
di luar, Nabi Idris berkata kepada Malaikat Maut: “Wahai Malaikat Maut, aku telah meninggalkan kasutku di dalam Syurga.
Malaikat Maut pun berkata: Masuklah ke dalam Syurga, dan ambil kasut tuan.”
Maka masuklah Nabi Idris, namun beliau tidak keluar lagi, sehingga Malaikat Maut memanggilnya:“Ya
Idris, keluarlah!. Tidak, wahai Malaikat Maut, kerana Allah SWT telah berfirman bermaksud:“Setiap yang
berjiwa akan merasakan mati.”(Ali-Imran: 185)
Sedangkan saya telah merasakan kematian. Dan Allah berfirman yang bermaksud:“Dan tidak ada seorang
pun daripadamu, melainkan mendatangi Neraka itu.”(Maryam: 71)
Dan saya pun telah mendatangi Neraka itu. Dan firman Allah lagi yang bermaksud:“…Dan mereka sekali-
kali tidak akan dikeluarkan daripadanya (Syurga).”(Al-Hijr: 48)
Maka Allah menurunkan wahyu kepada Malaikat Maut itu:“Biarkanlah dia, kerana Aku telah menetapkan
di azali, bahawa ia akan bertempat tinggal di Syurga.”
Allah menceritakan tentang kisah Nabi Idris ini kepada Rasulullah SAW dengan firman-Nya bermaksud:
“Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris yang tersebut di dalam Al-Quran.
Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi. Dan kami telah
mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”(Maryam: 56-57)
************************************************************************
****************************
4. Kisah Nabi‘isa a.s.
Seorang lagi Nabi Allah yang diceritakan dari kecil di dalam al-Qur’an ialah Isa. Baginda
diutus kepada kaum Bani Israil dengan kitab Injil yang diturunkan sebelum al-Qur’an.
Di dalam al-Qur’an, Nabi Isa disebut dengan empat panggilan iaituIsa,Isa putera
Mariam, putera Mariam, dan al-Masih.
Ibunya seorang yang sangat dimuliakan Allah. Dia memilihnya di atas semua perempuan
di semua alam. Firman-Nya,“Dan ketika malaikat-malaikat berkata,‘Wahai Mariam,
Allah memilih kamu, dan membersihkan kamu, dan Dia memilih kamu di atas semua
perempuan di semua alam’”(3:42).
Mariam, ibu Nabi Isa, telah menempuh satu ujian yang amat berat daripada Allah. Dia dipilih untuk melahirkan seorang Nabi dengan tanpa disentuh oleh seseorang lelaki. Dia adalah seorang perempuan yang suci.
Kelahiran
Kelahiran Nabi Isa merupakan suatu mukjizat kerana dilahirkan tanpa bapa. Kisahnya
diceritakan di dalam al-Qur’an. Di sini, ceritanya bermula dari kunjungan malaikat
kepada Mariam atas perintah Allah. Ketika itu, malaikat menyerupai manusia dengan
tanpa cacat. Kemunculan malaikat membuat Mariam menjadi takut lalu berkata,
“Aku berlindung pada Yang Pemurah daripada kamu, jika kamu bertakwa (takut kepada
Tuhan)!’
Dia (malaikat) berkata,‘Aku hanyalah seorang rasul yang datang daripada Pemelihara
kamu, untuk memberi kamu seorang anak lelaki yang suci.’”(19:18-19)
Pada ayat yang lain, diceritakan bahawa malaikat yang datang itu telah memberi nama
kepada putera yang bakal dilahirkan. Nama itu diberi oleh Allah, dan dia (Isa) akan
menjadi terhormat di dunia dan akhirat sambil berkedudukan dekat dengan Tuhan.
Ayatnya berbunyi:
“Wahai Mariam, Allah menyampaikan kepada kamu berita gembira dengan satu Kata
daripada-Nya, yang namanya al-Masih, Isa putera Mariam, terhormat di dunia dan di
akhirat, daripada orang-orang yang didekatkan.”(3:45)
Kemudian Mariam bertanya,
“Bagaimanakah aku akan ada seorang anak lelaki sedang tiada seorang manusia pun
menyentuhku, dan bukan juga aku seorang jalang?”(19:20)
Malaikat menjawab,
“Dia (Allah) berkata, ‘Begitulah; Pemelihara kamu telah berkata, ‘Itu mudah bagi-Ku;
dan supaya Kami membuat dia satu ayat (tanda) bagi manusia, dan satu pengasihan
daripada Kami; ia adalah perkara yang telah ditentukan’”(19:21).
Maka lahirlah Isa putera Mariam lebih enam ratus tahun sebelum Nabi Muhammad dilahirkan. Allah membuat Nabi Isa dan ibunya satu ayat (tanda) bagi manusia, iaitu tanda untuk menunjukkan kebesaran-Nya (23:50).
Kerasulan dan Kenabian
Isa adalah seorang Nabi dan juga seorang Rasul. Baginda dan beberapa orang rasul telah
dilebihkan Allah daripada rasul-rasul lain. Ada yang Dia berkata-kata kepadanya, ada
yang Dia menaikkan darjat, dan bagi Isa, Dia memberi bukti-bukti yang jelas serta
mengukuhkannya dengan Roh Suci. Firman-Nya:
“Dan rasul-rasul itu, sebahagian Kami melebihkan di atas sebahagian yang lain.
Sebahagian ada yang kepadanya Allah berkata-kata, dan sebahagian Dia menaikkan darjat. Dan Kami memberikan Isa putera Mariam bukti-bukti yang jelas, dan Kami mengukuhkan dia dengan Roh Qudus (Suci).”(2:253)
Namun begitu, manusia dilarang oleh Allah untuk membeza-bezakan antara para rasul
dan Nabi. Larangan itu berbunyi,
“Katakanlah, ‘Kami percaya kepada Allah, dan apa yang diturunkan kepada kami, dan
apa yang diturunkan kepada Ibrahim, dan Ismail, dan Ishak, dan Yaakub, dan puak-puak,
dan apa yang diberi kepada Musa, dan Isa, dan apa yang diberi kepada Nabi-Nabi
daripada Pemelihara mereka. Kami tidak membeza-bezakan seorang pun antara mereka,
dan kepada-Nya kami muslim.’”(2:136)
Akibat membeza-bezakan Nabi atau Rasul dapat dilihat pada hari ini, iaitu Nabi Isa
dipercayai oleh sesetengah pihak sebagai Tuhan atau anak Tuhan, dan Nabi Muhammad,
dianggap macam Tuhan, yang berhak membuat hukum agama.
Ajaran
Oleh kerana Isa seorang Nabi baginda diberi sebuah Kitab, Injil, yang mengandungi
petunjuk dan cahaya untuk menjadi pegangan Bani Israil. Selain menyuruh Bani Israil
menyembah Allah dengan mentaati Injil, baginda mengesahkan kitab Taurat yang
diturunkan sebelumnya. Dua firman Allah menjelaskannya di sini, berbunyi:
“Dan Kami mengutus, menyusuli jejak-jejak mereka, Isa putera Mariam, dengan
mengesahkan Taurat yang sebelumnya; dan Kami memberinya Injil, di dalamnya
petunjuk dan cahaya,”(5:46) dan,
“Aku (Isa) hanya mengatakan kepada mereka apa yang Engkau memerintahkan aku
dengannya:‘Sembahlah Allah, Pemelihara aku dan Pemelihara kamu.’”(5:117)
Turut disebut di dalam Injil (dan Taurat) ialah berita mengenai kedatangan seorang Nabi
berbangsa Arab, atau ummiy (7:157), dan janji dikurniakan Taman atau Syurga bagi
orang-orang yang berperang di jalan Allah (9:111). Janji itu juga didapati di dalam Taurat
dan al-Qur’an.
Ketika baginda diutus, manusia sedang berselisih dalam hal agama. Maka kedatangannya
adalah juga untuk memperjelaskan apa yang diperselisihkan. Firman Allah:
“dia (Isa) berkata, ‘Aku datang kepada kamu dengan kebijaksanaan, dan supaya aku
memperjelaskan kepada kamu sebahagian apa yang dalamnya kamu memperselisihkan;
maka kamu takutilah Allah, dan taatlah kepadaku.’”(43:63)
Baginda juga memberitahu tentang kedatangan seorang rasul selepas baginda, yang
namanya akan dipuji. Ayat yang mengisahkannya berbunyi:
“Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku (Isa) rasul Allah kepada kamu, mengesahkan
Taurat yang sebelum aku, dan memberi berita gembira dengan seorang rasul yang akan
datang selepas aku, namanyaahmad (dipuji).”(61:6)
Pengikut setia
Seperti Nabi atau Rasul yang lain, baginda mempunyai pengikut-pengikut yang setia dan
juga yang tidak setia atau yang menentang. Pengikut-pengikutnya yang setia percaya
kepada Allah dan kepadanya. Mereka adalah muslim. Firman Allah:
“Dan ketika Aku mewahyukan pengikut-pengikut yang setia, ‘Percayalah kepada-Ku,
dan rasul-Ku’; mereka berkata, ‘Kami percaya, dan saksilah Engkau akan kemusliman
kami.’”(5:111)
Pengikut-pengikut yang setia pula menjadi penolong-penolong, bukan baginya tetapi bagi
Allah. Firman-Nya:
“Berkatalah pengikut-pengikutnya yang setia, ‘Kami akan menjadi penolong-penolong
Allah; kami percaya kepada Allah, dan saksilah kamu akan kemusliman kami.’”(3:52)
Begitu juga bagi pengikut-pengikut setia Nabi-Nabi lain, termasuk Muhammad.
Semuanya menjadi penolong-penolong Allah, untuk melaksana dan menyampaikan
mesej-Nya. Firman Allah:
“Wahai orang-orang yang percaya, jadilah kamu penolong-penolong Allah, sebagaimana
Isa putera Mariam berkata kepada pengikut-pengikut yang setia,‘Siapakah yang akan
menjadi penolong-penolong aku bagi Allah?’Pengikut-pengikut yang setia berkata,
‘Kami akan menjadi penolong-penolong Allah.’”(61:14)
Walau bagaimana pun, pengikut-pengikut Nabi Isa yang setia memerlukan bukti selanjut
untuk megesahkan kebenarannya dan supaya hati mereka menjadi tenteram. Untuk itu
mereka memohon sebuah meja hidangan dari langit. Kisahnya berbunyi begini:
“Dan apabila pengikut-pengikut yang setia berkata, ‘Wahai Isa putera Mariam, bolehkah
Pemelihara kamu menurunkan kepada kami sebuah meja hidangan dari langit?’
Dia (Isa) berkata,‘Kamu takutilah Allah, jika kamu orang-orang mukmin.’
Mereka berkata,‘Kami menghendaki untuk memakan daripadanya, dan hati kami
menjadi tenteram, supaya kami mengetahui bahawa kamu berkata benar kepada kami,
dan supaya kami adalah antara para saksinya.’”(5:112-113)
Justeru itu, baginda memohon kepada Allah,
“Ya Allah, Pemelihara kami, turunkanlah kepada kami sebuah meja hidangan dari langit,
yang akan menjadi bagi kami satu perayaan, yang pertama dan yang akhir bagi kami, dan satu ayat (tanda) daripada Engkau. Dan berilah rezeki untuk kami; Engkau yang terbaik daripada pemberi-pemberi rezeki.”(5:114)
Allah mengabulkan permintaannya. Lantas, meja hidangan yang turun menjadi satu lagi mukjizat bagi Nabi Isa. Dan ia juga menjadi nama sebuah surah di dalam al-Qur’an, iaitu surah kelima, al-Maidah.
Mukjizat
Selain daripada kelahiran yang luar biasa dan meja hidangan, Nabi Isa telah dikurniakan
dengan beberapa mukjizat lain. Ayat berikut menjelaskannya:
“Ketika Allah berkata, ‘Wahai Isa putera Mariam, ingatlah akan rahmat-Ku ke atas kamu,
dan ke atas ibu kamu, apabila Aku mengukuhkan kamu dengan Roh Qudus (Suci), untuk
berkata-katakepada manusia di dalam buaian dan setelah dewasa….. dan apabila kamu
mencipta daripada tanah liat, dengan izin-Ku, yang seperti bentuk burung, dan kamu
menghembuskan ke dalamnya, lalu jadilah ia seekorburung, dengan izin-Ku, dan kamu
menyembuhkanorang buta, dan orangsakit kusta, dengan izin-Ku, dan kamu
mengeluarkan orang yangmati, dengan izin-Ku’….. lalu orang-orang yang tidak
percaya antara mereka berkata,‘Tiadalah ini, melainkan sihir yang nyata.’”(5:110)
Walaupun Nabi Muhammad hanya diberi satu mukjizat, manusia ditegah daripada
berkata bahawa Nabi Isa adalah lebih mulia daripada Nabi Muhammad. Kerana, seperti
yang sudah maklum, amalan membeza-beza para Nabi dan Rasul dilarang Allah.
Diangkat Ke langit
“Apabila Allah berkata, ‘Wahai Isa, Aku akan mematikankamu, dan menaikkan kamu
kepada-Ku, dan Aku membersihkan kamu daripada orang-orang yang tidak percaya
…..’”(3:55)
“Dan aku (Isa) seorang saksi ke atas mereka selama aku di kalangan mereka; tetapi
setelah Engkau mematikan aku, Engkau Sendiri adalah penjaga ke atas mereka; Engkau
saksi atas segala sesuatu.”(5:117)
Akan tetapi, sebahagian daripada kaum Bani Israil mengatakan bahawa mereka telah
membunuhnya disalib. Allah mengatakan yang sebaliknya pula. Apa yang berlaku hanya
satu kesamaan sahaja. Firman-Nya:
“ucapan mereka, ‘Kami telah membunuh al-Masih, Isa putera Mariam, rasul Allah.’
Tetapi mereka tidak membunuhnya, dan tidak juga menyalibnya, tetapi hanya satu
kesamaan yang ditunjukkan kepada mereka. Orang-orang yang berselisih mengenainya
benar-benar dalam keraguan terhadapnya; mereka tidak ada pengetahuan mengenainya,
kecuali mengikuti sangkaan; mereka tidak membunuhnya, yakinlah.”(4:157)
Di akhir zaman nabi‘isa akan turun kembali ke bumi, bukan sebagai nabi tapi sebagai
umat nabi muhammad SAW. (mengikut syariat nabi muhammad). akan berdakwah
mengajak orang2 kristen untuk islam, menghancurkan sali-salib, membunuh dajjal.

http://referensiagama.blogspot.com

Kisah 4 nabi ini dapat dilihat dalam kitab DURRATUN NASHIHIN disadur dari: Gudang Ilmu ahlusunnah : http://salafytobat.wordpress.com

ISRA’ILIYAT DALAM TAFSIR AL-QUR’AN



ISRA’ILIYAT DALAM TAFSIR AL-QUR’AN
by sariono sby



PENDAHULUAN
Pada mulanya yang dimaksud dengan Isra>’ili>ya>t hanyalah menunjukkan riwayat yang bersumber dari kaum Yahudi, namun pada akhirnya ‘ulama ilmu tafsir dan ahli hadis menggunakan istilah tersebut dalam arti yang luas lagi. Yaitu, Isra>’iliya>t adalah seluruh riwayat yang bersumber dari orang Yahudi dan Nas}rani serta selain dari keduanya yang masuk dalam tafsir maupun hadis.Para ulama tafsir dalam hal ini ada yang pro dan ada yang kontra tentang eksistensi Isra>’iliya>t dalam tafsir.
Sumber pengetahuan keagamaan orang Yahudi berasal dari Taurat. Dan pengetahuan keagamaan orang Nasrani adalah Injil. Cukup banyak orang Yahudi dan Nasrani hidup dalam naungan Islam sejak Islam lahir,sambil tetap memilihara pengetahuan keagamaan dan ibadahnya dengan baik.
Ketika Ahl al- Kitab masuk Islam, mereka masih membawa pengetahuan keagamaan mereka berupa cerita dan kisah-kisah keagamaan. Dan disaat membaca kisah-kisah dalam al-Qur’an, terkadang mereka mengemukakan detail detail kisah tersebut seperti yang terdapat dalam kitab suci mereka.
Berita-berita yang diceritakan Ahl al- Kitab yang masuk Islam itulah yang dinamakan Isra’iliya>t.

PEMBAHASAN
A. Isra>’iliya>t Dalam Tafsir Al-Qur’an
1. Pengertian Isra>’iliya>t
Para ‘ulama tafsir dan hadis yang memberikan arti Isra>’iliya>t sebagai cerita yang bersumber dari musuh –musuh Islam baik dari kalangan Yahudi, Nasrani, ataupun lainnya. Muhammad Husein al-Dhaha>bi>, membagi israiliya>t kepada dua bagian. Pertama, israiliya>t sebagai kisah dan dongeng kuno yang menyusup ke dalam tafsir dan hadis yang asal periwayatannya kembali kepada sumber Yahudi dan Nasrani atau yang lainnya. Kedua, kisah dan dongeng yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadis yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber lama. Kisah ini sengaja diselundupkan dengan tujuan merusak akidah Islam.
Kata Isra>’iliya>t ( اسرا علية ) adalah bentuk jamak dari kata mufrad Isra>iliah( ) yang berarti, sesuatu yang dinisbahkan kepada kaum Bani Isra>’il
Isra>’il adalah bahasa Ibra>ni yang tersusun dari dua kata yaitu “Isra>” yang berarti seorang hamba atau seorang pilihan dan “ i>l “ yang berarti Tuhan atau Allah. Maka kata Isra>’il kalau diarabkan menjadi “ ‘Abdulla>h “, seorang hamba Allah.
Kata Isra>’il sendiri merupakan suatu gelar yang berikan Alla>h kepada Nabi Ya’qu>b bin Ish}a>q bin Ibra>hi>m alihimussalam , dalam al-Qur’an Alla>h menyebut Nabi Ya’qu>b dengan sebutan Isra>’il, sebagai berikut: *
‘@ä. ÏQ$yè©Ü9$# tb$Ÿ2 yxÏm ûÓÍ_t6Ïj9 Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) žwÎ) $tB tP§ym ã@ƒÏäÂuŽó Î) 4’n?tã ¾ÏmÅ¡øÿtR `ÏB È
@ö6s% br& tA¨”t\è? èp1u‘öq­G9$# 3 ö@è% (#qè?ù'sù Ïp1u‘öq­G9$$Î/ !$ydqè=ø?$$sù bÎ) öNçGZä. šúüÏ%ω»|¹ ÇÒÌÈ
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan”.
Nabi Ya’qu>b yang bergelar Isra>’il, mempunyai putra sebanyak dua belas orang. Dari dua belas orang ini berkembang biak menjadi keluarga besar yang dikenal dengan sebutan Bani Israil. Dari dua belas orang putra Nabi Ya’qu>b yang paling banyak mempunyai keturunan ialah Yahu>da, putra beliau yang keempat. Selain banyak keturunannya, Yahuda pun terkemuka dalam berbagai hal jika dibandingkan dengan suadara-saudaranya yang lain yang sedikit jumlahnya, seperti keturunan Benyamin( Bun Yamin) meleburkan diri ke dalam golongan Yahu>da. Dan karena jumlahnya banyak dan golongannya besar, maka bangsa Isra>’il yang lainpun telah dibangsakan pula kepada Yahu>da dengan sebutan Yahu>di>.
Di dalam al-Qur’an Allah banyak menyebut kaum Yahu>di> dengan sebutan Bani Isra>’i>l seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
¨bÎ) #x‹»yd tb#uäöà)ø9$# Èà)tƒ 4’n?tã ûÓÍ_t/ Ÿ@ƒÏäÂuŽó Î) uŽsYò2r& “Ï%©!$# öNèd ÏmŠÏù šcqàÿÎ=tGøƒs† ÇÐÏÈ
“Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.
Hal ini untuk mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya mereka itu adalah keturunan seorang Nabi dan Ra>sul pilihan Alla>h, sehingga wajar dan semestinyalah mereka meneladani akhlak Nabi Ya’qu>b AS, dan menjauhi diri dari sifat –sifat tercela seperti khianat dan kufu>r nikmat.
Hakekat Bani Isra>’i>l , mereka adalah anak keturunan Nabi Ya’qu>b AS dan nabi-nabi yang datang sesudahnya, sampai Nabi Isa> AS bahkan sampai diutusnya Nabi Muh}ammad SAW. Muh}ammad bin Muh}ammad Abu> Shuhba>h menjelaskan :” Sejak dahulu mereka sudah dikenal dengan sebutan orang-orang Yahu>di, dan orang-orang yang kemudian beriman kepada Nabi Isa> AS, dikenal dengan sebutan orang-orang Nas}ra>ni>. Sedangkan mereka yang kemudian beriman kepada Nabi Muh}ammad SAW tergolong kaum muslim dan dikenal dengan sebutan orang – orang Isla>m dari golongan Ahl al- Kitab”.
Dari pengertian Bani> Isra>’i>l tersebut kemudian muncullah istilah Isra’i>li>ya>t yang didefinisikan sebagai berikut :
“ Isra’iliya>t adalah sebuah istilah yang dikemukan oleh para ‘ulama peneliti terhadap kisah-kisah dan berita-berita yang bersumber dari agama Yahu>di> dan Nasra>ni> yang masuk kedalam komunitas Isla>m setelah masuknya kelompok Yahu>di> dan Nasra>ni> ke dalam Isla>m atau berpura-pura masuk Isla>m.”
Pada mulanya istilah Isra>’i>liyya>t itu berkaitan dengan kisah-kisah yang bersumber dari Yahu>di , namun dalam perkembangannya kisah-kisah yang bersumber dari Nasra>ni>pun dikategorikan kepada Isra>’i>liya>t. Berkaitan dengan hal ini MM.Abu Shuhbah menjelaskan: “ Sebenarnya kisah-kisah Israiliyyat yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir yang sumber dari Nasrani hanya sedikit dibandingkan dengan yang bersumber dari agama yahudi dan kisah-kisahnya itu tidak banyak berpengaruh terhadap umat Islam,karena secara global hanya berkisar pada masalah etika, nasehat-nasehat keagamaan sebagai penyegar iman dan penyejuk hati. “
Berdasarkan uraian diatas, bahwa yang disebut dengan Isra>’iliya>t adalah segala berita atau kisah yang bersumber dari referensi agama Yahu>di; Kitab Taura>t, Talmu>d dengan penjelasannya dan kisah-kisah palsu yang dibuatnya .
2. Timbulnya Isra>’i>liya>t Dalam penafsiran Al-Qur’a>n
Histografi masuknya berita atau kisah-kisah Isra’il timbul, diawali oleh masuknya kebudayaan Yahu>di> kedalam kebudayaan Arab zaman Jahiliah. Pada waktu itu hidup ditengah-tengah orang Arab beberapa Ahl al- Kitab dari kaum Yahu>di>. Diantara kaum Yahu>di> yang cukup banyak jumlahnya itu ada yang bertempat tinggal di Madinah dan sekitarnya, seperti Bani Qainuqa>’, Bani Nadi>r, dan Bani Quraiz}ah. Sedangkan yang lainnya bertempat tinggal jauh dari Madinah , seperti khaibar, Taima’, Fadak, dan wadi al-Qura>’.
Mereka pindah ke Jazi>rah Arab sejak dahulu kala. Perpindahan mereka itu terjadi besar-besaran, mereka lari dari ancaman penguasa diktator yang bernama Titus al-Ruma>ni>.Mereka pindah ke ke Jazirah Arab bersama kebudayaan yang diambil dari kitab-kitab agama mereka. Uraian-uraian kitab itu mereka terima sebagai warisan dari nabi atau ulama atau imam – imam mereka, lalu mereka wariskan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu Isra>’iliya>t tumbuh dengan subur.
Masuknya Isra>’iliya>t ke dalam tafsi>r telah dimulai telah dimulai pada zaman s}ah}abat setelah masuk Islam beberapa orang Yahu>di>, seperti ‘Abdulla>h bin Sala>m (w.43 H), Ka’ab al-Akhba>r (w.32 H), Wahb bin Munabbih (w.110 H), dan lain-lain yang pada umumnya mempunyai pengetahuan luas mengenai kebudayaan Yahu>di>. Bahkan kalangan Islam sendiri terkadang bertanya kepada mereka mengenai kelengkapan kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qu’an.Sebagaimana dimaklumi bahwa al-Qur’a>n banyak mengandung kisah-kisah, ada kisah Nabi-nabi, dan kisah –kisah umat dahulu yang bukan nabi maupun rasul .
Sebab-sebab yang mendorong meluasnya Isra>’iliya>t dikalangan dikalangan Muslim dan merembes kedalam tafsir, seorang pakar sejarawan muslim terkenal, Ibnu Khaldu>n menulis dalam kitabnya “al-Muqaddamah “ sebagai berikut: ” Para ‘ulama terdahulu telah mengumpulkan tafsir al-Naqli. Hanya saja kitab dan nukilan mereka ada bernilai dan ada yang tidak, ada yang diterima dan ada pula yang mardu>d, Hal demikian disebabkan oleh keadaan bangsa Arab yang tidak berpengetahuan tidak seperti orang-orang ahl al-Kita>b, mereka mayoritas badui dan ummi (tidak bisa menulis dan membaca).
Jika mereka ingin untuk mengetahui sesuatu, sebagaimana naluri manusia yang senantiasa ingin mengetahui sesuatu, misalnya tentang sebab terbentuknya alam semesta, maka orang-orang arab bertanya kepada ahli kitab sebelumnya dan mereka menerima pendapat tersebut. Ahli kitab tersebut adalah orang-orang Yahu>di> dan Nas}ra>ni yang mengikuti agama mereka . Ahli Taura>t yang berada diantara orang-orang arab ketika itu adalah orang-orang badui seperti orang arab lainnya. Mereka tidak mengerti isi Taura>t seperti apa yang diketahui oleh kebanyakan orang yang tidak memahami Taura>t dari Ahl al-Kitab. Mayoritas mereka berasal dari suku Himya>r yang menjadikan Yahu>di> sebagai agama mereka.
Pasca mereka memeluk Islam, keterikatan mereka dengan agama sebelumnya, diluar yang berhubungan dengan hukum-hukum syari’at, masih sangat kuat. Misalnya dalam hal-hal yangberhubungan dengan kisah asal kejadian makhluk, kisah tentang peperangan dan sebagainya. Mereka itu antara lain Ka’b al-Akhba>r , Wahb bin Munabbih, ‘Abdulla>h bin Sala>m dan lain sebagainya. Dengan demikian tafsir-tafsir dipenuhi kutipan –kutipan dari dari mereka. Sejenis dengan kisah-kisah tersebut adalah kisah-kisah yang tidak berhubungan dengan maslah hukum, karena mereka lebih berhati-hati dalam mencari kebenarannya mesti diamalkan.
Dalam masalah yang tidak berhubungan dengan hukum, para mufassir seringkali mempermudahnya dan memenuhi tafsirnya dengan kutipan-kutipan tersebut, Sebagaimana telah dikemukakan tadi, sumber dari kisah tersebut adalah ahli Taura>t yang bertempat tinggal di pedalaman . Tidak ada penelitian yang akurat untuk mengetahui nilai dari apa yang mereka nukil itu. Hanya saja, karena mereka memiliki popularitas dan jabatan yang elit sebagai tokoh agama, maka saat itulah kisah-kisah mereka diterima…”
B. Klasifikasi Isra>’iliya>t dan Hukum Periwayatannya
Menurut Ibnu Taimiyah klasifikasi Isra>’i>liya>t dapat dikategori menjadi tiga :
1. Isra>’ili>ya>t yang S}ah}i>h
2. Isra>’ili>ya>t Ghairu S}ah}i>h
3. Isra>’ili>ya>t Masku>t ‘Anh.

1. Isra>’ili>ya>t Yang S}ah}i>h
Isra>’iliya>t yang dipandang benar yaitu Isra>’iliya>t yang berisi kisah yang berasal dari kisah-kisah yang diriwayatkan secara s}ahih dari Nabi Muhammad SAW dan diyakini kebenarannya. Misalnya kisah tentang sifat-sifat Rasulullh SAW yang terdapat dalam Taurat yang diriwayatkan oleh Ima>m Bukh>ari dalam kitab s}ahihnya berikut ini :
Ima>m Bukhari berkata” Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan,menceritakn kepada kami Fulaih, menceritakan kepada kami Hila>l dari ‘At}a’ bin Yasr ia berkata, “ Aku telah bertemu dengan ‘Abdulla>h bin Amr bi al-‘A>s{ r Ra dan berkata kepadanya,” Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasu>lulla>h yang diterangkan dalam didalam kitab Taura>t ! Ia berkata. Iya, demi Allah sesungguhnya sifat Rasu>lulla>h didalam kitab Taura>t sama seperti yang diterangkan didalam didalam al-Qur’an:
$pkš‰r'¯»tƒ ÓÉ<¨Z9$# !$¯RÎ) y7»oYù=y™ö‘r& #Y‰Îg»x© #ZŽÅe³t6ãBur #\ƒÉ‹tRur ÇÍÎÈ “ Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan “ Dan pemelihara orang-orang ummi>, Engkau adalah hamba-Ku dan rasul-Ku , Aku menyebutmu orang yang bertawakkal, Engkau tidak kasar dan tidak pula keras dan tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mencabut nyawamu sehingga agama Islam lurus dan tegak yaitu mereka mengucapkan : Tiada Tuhan yang patut di sembah selain Alla>h. Dengannya juga Allah akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup.

Dan juga seperti hukuman rajam bagi orang yang berzina dalam kitab Taurat yang tertera kisahnya dalam sahih Bukhari berikut ini :
Imam Bukhari berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ismail bin ‘Abdullah,menceritakan kepada kami Malik bin Nafi’ dari Abdullah bin ‘Umar Ra ia berkata,”Sesungguhnya orang-orang Yahudi pernah datang menghadap Rasulullah SAW,lalu mereka memberitahu kepada rasul,bahwa ada seorang laki-laki dan seorang perempuan dari golongan mereka melakukan zina .Rasulullah SAW bertanya kepada mereka ,” apakah kalian pernah menemukan hukum dalam Taurat terhadap orang yang berzina,adakah hukum rajam ? Mereka menjawab ,”Kami hanya mempermalukan mereka dan mencambuknya.” ‘Abdullah bin Salam berkata,Kalian berdusta,sebenarnya didalam Taurat ada hukuman rajam,Lalu mereka mengambil kitab taurat dan membukanya.Namun ada salah sesorang diantara mereka yang menaruh tangannya diatas ayat rajam,Kemudian ia membaca ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya.’Abdulla>h bin Sala>m berkata kepadanya, “Angkat tanganmu ! “ lalu ia mengangkat tangannya,ternyata benar didalam Taura>t itu ada ayat rajam. Mereka akhirnya berkata,” Ya Muh}ammad, benar, didalam Taura>t ada ayat rajam.” Kemudian Rasu>lulla>h SAW menyuruh agar keduanya dirajam . Ibnu ‘Umar berkata’ “ Aku melihat laki-laki itu mencondongkan badannya kearah perempuan dengan tujuan untuk melindunginya dari lemparan batu.
Kedua kisah tersebut dapat diterima dan dipandang Sa>h}ih. Hukum periwayatannya adalah boleh karena sesuai dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.

2.Israiliyat yang Ghairu S}ah}i>h}
Isra>’i>liya>t Ghairu S}ah}i>h yaitu kisah – kisah Isra>’i>liya>t yang berisi kebohongan dan bertentangan dengan syari’at dan bertentangan dengan akal sehat. Misalnya Nabi Lu>t} AS berzina dengan kedua putrinya. Kisahnya sebagai berikut:
“ Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak perempuannya ke pegunungan karena ia tidak berani tinggal di Zoar, maka ia tinggal dalam satu gua beserta kedua anaknya. Kakaknya berkata kepada adiknya, “Ayah kita sudah tua, dan tidak ada laki-laki dinegeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Marilah kita berikan ayah minuman anggur, lalu kita tidur dengannya, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Pada malam itu mereka memberikan ayah mereka minuman anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya;dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya, ‘ Tadi malam aku telah tidur dengan ayah ; baiklah malam ini juga kita beri dia minuman anggur; masuklah engkau untuk tidur dengannya, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. Demikianlah pada malam itu juga mereka memberikan ayah mereka minuman anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu kedua anak Lot itu mengandung anak dari ayah mereka, yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapak orang Moab yang sekarang. Yang lebih muda pun melahirkan seorang anak laki-laki; dan menamainya Ben-Ami; dialah bapak Bani Amon yang ada sekarang.
Kisah diatas atas adalah kisah tidak benar dan jauh dari logika sehat, bagaimana mungkin seorang Nabi dan Ra>sul berzina dengan kedua putrinya. Padahal semua Nabi dan Rasul itu ma’s}u>m?. Dengan demikian meriwayatkan kisah seperti diatas adalah mardud dikalangan jumhur karena bertentangan dengan al-Qur’an, Hadis serta akal sehat.

3.Isra>’i>liya>t yang Masku>t ‘Anhu
Isra>’i>liya>t maskut ‘anhu, maksudnya kisah Isra>’i>liya>t yang tidak boleh diterima, juga tidak boleh ditolak, tidak boleh diimani kebenarannya, tidak boleh juga diingkari, karena kemungkinan kisah tersebut mengandung kebenaran dan ada kemungkinan tidak benar, tapi boleh meriwayatkannya. Misalnya kisah tentang seorang Bani Isra’il yang tega membunuh pamannya sendiri lantaran pamannya menolak lamarannya. Didalam tafsi>r Ibnu Kathi>r diceritakan :
Ada seorang laki-laki dari Bani> Isra’il yang memiliki harta yang cukup dan mempunyai seorang anak perempuan. Ia mempunyai keponakan laki-laki dari saudara laki-lakinya yang miskin. Kemudian anak-anak laki-laki tersebut melamar anak pamannya, akan tetapai pamannya tersebut enggan menikahkannya, dan akibatnya keponakannya tadi marah dan berkata: ” Demi Allah, akan kubunuh pamanku itu dan akan kuambil seluruh hartanya, akan kunikahi anak perempuannya dan aku makan diyatnya, Kemudian keponakannya tadi datang kepada pamannya, bertepatan dengan datangnya sebagian pedagang Bani Isra’il, Ia berkata kepada pamannya .”Paman, berjalanlah bersamaku, aku akan minta pertolongan kepada para pedagang Bani Isra’il, mudah-mudahan aku berhasil dan jika melihat engkau bersamaku tentu mereka akan memberinya”. Kemudian keluarlah keponakannya itu bersama pamannya pada suatu malam, ketika mereka sampai pada suatu tempat, dia membunuh pamannya itu. Lalu ia kembali kepada keluarganya. Ketika pagi, ia berpura-pura mencari pamannya, seolah-olah tidak tahu dimana pamannya. Dan berkata . “ Kalian telah membunuh pamanku, bayarlah diyatnya. “ Kemudian dia menangis sambil melempar-lempar debu ke kepalanya seraya berteriak , “ Wahai Paman ! “ Lalu ia melaporkan persoalan ini kepada Nabi Mu>sa, dan Nabi Mu>sa pun menetapkan diyat bagi pedagang tersebut. Para pedgang tersebut menganjurkan kepada Nabi Mu>sa ; “ Ya Rasu>lallar, berpendapat : “Kisah tersebut diriwayatkan dari ‘Ubaidah Abu al-‘Aliyah al-Suddi> dan yang lainnya dengan sedikit perubahan redaksi, namun yang jelas kisah tersebut dinukil dari kitab-kitab Bani> Isra’il dan itu termasuk Isra>’i>liya>t dalam kategori boleh diriwayatkan namun tidak boleh dibenarkan dan didustakan, Karena Isra>’i>liya>t tidak bisa dijadikan sebagai acuan kecuali bila sesuai dengan syari’at kita yang dapat diyakini kebenarannya. Wallohu A’lam.
C. Tokoh- Tokoh Periwayat Isra’iliyyat
Kisah-kisah Isra>’i>liya>t ini, sebagian besar diriwayatkan oleh empat orang tokoh ;
1. ‘Abdulla>h bin Sala>m, beliau memiliki nama lengkap, Abu> Yu>suf ‘Abdulla>h bin Sala>m bin al-Ha>rith al-Isra>’i>li> al-Ans}a>ri>, salah seorang keturunan Nabi Yu>suf bin Nabi Ya’qu>b AS. Masuk Islam ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah.‘Abdulla>h banyak menguasai ilmu al-Qur’an dan dan ilmu Injil. Banyak kalangan ilmuwan muslim mengambil referensi darinya seperti,al-T}abari> dan tokoh Hadis Ima>m al-Bukha>ri> mempercayainya dan mengambil pendapatnya.
2. Ka’ab al-Akhba>r, nama lengkapnya Abu> Ish}a>q Ka’ab bin Mati’ al-Humairi>, namun lebih popular dengan Ka’ab al-Akhba>r. Dia berasal dari Yahudi Yaman, masuk Islam ketika masa pemerintahan Khalifah Abu> Bakar, pendapat lain mengatakan dia masuk Islam ketika khalifah ‘Umar. Ibnu Hajar dalam kitabnya “ Al-Fath “ berpendapat : Ka’ab memeluk Islam pada masa ‘Umar, ini pendapat yang lebih terkenal.
3. Wahb bin Munabbih, nama lengkapnya Abu ‘Abdullah Wahb bin Munabbih Bin Saij bin Dhi> Kina>z al-Yamani> al-S}an’a>ni>. Memeluk Islam pada masa Rasulullah SAW. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan : Asal-usul bin Munabbih adalah keturunan Persia, bapaknya berasal dari Khura>san. Wahb bin Munabbih banyak meriwayatkan kisah Isra>’iliya>t yang disandarkan kepadanya, kisah-kisah tersebut ada yang bernilai dan ada yang tidak bernilai, ada yang s}ahih ada yang cacat, yang semuanya itu dijadikan sumber untuk mencela dan mencacinya, sehingga ia dituduh pendusta, penipu dan perusak pemikiran – pemikiran umat Islam.
4. ‘Abd al-Ma>lik bin ‘Abd al-‘Azi>z bin Juraij, Berasal dari Nasrani Rumawi dengan nama lengkap; Abu> Kha>lid atau Abu Wali>d ‘Abd al-Ma>lik bin Abd al-‘Azi>z bin Juraij. Ibnu Juraij adalah orangyang pertama kali menyusun kitab, dia juga terkenal sebagai orang yang suka mengembara dalam mencari ilmu pengetahuan diantaranya ke Bas}rah, Yaman dan Baghdad.

D. Kisah –Kisah Isra>’iliya>t dan komentar ‘Ulama tentangnya
Di dalam al- Qur’an banyak terdapat kisah- kisah Isra>’iliya>t yang dipandang benar yang didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an dan hadis-hadis yang s}ahi>h, diantaranya ;
1. Kisah Nabi Musa yang telah menganggap dirinya sebagai manusia yang paling pandai didepan kaumnya Bani Isra>’il, lalu Allah mengujinya dengan mengutus seorang yang sangat tekun beribadah kepada Allah yaitu Hid}ir AS. Allah mengisahkannya dalam surat al-Kahfi sebagai berikut;

øŒÎ)ur š^$s% 4Óy›qãB çm9tFxÿÏ9 Iw ßytö/r& #_¨Lym x÷è=ö/r& yìyJôftB Ç`÷ƒtóst7ø9$#

÷rr& zÓÅÓøBr& $Y7à)ãm ÇÏÉÈ
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun"(QS.al-Kahfi: 60).

Didalam Tafsir Marah Labi>b yang terkenal dengan Tafsir al-Muni>r, Sheikh Nawawi> al-Banteni> mengemukakan sebuah kisah yang berkaitan dengan ayat diatas :
“ Nabi Mu>sa AS telah meyakini bahwa tidak ada seorangpun dimuka bumi ini yang lebih pandai darinya. Lalu Allah berfirman ,” Hai Musa ,sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba dimuka bumi ini yang sangat tekun beribadah kepada-Ku melebihi kamu dan dia lebih pandai dari kamu yaitu Khid}r. Lalu Nabi Musa berkata,” Wahai Tuhanku, berikanlah aku petunjuk untuk menemuinya. Maka Allah berfirman kepadanya; “ Ambillah seekor ikan asin ( samakan ma>lihan) dan pergilah ke tepi laut sehingga engkau menjumpai sebuah batu besar, di dekatnya ada mata air kehidupan, maka percikkanlah airnya itu kepada ikan tersebut sehingga ikan tersebut hidup kembali, maka disanalah engkau akan bertemu dengan Khid}r. Lalu Nabi Musa mengambil seekor ikan yang disimpannya didalam keranjang, kemudian Nabi Musa berpesan kepada muridnya Yusha’ bin Nun bin Afrayim bin Yusuf AS, “ Apabila ikan itu menghilang beritahu aku. Lalu keduanya pergi berjalan kaki.

Kisah berikut ini dipandang tidak benar karena bertentangan dengan syariat, serta tidak didukung oleh Al-Qur’an dan Sunnah Nabi juga akal sehat ;

2. Kisah Nabi Ayyu>b AS yang tertimpa penyakit yang terkesan mengerikan dan menjijikkan.
Didalam al-Qur’an disebutkan tentang penyakit yang menimpa Nabi Ayyu>b AS. Allah berfirman;
* šUq•ƒr&ur øŒÎ) 3“yŠ$tR ÿ¼çm­/u‘ ’ÎoTr& zÓÍ_¡¡tB •Ž‘Ø9$# |MRr&ur ãNymö‘r& šúüÏH¿qº§9$# ÇÑÌÈ
“ dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang"( QS.al-Anbiya’: 83)

Sheikh Nawawi al-Banteny mengemukan sebuah kisah berikut :
“ Nabi Ayyub AS adalah seorang Rum dari keturunan Is bin Ishaq dan Ibunya dari keturunan Nabi Lu>t} AS Allah telah menjadikannya sebagai seorang Nabi dan telah memberikannya harta yang melimpah berupa binatang baik ternak maupun yang melata dan juga kebun. Allah juga telah menganugrahinya anak yang banyak laki-laki dan perempuan, Beliau sangat sayang kepada fakir miskin, menanggung beban anak-anak yatim, janda-janda dan memuliakan tamu. Lalu Allah meberikannya ujian berupa membinasakan semua anak-anaknya lewat tindihan bangunan rumahnya yang hancur, hartanya hilang dan ditimpakan kepadanya penyakit dibadannya selama delapan belas tahun, dari atas kepala sampai ujung kakinya keluar kutil-kutil yang menimbulkan rasa gatal-gatal. Beliau menggaruknya dengan kuku sampai kuku-kukunya patah, Lalu beliau menggaruknya dengan tembikar dan batu secara terus menerus sampai daging tubuhnya berguguran dan berbau busuk. Kemudian beliau di usir oleh penduduk kampungnya dan dibuatkan sebuah kemah untuknya.”
Berkenaan dengan kisah Nabi Ayyu>b AS diatas, beberapa ‘ulama memberikan tanggapan dan kritik dan penilaian antara lain :
1. Ibnu Kathi>r ( w.774 H)
Sungguh Wahb bin Munabbih telah meriwayatkan kisah sakitnya Nabi Ayyu>b itu secara panjang lebar . Ibnu Jari>r dan Ibnu Abi H}a>tim telah mengemukakan yang bersumber darinya, demikian pula tidak sedikit ‘ulama tafsir yang ikut meriwayatkannya. Didalam kisah tersebut terdapat keganjilan. Kami sendiri tidak mau mengungkapkannya karena terlalu panjang.
2. ‘Afi>f ‘Abd al- Fatah} T}abarah
Para ahli sejarah telh meriwayatkan kisah yang berhubungan dengan Nabi Ayyu>b . Mereka telah mengambil rujukannya dari Kitab Ayyu>b dan dari uraian-uraian orang – orang Yahudi terhadap kitab Taurat yang dinamai “ Hajadah “ . Kitab tersebut tidak dijadikan acuan oleh para ‘ulama dengan alas an akan mencampuraduk antara yang baik dengan yang buruk.
3. Rashi>d Rid}a (w.1935 M)
Berdasarkan akidah umat Islam terutama kaum ahli al-Sunnah, bahwa Allah Ta’ala telah menjaga para Nabi-Nya dari segala penyakit yang menjijikkan, karena hal itu dapat mengganggunya untuk menyampaikan wahyu dari Allah dan mereka berkata : Ini adalah pokok-pokok keimanan yang wajib diyakininya dan mendustakan yang menyalahinya.
KESIMPULAN
Isra’iliyya>t dalam tafsir al-Qur’an itu dibagi menjadi tiga kelompok , ada yang dipandang benar , ada yang tidak benar dan ada yang dipandang mungkin tidak benar. Karena kisah-kisah Isra’iliyyat tersebut hanya sekedar cerita dan berita , tidak menyangkut akidah atau hukum. Ketika meriwayatkannya hanya sekedar mengungkapkan hikayatnya saja tanpa memandang kisah itu benar atau salah, Analisa Penulis, Dengan sepintas jika kita perhatikan uraian diatas , kisah-kisah Isra<’iliya>t ada yang mengandung kebenaran dan ini didukung oleh dalil nash al-Qur’an dan al-Sunnah, juga ada kisah-kisah Isra’iliya>t yang berupa kebohongan dan bualan orang –orang yahudi seperti kisah Nabi Lu>th yang tidur dengan kedua putrinya, pada kisah yang masku>t ‘anhu Seyogyanya umat islam teliti dan selektif..

http://referensiagama.blogspot.com




















KHAWARIJ: Kemunculan, Sekte dan Pemikirannya


KHAWARIJ: Kemunculan, Sekte dan Pemikirannya
by sariono sby

A. Pendahuluan
Sebagai salah satu ilmu ke-Islam-an, Ilmu kalam sangatlah penting untuk di ketahui oleh seorang muslim yang mana pembahasan dalam ilmu kalam ini adalah pembahasan tentang aqidah dalam Islam yang merupakan inti dasar agama, karena persolaan aqidah Islam ini memiliki konsekwensi yang berpengaruh pada keyakinan yang berkaitan dengan bagaimana seseorang harus meng interpretasikan Tuhan itu sebagai sembahannya hingga terhindar dari jurang kesesatan dan dosa yang tak terampunkan (syirik).
Dalam Agama Islam, aqidah dianggap sebagai bahasan yang cukup penting. Namun dalam kenyataanya, masalah pertama yang muncul di kalangan umat Islam bukanlah masalah teologi, melainkan persolaan di bidang politik. Hal ini didasari dengan fakta sejarah yang menunjukkan bahwa, titik awal munculnya persolan pertama ini di tandai dengan lahirnya kelompok-kelompok dari kaum muslimin yang telah terpecah yang kesemuanya itu diawali dengan persoalan politik yang kemudian memunculkan kelompok-kelompok dengan berbagai Aliran teologi dan berbagai pendapat-pendapat yang berbeda-beda.
Problematika teologi dalam Islam mulai muncul sejak wafatnya Nabi, tepatnya sejak terbunuhnya khalifah ketiga, Utsman ibn ‘Affan dan pengangkatan ‘Ali ibn Abi Thalib sebagai khalifah keempat. Pada masa ini, perbedaan pendapat yang awalnya berorientasi pada politik, berujung pada persoalan aqidah. Dalam sejarah perkembangan Islam sejak dahulu kala telah terjadi perpecahan, Khawarij merupakan salah satu contoh yang dimaksud. Ia merupakan satu kelompok yang besar dan mereka tergambarkan sebagai satu gerakan revolusi berdarah dalam sejarah Islam, kemudian merekapun sempat berhasil menebar kekuasaan politik mereka pada wilayah-wilayah yang luas dari negera-negera Islam di Timur dan Barat, khususnya di Omaan, Hadromaut, Zanzibar (Tanzania) dan sekitarnya dari wilayah Afrika dan Maghrib Arab (Maroko, Aljazair, Tunis dan Libia) dan sampai sekarang mereka masih memiliki s}aqafah yang terwakili oleh sekte Al-Iba>diyah yang tersebar di wilayah-wilayah tersebut, mereka juga memiliki satu kesultanan yaitu kesultanan Omaan.


PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Sejarah Munculnya Khawarij
1. Pengertian Khawarij
Istilah Khawarij berasal dari bahasa Arab “kharaja” yang berarti keluar, muncul, timbul, atau memberontak. Nama itu diberikan kepada mereka yang keluar dari barisan ‘Ali. Alasan mereka keluar, karena tidak setuju terhadap sikap ‘Ali ibn Abi Thalib yang menerima arbirtrase sebagai jalan untuk menyelesaikan persengketaan khalifah dengan Mu’awiyah ibn Abi Sufyan. Menurut al-Shahrasta>ni>, bahwa yang disebut Khawarij adalah setiap orang yang keluar dari imam yang hak dan telah disepakati para jama’ah, baik ia keluar pada masa sahabat Khulafa> al Ra>shidi>n, maupun pada masa tabi’in secara baik-baik.
Kaum Khawarij juga dikenal sebagai kelompok yang melakukan pemberontakan terhadap imam yang sah yang diakui oleh komunitas Muslim. Oleh karena itu, istilah Khawarij bisa dikenakan kepada semua orang yang menentang para imam, baik pada masa sahabat maupun pada masa-masa berikutnya. Namun demikian, dalam tulisan ini nama Khawarij khusus diberikan kepada sekelompok orang yang telah memisahkan diri dari barisan ‘Ali.
2. Munculnya Khawarij
Pada tahun 37 H Mu’awiyah, Gubernur Syria memberontak terhadap Ami>r al-Mu’mini>n ‘Ali ibn Abi Thalib. Pemberontakan itu meletus karena dalam suasana berkabung dan emosi yang meletup-letup karena pembunuhan ‘Utsman, ‘Ali mengeluarkan keputusan yang tidak strategis sebagai seorang kepala negara, yaitu pemecatan Mu’awiyah dari jabatan Gubernur Syria. Dengan pemecatan itu Mu’awiyah punya dua alasan untuk melawan ‘Ali. Tidak jelas mana yang lebih dominan, apakah karena ingin menuntut balas atas kematian ‘Ustman atau ingin mempertahankan jabatannya sebagai Gubernur.
Sebelum peperangan meletus, ‘Ali sudah mengirim Jarir ibn ‘Abdillah al-Bajuli untuk berunding dengan Mu’awiyah. Tapi perundingan tidak berhasil mencegah peperangan karena tuntutan Mu’awiyah yang terlalu berat untuk dipenuhi oleh ‘Ali. Mu’awiyah menuntut dua hal, yaitu:
1. Ekstradisi dan penghukuman terhadap para pelaku pembunuhan Ami>r al Mu’mini>n ‘Utsman ibn ‘Affan.
2. Pengunduran diri ‘Ali dari jabatan Imam (khalifah) dan dibentuk sebuah Syura untuk memilih khalifah baru.
Berbeda dengan Mu’awiyah yang secara pribadi punya alasan untuk menuntut balas atas kematian ‘Utsman, penduduk Syria yang mendukungnya memerangi ‘Ali tidaklah dapat dikatakan juga punya motivasi yang sama. Jika memang mereka siap mati untuk membela darah ‘Utsman, hal itu tentu telah mereka lakukan sejak awal-awal begitu ‘Utsman dibunuh. Tetapi setelah ‘Ali mencapai kemenangan dalam perang Jamal, penduduk Syria melibatkan diri dalam menentang ‘Ali karena mereka menghawatirkan campur tangan ‘Ali dalam urusan dalam negeri mereka sendiri di Syria. Demi untuk melemahkan kedudukan ‘Ali penduduk Syria menjadikan pembelaan terhadap ‘Utsman sebagai lambang perjuangan menentang ‘Ali.Sehingga pada masa itu, peperangan tidak lagi dapat dihindari antara kubu Ali ibn Abi Thalib dan kubu Muawiyah.
Pada kubu Ali terdapat kelompok Qurra’ yang berdiri dibelakang barisan ‘Ali. Namun ketika Ali dianggap menerima arbitrase (Tahkîm) yang terjadi pada perang Shiffin, mereka berbalik menentang Tahkîm, padahal tadinya mereka juga mendesak ‘Ali menerima Tahkîm. Mereka kemukakan alasan-alasan yang bersifat teologis, untuk mendukung pandangan dan sikap politik mereka. Menurut mereka, Tahkîm salah karena hukum Allah tentang pertikaian mereka sudah jelas. Mereka yakin kubu ‘Ali lah (dalam konflik dengan kubu Mu’awiyah) yang berada di pihak yang benar. Kubu ‘Ali yang beriman. Tahkîm berarti meragukan kebenaran masing-masing pihak. Hal itu bertentangan dengan Al-Qur’an. Mereka teriakkan Lâ hukma illa> li Allah (tidak ada hukum kecuali hukum Allah). Mereka meminta ‘Ali mengaku salah, bahkan megakui bahwa dia telah kafir kerena menerima Tahkîm. Mereka desak ‘Ali supaya membatalkan hasil kesepakatan Tahkîm. Kalau tuntutan mereka dipenuhi mereka akan kembali berperang di pihak ‘Ali. Tentu saja ‘Ali menolak. Kesepakatan tidak boleh dilanggar. Agama memerintahkan kita untuk menepati janji. Kalau ‘Ali mengingkari janji koalisinya akan semakin pecah. Lagipula bagaimana mungkin dia mau mengakui dirinya telah kafir, padahal dia tidak pernah berbuat musyrik semenjak beriman.
Karena tuntutan mereka tidak dipenuhi oleh ‘Ali, akhirnya mereka meninggalkan kamp ‘Ali di Kufah pergi ke luar kota menuju desa Harura yang tidak seberapa jauh dari Kufah. Dari nama desa Harura inilah, maka untuk pertama kali mereka itu dikenal dengan nama golongan Al-Harûriyah. Di Harura inilah mereka membentuk organisasi sediri dan memilih ‘Abdullah ibn Wahb ar-Rasibi dari Banu ‘Azd sebagai pemimpin mereka. Karena mereka keluar dari kubu ‘Ali itulah kemudian mereka dikenal dengan al-Khawârij, bentuk jama’ dari Khâriji (yang keluar).
Semakin lama kelompok yang memisahkan diri ke Harura semakin membesar, hingga bulan Ramadhan atau Syawal tahun 37 H jumlah mereka sudah mencapai 12.000 orang. Dan kamp mereka kemudian pindah ke Jukha, sebuah desa yang terletak di tepi barat sungai Tigris. ‘Ali berusaha berunding dengan mereka tapi tidak membuahkan hasil. Secara diam-diam sebagian mereka pergi meninggalkan Jukha, berencana pindah ke-Al-Madain tapi ditolak oleh Gubernur setempat. Akhirnya mereka pergi ke Nahrawan. Jumlah mereka berkumpul di Nahrawan mencapai 4000 orang di bawah pimpinan ‘Abbdullah ibn Wahab ar-Rasibi. Semula ‘Ali tidak menanggapi secara serius gerakan-gerakan orang Khawarij ini, sampai dia mendengar berita tentang kekejaman mereka terhadap orang-orang Islam yang tidak mendukung pendapat mereka. Di antara yang menjadi korban adalah ‘Abdullah ibn Khabbab, salah seorang putera sahabat Nabi. Abu Zahra mengutip kisah kematian putera Khabbab dari buku Al-Kâmil karya Al-Mubarrad sebagai berikut :
“Sekelompok Khawarij berjumpa pada suatu saat dengan seorang Muslim dan seorang Nasrani. Mereka membunuh si Muslim tetapi berpesan kepada si Nasrani agar melakukan kebaikan sambil berseru: “Jagalah janji Nabi kalian!” Kemudian ketika itu ‘Abdullah ibn Khabab sedang membawa mushaf di pundaknya bersama isterinya yang sdang hamil, berjalan menjumpai mereka. Lentas mereka menegur ‘Adullah, dengan mengatakan, “Sesungguhnya apa yang kamu bawa di pundakmu itu menyuruh kami untuk membunuhmu… Bagaimana menurut pendapatmu mengenai Abu Bakar dan ‘Umar?” tanya mereka. ‘Abdullah menjawab, “Aku memuji kedua beliau itu.” Mereka bertanya pula, “Bagaimana pendapatmu mengenai ‘Ali sebelum Tahkîm dan mengenai ‘Utsman dalam kekhalifahannya selama enam tahun?” ‘Abdullah menjawab, “Aku juga memuji kedua beliau itu” Lalu mereka masih bertanya, “Bagaimana pendapatmu mengenai Tahkîm?” Abdullah menjawab, “Sesungguhnya ‘Ali itu lebih tahu tentang Kitab Allah dari pada kalian semua, lebih taqwa dari kalian dalam beragama, dan beliau lebih mengena pandangannya daripada kalian semua.” Maka mereka mengatakan, “Kamu ini tidak mengikuti hidayah, tapi kamu hanya mengikuti mereka atas nama mereka.” Akhirnya mereka menyeret Abdullah ketepi sungai dan menyembelihnya di sana. Setelah itu mereka tawar menawar dengan orang laki-laki Nasrani tentangn pohon kurma. Orang Nasrani itu megatakan, “Ambil saja, pohon kurma itu milik kalian!” Mereka menjawab, “Demi Tuhan, kami tidak mau membawa kurma ini kecuali dengan harga.” Orang Nasrani itu lalu berkata dengan keheranan, “Ini benar-benar aneh, kalian berani membunuh orang seperti ‘Abdullah ibn Khabab, tetapi kalian tidak mau menerima kurma kami ini kecuali dengan harga”.
‘Ali kemudian mengirim utusan membujuk dan menyadarkan mereka. ‘Ali menawarkan kepada mereka untuk kembali bergabung dengannya bersama-sama menuju Syria, atau pulang ke kampung masing-masing. Sebagian memenuhi anjuran ‘Ali; ada yang bergabung kembali dan ada yang pulang kampung serta ada yang menyingkir ke daerah lain. Namun ada sekitar 1800 orang yang tetap membangkang. Mereka menyerang pasukan ‘Ali pada tanggal 9 Shafar 38 H yang dikenal dengan pertempuran Nahrawan yang mengenaskan itu. Hampir semua mereka mati terbunuh. Hanya delapan orang saja yang selamat.
Sejak peristiwa Nahrawan itu lah kelompok Khawarij yang terpencar di beberapa daerah semakin radikal dan kejam. ‘Ali sendiri kemudian menjadi korban dibunuh oleh ‘Abdurrahman ibn Muljam Al-Murdi, yang anggota keluarganya terbunuh di Nahrawan. Memang karena peristiwa Nahrawan ini, walaupun dari segi fisik ‘Ali dapat menumpas habis semua Khawarij yang berada di daerah tersebut, telah mengakibatkan ‘Ali tidak pernah bisa berangkat ke Syria. Antara tahun 39 dan 40 H berulangkali orang-orang Khawarij membuat kegaduhan yang menguras ‘Ali untuk menghadapinya. Mu’awiyah pun, yang setelah ‘Ali wafat menjabat kedudukan Ami>r al Mu’mini>n dan terkenal hilm (lemah lembut dan ‘arif), selama pemerintahannya yang 20 tahun itu, ia tidak mampu membujuk apalagi menumpas habis Khawarij.Bahkan pada masa berikutnya Khawarij mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi beberapa sekte. Beberapa sekte penting dalam aliran Khawarij, yaitu:


a. Al Muhakkimah al Ula
b. Al Azriqah
c. An Najdat
d. Al Baihasiyah
e. Al Ajaridah
f. Al Saalabiyah
g. Al Abadiyah
h. Al Sufriyah
B. Pemikiran-pemikiran Khawarij
Di antara doktrin-doktrin pokok pimikiran Khawarij secra umum adalah sebagai berikut :
1. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh kaum Islam.
2. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan Arab. Dengan demikian setiap orang Muslimberhak menjadi khalifahasal sudah memenuhi syarat.
3. Ajaran agama yang harus diketahui hanya ada dua, yakni mengetahui Allah dan Rasulnya.
4. Dosa kecil yang dilakukan secara terus menerus akan berubah menjadi besar dan pelakunya menjadi musyrik.
5. Orang Islam yang berbuat dosa besar, seperti berjina adalah kafir dan selama masuk neraka.
6. Orang yang masuk neraka tidak akan pernah keluar lagi untuk selamanya.
7. Memalingkan ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak mutasabihat ( samar ).
8. Manusia bebas memutuskan perbuatannya bukan dari Tuhan.
9. Al-Qur’an adalah makhluk.
10. Pasukan perang jamal yang melawan Ali adalah kafir.
11. Khalifah ‘Ali r.a. adalah sah tetapi setelah terjadi atbitrase, ia dianggap menyeleweng,dll baik dalam akidah maupun dalam
Dr.Nasir bin Abdul Karim al-Aql dalam kitabnya “Al-Khawarij”menyatakan bahwa sifat-sifat Khawarij adalah :
1. Mengkafirkan orang yang b erbuat dosa b esar dan menghukum kaum Muslimin yang tidak sepaham dengan mereka dengan kafir.
2. Tidak mengikuti ulama-ulama kaum Muslimin baik dalam akidah maupun dalam amalan.
3. Keluar dari jamaah kaum Muslimin, dan melakukan muamalah dengan kaum Muslimin sebagaimana muamalah dengan kafir, serta menghalalkan harta dan darah mereka.
4. Mamakai nas-nas amar makruf dan nahi munkar kepada pendapat-pendat para ulama dan menghina mereka dan membunuh siapa yang berbeda pendapat dengan mereka.
5. Mayoritas mereka sibuk dengan membaca Al-Qur’an tanpa memahaminya dengan pemahaman yang baik.
6. Menampakkan tanda-tanda yang zahir dalam ibadah dan berlebih-lebihan dalam ibadah sehingga menghina ibadah kelompok yang lain.
7. Lemah dalam ilmu fiqih dan seluk beluk hukum syariat .
8. Berpendapat tanpa rujukan kepada sahabat,atau ulama fiqih.
9. Merasa lebih hebat dari pada ulama terdahulu, sehingga kadang-kadang merasa lebih hebat dari pada ulama mujtahidin dan sahabat.
10. Keliru dalam metodologi mengambil keputusan hukum sehingga mengmbil ancaman tanpa melihat ayat-ayat janji;mengambil ayat-ayat yang untuk orang kafir ditujukan kepada orang Muslim yang tidak sepaham dengan mereka sebagaiman disebutkan oleh ibnu Umar; mereka mengambil ayat untuk orang kafir ditujukan kepada orang Muslim.
11. Kurang ilmu dengan sunnah dan hadist Nabi yang sangat luas, dan hanya mengambil yang sesuai dengan pemahaman mereka saja.
12. Menganggap setiap orang yang tidak sepaham dengan mereka salah dan sesat, tanpa meneliti lebih mendalam.
13. Memutuskan sesuatu tanpa ilmu yang mendalam, dan kajian yang luas.
14. Bersikap kasar, keras, tanpa memahami keadaan orang lain, dan suka bertengkar dengan orang lain.
15. Menghukum sesuatu hanya dengan anggapan dan su’dzan.
16. Tidak memiliki wawasan yang luas, berpikiran sempit, tidak sabar, dan ingin mendapatkan natijah amal dengan segera.
17. Memusuhi dan memerangi sesama kaum Muslimin, dan membiarkan kaum kafir serta kaum penyembah berhala.

KESIMPULAN
Khawarij secara umum merupakan orang Arab pedesan yang jauh dari ilmu pengetahuan, sederhana dalam berpikir, sempit pandangan, keras hati dan bengis. Mereka dapat membaca Al-Qur’an dengan baik dan indah, tapi tidak sampai ke dalam hatinya. Mereka berjalan hanya dengan hawa nafsu dan emosinya, sehingga menampilkan pemikiran yang berbeda dari sekian sekte-sekte yang muncul. Perbedaan pemikiran ini banyak dipicu oleh faktor kepentingan antar sekte.

http://referensiagama.blogspot.com

AL-JARH WA-AL TA'DIL DALAM HADIS


AL-JARH WA-AL TA'DIL DALAM HADIS
by sariono sby

PENDAHULUAN
Kata hadis berasal dari bahasa arab, al H{adi>th, yang sekurang kurangnya mempunyai dua pengertian, a) jadid (yang baru) lawan dari qadim, jamaknya h{ida>th, h{uda>tha b) khabar (berita,riwayat) jamaknya ah{a>di>th, h{idthan,
h{udthan Hadith atau disebut juga as-Sunnah yang menurut jumhur ulama adalah :
ما اضيف للنبي ص. قولا او فعلا او تقريرا او نحوها
“Segala sesuatu yang diberitakan dari Nabi SAW baik berupa perkataan, perbuatan, taqrir, sifat – sifat maupun hal ikhwal Nabi.
H{adireferensiagama.blogspot.com

KITAB LUBAB AL-NUQUUL FI ASBAAB AL-NUZUUL KARYA IMAM SUYUTHI


KITAB LUBAB AL-NUQUUL FI ASBAAB AL-NUZUUL
KARYA IMAM SUYUTHI
by sariono sby

A. Pendahuluan
Secara umum asba>b al-nuzu>l adalah segala sesuatu yang menjadi sebab turunnya ayat, baik untuk mengomentari, menjawab, ataupun menerangkan hukum pada saat sesuatu atau peristiwa itu terjadi. Mengetahui waktu, tempat, dan dan para pelaku dalam seluk-beluk kisah suatu ayat atau surah mempunyai pengaruh yang besar dalam mengukur kedalaman makna ayat dan mengungkap tabir yang terselubung di dalamnya. Begitu pula sebaliknya, ketidaktahuan terhadap semua itu akan menyebabkan timbulnya kekeliruan, bahkan bisa menimbulkan pengamalan yang berlawanan dengan yang dikehendaki oleh suatu ayat.
Lalu, bagaimana cara mengetahui asba>b al-nuzu>l suatu ayat atau surat? Dalam kitab-kitab ‘Ulu>m al-Qur’a>n—meskipun dengan redaksi yang berbeda— para ulama sepakat bahwa tidak ada cara lain kecuali dengan jalan naql dari riwayat yang s}ah}i>h}, baik itu dari Nabi saw maupun para sahabat yang secara langsung menyaksikan hal itu dan para tabi’in yang menerima berita dari para sahabat. Al-Wa>hidi>—seperti dinukil al-Suyu>t}i> dalam kitabnya ini, pada bagian muqaddimah—menyatakan bahwa tidak diperbolehkan berpendapat mengenai asba>b al-nuzu>l ayat-ayat al-Qur’a>n, kecuali melalui periwayatan, mendengar dari mereka (sahabat) yang menjadi saksi peristiwa turunnya ayat, dan mereka yang meneliti (mencari ilmu) tentang sebab-sebab turunnya. Hal senada dinyatakan pula oleh Ibn al-Daqi>q al-‘Ib al-nuzu>l merupakan cara yang tepat untuk memahami makna dan maksud al-Qur’a>n.” Begitu juga Ibn Taimiyah—masih dalam kitab al-Suyu>t}i—mengatakan bahwa penguasaan asba>b al-nuzu>l merupakan unsur penentu dalam memahami sebuah ayat, karena sesungguhnya pengetahuan tentang "sebab" akan melahirkan tentang "akibat".
Para ulama memberikan prioritas yang tinggi terhadap riwayat-riwayat para sahabat, khususnya apabila disebutkan sebab turunnya ayat atau surat dengan jelas, bukan menyebutkan hukum atau dalalah-nya. Maka, mereka menganggap tipe periwayatan semacam itu sebagai periwayatan yang menduduki h}adi>th musnad. Riwayat yang berasal dari tabi’i>n menduduki hadith marfu>' yang dapat diterima apabila sanadnya s}ah}i>h}, dan tabi’i>n tersebut termasuk imam-imam tafsi>r yang mendapatkannya dari sahabat seperti Mujahid, Ikrimah, dan Said bin Jabir.
Demikianlah, begitu pentingnya mengetahui kejadian historis (asba>b al-nuzu>l) yang akan membantu seseorang dalam memahami konteks diturunkannya sebuah ayat. Konteks itu akan memberi penjelasan tentang implikasi sebuah ayat, dan memberi bahan penafsiran dan pemikiran tentang bagaimana mengaplikasikan ayat tersebut dalam situasi yang berbeda. Oleh karena itu, hemat penulis, sangat keliru pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami maksud dan pesan al-Qur’a>n tidak perlu merujuk pada latar belakang historis turunnya suatu ayat (yang memiliki asba>b al-nuzu>l). Cukup dipahami dengan isyarat kalimat, lafaz atau dalalah yang ditunjukkan dan dihubungkan dalam konteks kekinian.
Kitab Lubab al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzul karya al-Suyuti ini merupakan salah satu kitab tafsir populer, yang merupakan ringkasan dari kitab Jawa>mi' al-H}adi>th wa al-Usu>l dan merupakan pilihan dari beberapa tafsir ahl al-nuqu>l. Kitab tafsir ini secara khusus menyajikan sebab-sebab turunnya ayat atau surat dalam al-Qur’an, yang dinuqilnya dari berbagai sumber periwayatan, baik dari hadith, para sahabat, maupun tabi’i>n. Asbab al-nuzul ayat yang ditulisnya dalam kitabnya yang khusus ini, juga dicantumkannya dalam kitab yang lain—ditulis bersama al-Mahalli,—seperti Tafsi>r al-Qur'a>n al-‘Az}i>m, populer dengan sebutan Tafsi>r Jala>lai>n, untuk melengkapi keterangannya dalam menafsir al-Qur'a>n.
B. Biografi Imam al-Suyu>t}}i> (849 – 911 H)
1. Masa Kelahiran dan Pertumbuhannya
Nama lengkap al-Suyu>t}i> ialah Abd al-Rahma>n bin Kama>luddi>n Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddi>n bin al-Fakhr Uthman bin Naziruddi>n Muhammad bin Saifuddi>n bin Najmudi>n Abi al-S}alah Ayyu>b bin Nasiruddi>n Muhammad bin Himamuddi>n al-Hamam al-Khudari al-Suyu>t}i>. Dalam kitab Tafsi>r wa al-Mufassiri>n, nama lengkapnya, al-Ha>fiz Jalaluddi>n Abu Fadl Abd al-Rahma>n bin Bakar bin Muhammad al-Suyuti al-Shafi'i. Beliau terkenal dengan panggilan al-Suyu>t}i>, merujuk kepada Bandar Ashut di Mesir. Al-Suyu>t}i> dilahirkan di Qa>hirah pada bulan Rajab tahun 849 H. Kemudian oleh Bapaknya, Kamaluddi>n, dibawa kepada shaikh Muhammad al-Majdzub, seorang pembesar para wali di samping Mashad al-Nafisi, kemudian beliau mendo’akan al-Suyu>t}i>. Ia tumbuh dalam keadaan yatim dan telah hafal al-Qur’a>n ketika berusia belum genap 8 tahun, juga telah dihafalnya beberapa kitab, seperti kitab al-‘Umdah, kitab Minhaj al-Fiqh, kitab al-Us}u>l, dan kitab Alfiyah Ibn Ma>lik.” Setelah Bapaknya wafat tahun 855 H, al-Suyu>t}i> diserahkan kepada Shaikh Kamaluddi>n bin al-Hammam untuk dipelihara dan dididik.
Al-Suyu>t}i telah berkecimpung dalam dunia pendidikan pada awal tahun 864 H, dengan belajar fiqih, nahwu, balaghah dari beberapa ulama besar, dan khusus belajar ilmu fara’id kepada Sheikh Shihabuddi>n al-Sharmasahi. Dengan berbekal ilmu-ilmu yang dipelajarinya itu, dilanjutkan dengan mengajar bahasa Arab pada awal tahun 866 H dan mulai menulis sebuah kitab. Adapun kitab yang pertama ditulisnya adalah Sharh al-‘Isti’a>zah wa al-Basmalah, dan mewakafkannya kepada Sheikh al-Islam ‘Ilm al-Din al-Bulqaini, kemudian dia menulis kalimat pujian, dan senantiasa menyertakannya dalam fiqihnya sampai dia meninggal, kemudian dilanjutkan oleh anaknya.
2. Keilmuan dan Perannya dalam Ilmu Pengetahuan
Al-Suyu>t}i> sangat cinta dan tekun menggali ilmu-ilmu keislaman di berbagai tempat dan banyak ulama. Pengembaraan intelektualnya menuju Sham, Hijaz, Yaman, India, Maghrib dan Takrur. Dengan ketekunan dan kecerdasannya itu, sehingga oleh para ulama, memberikan ajungan jempol dan dianggap luar biasa di masanya. Beliau ialah sumber dan gudangnya ilmu pengetahuan serta ahli dalam bidang sejarah Islam. Dia telah berusaha untuk mengumpulkan dan merumuskan berbagai macam ilmu di masanya, terbukti dengan karya tulisnya yang begitu banyak. Sheikh Najmuddi>n al-Qurra dalam kitabnya Al-Kawakib al-Sairah bi ’Ayani al-Mi’ah al-’Ashirah berkata: “Tatkala dia (al-Suyu>t}i>) berusia 40 tahun, memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia, seakan-akan dia tidak mengenal seorangpun. Kemudian dia mulai menulis karya-karyanya—akan diuraikan selanjutnya—dan mengajar sampai dia dipanggil ke pangkuan Ila>hi.
c. Karya-karya Imam al-Suyu>t}i>
Sebagaimana disinggung sebelumnya, Imam al-Suyu>t}i> telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis kitab sejak usia mudanya. Dia berkata: “Saya mulai menulis buku pada tahun 866 H dan sampai sekarang telah mencapai 300 kitab, selain yang telah saya hapus dan saya perbaiki.” Berikut penulis sebutkan beberapa karyanya yang terkenal, antara lain:
1. Al-Itqa>n fi> ’Ulu>m al-Qur’a>n,
2. Al-Dur al-Mans>ur fi al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r,
3. Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l,
4. Mufahhama>t al-Aqran fi Mubhama>t al-Qur’a>n,
5. Al-Iklil fi Istinba>t al-Tanzi>l,
6. Takammulah Tafsi>r Shaikh Jalaluddi>n al-Mahalli,
7. Hashiyah ’ala Tafsi>r al-Bai>da>wi,
8. Tanasuq al-Durar fi Tanasub al-Suar,
9. Sharh al-Shatibiyyah,
10. Al-Alfiyyah fi al-Qira’at al-Ashr,
11. Sharh Ibn Ma>jah,
12. Tadri>b al-Ra>wi,
13. Is’af al-Mubat}t}a birija>l al-Muwat}t}a,
14. Al-Alai’ al-Mashnu>’ah fi al-Ah}a>di>th al-Maudu>’ah,
15. Al-Naktu al-Badi>’a>t ‘ala al-Maud}u>’at,
16. Sharh al-Shudu>r bi Sharh Hal al-Mau>ta wa al-Qubu>r,
17. Al-Budur al-Safirah ‘An Umu>r al-Awi,
19. Al-Riya>d al-Aniqah fi Sharh Asma>’ Khai>r al-Khali>fah,
20. Al-Ashbah wa al-Nada>ir
21. Jami>’ al-Jawa>mi’,
22. Tarjumah al-Nawa>wi,
23. Diwa>n Shi’r,
24. Tuhfah al-z}arfa’ bi Asma>’ al-Khulafa>’,
25. Ta>rikh al-Khulafa>’.
Akhirnya, Imam Al-Suyu>t}i} wafat tanggal 19 Jumadil Ula 911 H, ketika berusia 62 tahun dan dimakamkan di al-Qarafah. Sebelum meninggal, beliau mengalami sakit selama tiga hari.”

C. Metode, Sistematika, dan Penilaian Kitabnya
1. Sumber Penafsiran
Al-Suyuti menggunakan metode bi al-ma'thu>r dalam menulis kitabnya. Karena dalam menetapkan asba>b al-nuzu>l, beliau mengambil dari berbagai sumber periwayatan, baik dari hadith, riwayat sahabat, dan para tabi’in, dengan menyebutkan sanad-sanadnya. Hal ini sesuai dengan pandangan ulama lain, al-Wa>hidi> misalnya, mengatakan bahwa tidak boleh menetapkan asba>b al-nuzu>l suatu ayat, kecuali berdasarkan riwayat.
Dalam terminologi ’ulu>m al-Qur’a>n juga, asba>b al-nuzu>l merupakan bagian dari tafsi>r al-Qur’a>n, bahkan asba>b al-nuzu>l adalah sebagai the first step of the Quran interpretation (langkah awal menafsirkan al-Qur’an) terhadap ayat-ayat yang tidak dapat dipahami tanpa mengetahui sebab-sebab turunnya ayat atau surat dan hanya diketahui melalui riwayat, sebagaimana disinggung di atas.
Contoh ayat (QS. al-Baqarah: 115) yang asba>b al-nuzu>lnya dari berbagai riwayat, dan ini termasuk ayat yang tidak dapat dipahami tanpa mengetahui asba>b al-nuzu>lnya, yaitu:
¬!ur ä-̍ô±pRùQ$# Ü>̍øópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷ƒr'sù (#q—9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 žcÎ) ©!$# ììÅ™ºur ÒOŠÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
"Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.

Dalam mengemukakan asba>b al-nuzu>l ayat di atas, al-Suyu>t}i> mengambil dari beberapa riwayat, antara lain:
a. Dari Imam Muslim, al-Turmudzi dan al-Nasa'i yang bersumber dari ibn Umar yang mengatakan bahwa Nabi saw pernah sholat sunnat di atas kendaraannya menghadap arah kendaraan.
b. Dari al-Hakim yang bersumber dari Ibn Umar yang menerangkan persis sama dengan maksud pada poin (a).
c. Dari Ibn Jari>r dan Ibn Ha>tim dari Ali bin Abi T}alhah yang bersumber dari Ibn Abba>s yang menyebutkan kekecewaan orang Yahudi setelah kiblat pindah kembali Masjid al-Haram Mekah, maka turunlah ayat tersebut.
d. Dari al-Turmudzi, Ibn Majah dan al-Daruqutni yang bersumber dari Ash'ath bin al-Saman dari 'Ashim bin Abdillah dari Abdullah bin Amr bin Rabi'ah dari ayahnya, yang menerangkan meraka dan Nabi saw pernah salat pada malam yang gelap-gulita, tak tahu arah kiblat.
e. Dari al-Daruqutni dan Ibn Mardawaih dari al-Azrami dari Ata' dari Jabi>r yang menyebutkan Nabi saw mengutus pasukan perang, termasuk Jabi>r, ketika akan s}alat, mereka mempunyai permasalahan persis sama pada poin (d).
f. Dari Ibn Mardawaih dari al-Kalabi dari Abi Salih yang bersumber dari Ibn Abba>s yang menerangkan kasus yang tak jauh beda seperti kasus pada poin (d) dan (e).
g. Dari Ibn Jari>r yang bersumber dari Qatadah yang menyebutkan bahwa Nabi saw memerintahkan seseorang untuk salat Jenazah bagi Raja Najashi, yang ketika hayatnya, sang raja s}alat tidak menhadap kiblat.
h. Dari Ibn Jari>r yang bersumber dari Muja>hid bahwa ketika turun ayat (QS. al-Mukmi>n: 60) tentang perintah berdoa kepada Allah. Lalu para sahabat tidak tahu, berdoa menghadap ke arah mana, sehingga turunlah ayat tersebut di atas.
Contoh lain mengenai turunnya ayat tentang persetubuhan suami-isteri dengan cara bagaimanapun, asal pada tempat yang semestinya. Al-Suyu>t}i> menyebutkan sedikitnya ada 8 sumber periwayatan yang menjelaskan sebab turunnya ayat tersebut. Begitu juga terhadap ayat-ayat al-Qur’an lainnya yang memiliki banyak versi periwayatan yang ditulis al-Suyu>t}i> dalam kitabnya tersebut.
2. Keluasan Penjelasan
Sesuai dengan judul kitabnya, Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, maka al-Suyu>t}i> hanya mencantumkan penjelasan mengenai sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat al-Qur’an, baik berbentuk suatu peristiwa yang terjadi, maupun karena ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw oleh para sahabat dan atau kaum kafir Qurai>sh. Oleh karena itu, kitab ini tidak menjelaskan tafsir al-Qur'a>n, dengan menerangkan arti mufradat, pengertian lafaz, makna atau kandungan kalimat, dan sebagainya, sebagaimana kitab tafsir pada umumnya. Dengan demikian, hemat penulis, al-Suyu>t}i> dalam kitabnya ini menggunakan metode bayani, karena hanya menjelaskan deskripsi asba>b al-nuzu>l–dengan uraian simpel–ayat-ayat al-Qur'a>n, yang merupakan bagian dari tafsir al-Qur’an al-Maji>d.
3. Sasaran dan tertib ayat
Al-Suyu>t}i> dalam menulis kitabnya, menggunakan metode tahlili, karena beliau menerangkan sistematika asba>b al-nuzu>l berdasarkan urutan (tertib) surat yang ada dalam mushaf. Hanya saja dalam kitabnya ini, al-Suyu>t}i memulainya dari surat al-Baqarah, bukan dari surat al-Fa>tihah sebagaimana urutan dalam mushaf. Tidak memulainya dari surat al-Fa>tihah, kemungkinan karena surat itu tidak memiliki asba>b al-nuzub al-nuzu>l ayat/surat, umumnya tidak hanya menggunakan satu sumber periwayatan, melainkan dari berbagai sumber, sehingga pembaca dapat melakukan analisa komparatif, mana periwayatan yang rajih dan tidak.
2. Urutan (tertib) surat sesuai dengan urutan yang tertera dalam mushaf, sehingga memudahkan pembaca untuk menemukan ayat yang dikehendakinya.
3. Menjelaskan yang sahih dengan yang tidak, yang maqbul dengan mardud terhadap sumber riwayat. Hal ini berbeda dengan riwayat yang dikemukakan al-Wa>hidi dalam kitabnya Asba>b al-Nuzu>l, tidak diterangkan kesahihan hadith yang dinukilnya. Misalnya dalam kasus arah kiblat di atas (QS. al-Baqarah:115), dari sekian riwayat yang dicantumkan, al-Suyu>t}i> mengemukakan riwayat yang da'if, yaitu (poin d) riwayat dari al-Turmudzi, Ibn Majah dan al-Daruqutni yang bersumber dari Ash'ath bin al-Saman dari 'Ashim bin Abdillah dan seterusnya. Bahkan dikuatkan oleh ulama lain, seperti al-Turmudzi, berkomentar, bahwa hadith ini hadith gharib, dan Ash'ath dida'ifkan dalam meriwayatkan hadith ini.
4. Menggabungkan antara riwayat yang berlawanan, seperti dikemukakan dalam muqaddimah kitabnya,
5. Memisahkan atau menerangkan ayat yang tidak ada sebab-sebab turunnya. Hal ini telah disebutkan dalam muqaddimahnya.
6. Maraji’ kitabnya diambil dari beberapa kitab yang mu’tabar (seperti al-Kutub al-Sitatah, Sahih Ibn Hibban, Asba>b al-Nuzu>l li al-Wa>hidi>, dan sebagainya) dan diberikan tambahan beberapa riwayat lainnya dengan diberi tanda (huruf ك ) di depan riwayat tambahan itu.
Adapun segi kekurangannya, antara lain:
1. Setelah melalui penelitian, ternyata ada beberapa riwayat yang berupa hadith, namun isinya bukan hadith, karena hanya sebuah ucapan, perbuatan, sikap para sahabat, bukan disandarkan kepada Nabi saw. Hadith-hadith yang dinukil al-Suyu>ti itu memang ada dalam kitab-kitab muktabar, seperti kitab S}ah}i>h} al-Bukha>ri, S}ah}i>h} Muslim, Sunan Abu Da>wu>d dan sebagainya.
Contoh:
أخرج بن جريرعن السدى نحوه قوله تعالى: (نساءكم حرث لكم) الاية روى الشيخان وابوداود
والترميزى عن جابر قال: كانت اليهود تقول: إذا جامعها من ورائها جاء الولد احوال فنزلت
(نساءكم حرث لكم فأتو حرثكم أنى شئتم)

Hadi>th dari Jabi>r yang menerangkan tentang turunnya ayat (QS. al-Baqarah: 223) tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Abu Daud dan al-Turmudzi.
Namun, oleh sebagian kalangan, seperti Prof. Burhan Jamaludin (Guru Besar bidang Hadith, IAIN Sunan Ampel Surabaya), menganggapnya sebagai bukan hadith atau jika dianggap sebagai hadith, ia bernilai da’if. Beliau berargumentasi dari pengertian dasar dari hadith itu sendiri, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa ucapan, perbuatan, taqrir, dan hal-ihwal mengenai Nabi saw. Sementara apa yang dikemukan di atas, bukanlah ucapan, perbuatan, taqrir, dan hal-ihwal beliau, melainkan hanya ucapan atau berita dari Jabir, sahabat Nabi saw.
Menurut penulis, apa yang dikemukakan oleh Burhan Jamaludin tersebut, sebenarnya penilaian (kritikan) beliau terhadap kitab Sahih al-Bukhari, bukan ditujukan langsung pada kitab al-Suyuti ini. Hanya saja karena al-Suyuti menukil hadith tersebut–yang dinilai bermasalah–dari kitab Sahih al-Bukhari, sehingga oleh sebagian ahli menilai kitab al-Suyuti itu terdapat kekurangan, khusus dalam hal sumber periwayatan dimaksud.
2. Sebagian pendapat menilai, tidak semua asba>b al-nuzu>l ayat yang dicantumkan al-Suyuti dalam kitabnya. Hal ini dipahami dari adanya kontradiksi diantara para ulama al-Qur’an tentang jumlah ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l. Akan tetapi, jumlah asba>b al-nuzu>l ayat dengan versinya masing-masing itu, mempunyai hikmah tersendiri, yaitu saling melengkapi antara satu kitab dengan kitab lainnya.

D. Prosentase Ayat yang Memiliki Asba>b al-Nuzu>l Versi al-Suyu>t}i>
Tidak semua ayat dalam al-Qur’a>n yang turun karena suatu sebab atau peristiwa tertentu yang melatarbelakanginya. Bahkan sebagian besar ayat-ayat al-Qur’a>n turun tanpa ada sebab atau peristiwa yang menyebabkan turunnya. Dalam kitabnya, al-Suyu>t}i> menyebutkan ada 711 ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l atau jika diprosentasekan hanya 11,40% dari 6.234 ayat, berdasarkan hitungan pada mushaf al-Qur'a>n al-Kari>m wa Tarjamat al-Indu>nisiyyah, yang diterbitkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Lebih jelasnya, pada surat dan ayat berapa, versi al-Suyu>ti>? Penulis akan kemukakan dalam bentuk tabel yang akan disajikan kemudian.
Selanjutnya, sebagai analisa komparasi, penulis menukil dari Prof. M. Roem Rawi, (Guru Besar bidang Tafsir, IAIN Sunan Ampel, Surabaya), yang mengutip pendapat al-Wa>hidi dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l-nya, menyebutkan ayat-ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l, yaitu sebanyak 715 ayat (11,46%) dari keseluruhan ayat al-Qur’a>n. M. Roem Rawi juga mengutip Muqbi bin Hadi al-Wadi'i dalam kitab Al-Musnad al-Sahi>h min Asba>b al-Nuzu>l, yang menyebutkan ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l, ada 333 ayat (5,34%).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l sangat sedikit dibanding dengan jumlah ayat al-Qur’a>n secara keseluruhan. Namun, jumlah surat yang memiliki asba>b al-nuzu>l menurut ketiga ulama tersebut cukup dominan, dari 114 surat al-Qur’a>n. Jumlah surat yang ayat-ayatnya mempunyai asba>b al-nuzu>l sebanyak 82 surat atau 71,90% (al-Wahidi), 103 surat atau 90,35% (al-Suyu>t}i>), dan 55 surat atau 48,24% (Muqbil bin Hadi). Namun tetap tidak signifikan, karena yang menjadi ukuran adalah jumlah ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l.
Adapun jumlah surat dan ayat al-Qur’an yang memiliki asba>b al-nuzu>l menurut al-Suyu>t}i> dalam kitab Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, (lebih jelasnya, lihat al-Suyuti dan al-Mahalli, Tafsi>r al-Qur'a>n al-’Az}i>m, hal. 452–455,

E. Penutup
Demikianlah deskiripsi singkat tentang kitab Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, yang merupakan karya besar al-Suyu>t}i>, dan banyak menjadi rujukan para ulama dan kaum muslimin. Meskipun–menurut sebagian kalangan–masih ada ayat-ayat yang belum diterangkan asba>b al-nuzu>lnya, namun jika betul-betul dikaji akan membawa manfaat yang sangat besar, baik para ulama, sarjana, akademisi, maupun masyarakat muslim pada umumnya. Sebab, di dalamnya banyak ditemukan asba>b al-nuzu>l ayat, yang dinukil dari berbagai sumber periwayatan. Sehingga diharapkan dapat menjadi tangga untuk memahami dan mendalami makna dan pesan al-Qur’an.

http://referensiagama.blogspot.com