Kamis, 14 Juli 2011

kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan transaksional dan transformasional.

KEPEMIMPINAN KHARISMATIK, KEPEMIMPINAN TRANSAKSIONAL DAN TRANSFORMASIONAL
Created and Poblished by Sariono sby

BAB I
PENDAHULUAN

Di lingkungan masyarakat, dalam organisasi formal maupun nonfornal selalu ada seseorang yang dianggap lebih dari yang lain. Seseorang yang memiliki kemampuan lebih tersebut kemudian diangkat atau ditunjuk sebagai orang yang dipercayakan untuk mengatur orang lainnya. Biasanya orang seperti itu disebut pemimpin atau manajer. Dari kata pemimpin itulah kemudian muncul istilah kepemimpinan.
Sebagaimana tujuan Allah Subhanahuata’ala menciptakan manusia di dunia sebagai pemimpin (khalifah), firman Allah Subhanahuata’ala dalam surah al-Baqarah ayat 30 :

واد قال ربك للملئكة اني جاعل في الارض خليفة قالوا اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك قال اني اعلم مالا تعلمون (البقرة :300)9000)0000

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (QS. Al-Baqarah:30)1

Masalah kepemimpinan sama tuanya dengan sejarah manusia, untuk itu kepemimpinan membutuhkan manusia. Apakah orang-orang dalam masyarakat atau organisasi tidak dapat menjalankan tugas dan fungsinya tanpa ada seorang pemimpin? Sedikitnya terdapat empat macam alasan yaitu 2: (1) karena banyak orang memerlukan figur pemimpin, (2) dalam beberapa situasi seorang pemimpin
_____________________
1 Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mushhaf asy Syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Medinah Munawarah:1412H), 13.
2 Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 1.
tampil mewakili kelompoknya, (3) sebagai tempat pengambilan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya, dan (4) sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.
Pendekatan dan penelitian tentang kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya istilah pemimpin dan kepemimpinan tersebut. Pada tahun 1980-an, para peneliti manajemen menjadi amat tertarik dalam aspek emosional dan simbolis dari kepemimpinan. Proses ini membantu kita untuk memahami bagaimana para pemimpin mempengaruhi pengikut untuk membuat pengorbanan diri dan meletakkan kebutuhan misi atau organisasi di atas kepentingan diri yang materialistis.
Dari sinilah munculnya berbagai teori kepemimpinan. Ada banyak teori kepemimpinan, teori sifat, teori kepribadian perilaku, teori situasional, teori kharismatik, teori transaksional dan transformasional. Dalam makalah ini penulis akan menyajikan dua pendekatan lebih baru terhadap persoalan: kepemimpinan kharismatik, kepemimpinan transaksional dan transformasional.




BAB II
PEMBAHASAN

Teori Kepemimpinan Kharismatik

Teori Awal
Teori kepemimpinan kharismatik amatlah terpengaruh oleh ide-ide dari ahli sosial awal bernama Max Weber. Kharisma adalah kata dalam bahasa Yunani yang berarti “berkat yang terinspirasi secara agung” , seperti kemampuan untuk melakukan keajaiban atau memprediksi peristiwa masa depan. Weber (1947). Menggunakan istilah itu untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi atas persepsi bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa. Menurut Weber, kharisma terjadi saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.3

Indikator dari Kharisma
Bukti dari kepemimpinan kharismatik diberikan oleh hubungan pemimpin –pengikut. Seperti dalam teori awal oleh House (1977), seorang pemimpin yang kharismatik memiliki pengaruh yang dalam dan tidak biasa pada pengikutnya.4
Para pengikut merasa bahwa keyakinan pemimpin adalah benar, mereka bersedia mematuhi pemimpin, mereka merasakan kasih sayang terhadap pemimpin, secara emosional mereka terlibat dalam misi kelompok atau organisasi, mereka memiliki sasaran kinerja yang tinggi, dan mereka yakin bahwa mereka dapat
___________________
3 Seperti dikutip oleh Gary Yukl, Kepemimpinan dalam Organisasi (Jakarta: Indeks, 2010), 290.
4 Ibid, 294
berkontribusi terhadap keberhasilan dari misi itu. Atribusi dari kepemimpinan yang luar biasa kepada pemimpin amatlah mungkin.

Ciri dan Perilaku Penting
Ciri dan perilaku pemimpin merupakan penentu penting dari kepemimpinan kharismatik. Para pemimpin yang kharismatik akan lebih besar kemungkinannya untuk memiliki kebutuhan yang kuat akan kekuasaan, keyakinan diri yang tinggi, dan pendirian kuat dalam keyakinan dan idealisme mereka sendiri. Perilaku kepemimpinan yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin yang kharismatik mempengaruhi sikap dan perilaku dari pengikut meliputi yang berikut: (1) menyampaikan sebuah visi yang menarik, (2) menggunakan bentuk komunikasi yang kuat dan ekspresif saat menyampaikan visi, (3) mengambil resiko pribadi dan membuat pengorbanan diri untuk mencapai visi itu, (4) menyampaikan harapan yang tinggi, (5) memperlihatkan akan keyakinan pengikut, (6) pembuatan model peran dari perilaku yang konsisten dengan visi itu, (7) mengelola kesan pengikut akan pemimpin, (8) membangun identifikasi dengan kelompok atau organisasi, dan (9) memberikan kewenangan kepada pengikut.

Proses pengaruh
Identifikasi pribadi adalah satu jenis proses pengaruh yang dapat terjadi bagi beberapa pengikut dari seorang pemimpin kharismatik. Saat terdapat identifikasi pribadi yang kuat, para pengikut akan meniru perilaku pemimpin itu, menjalankan permintaan pemimpin, dan memberikan upaya tambahan untuk menyenangkan pemimpinnya. Para pemimpin yang kharismatik dapat meningkatkan identifikasi pribadi dengan melakukan hal-hal yang membuat mereka terlihat heroik, menarik, dan luar biasa (misalnya menyampaikan visi yang menarik, memperlihatkan keyakinan diri, membuat pengorbanan diri bagi pengikut, memperlihatkan keberanian dan pendirian).
Rutinisasi Kharisma
Kharisma adalah sebuah fenomena tidak kekal. Hal ini bergantung pada identifikasi pribadi terhadap seorang pemimpin individual yang dipandang luar biasa. Saat pemimpin itu pergi atau meninggal, kemungkinan besar akan terjadi krisis penerus. Banyak organisasi yang didirikan oleh seorang pemimpin kharismatik yang otokratis kemudian gagal untuk bertahan dari suksesi ini (Bryman, 1992; Mintzberg, 1983). Para pemimpin kharismatik dapat melakukan beberapa hal dalam upayanya untuk mengabadikan pengaruh mereka pada organisasi setelah mereka pergi (Bryman, 1992; Trice & Beyer, 1986). Ketiga pendekatan untuk rutinisasi kharisma tidak sama-sama eksklusif, dan mereka semua dapat terjadi hingga batas tertentu dalam organisasi yang sama.
Sebuah pendekatan adalah dengan memindahkan kharisma kepada seorang penerus yang ditunjuk melalui tata cara dan upacara. Namun, kemungkinan jarang menemukan seorang penerus bagi pemimpin yang luar biasa. Selanjutnya, banyak alasan mengapa seorang pemimpin kharismatik bisa segan untuk cukup dini mengidentifikasi seorang penerus yang kuat untuk mematikan transisi yang mulus. Alasan yang mungkin meliputi mekanisme pertahanan (misalnya, pemimpin menghindari memikirkan kematian atau pensiun), terlalu asyik dengan misi, dan ketakutan akan rival yang potensial.
Pendekatan kedua adalah dengan menciptakan sebuah struktur adminstratif yang akan terus menerapkan visi pemimpin itu dengan otoritas rasional-legal (Weber, 1947).
Pendekatan ketiga mengabadikan visi pemimpin adalah menanamkannya dalam budaya organisasi dengan mempengaruhi pengikut untuk melakukan internalisasi dan memberikan mereka kewenangan untuk menerapakannya.




Konsekuensi dari Kepemimpinan Kharismatik
Sisi Gelap dari Kharisma
Teori utama kepemimpinan kharismatik menekankan pada konsekuensi positif, tetapi sejumlah ilmuan sosial juga telah mempertimbangkan “sisi gelap” dari kharisma (Bass & Steidmeier, 1999; Conger, 1989: Conger & Kanungo, 1998; Hogan, Raskin & Fazzini, 1990; House & Howell, 1992; Kets de Vries & Miller, 1985; Mumford, Gessner, Connelly, O’Connor, Mumford, Clifton, Gessner, & Connelly, 1995). Konsekuensi negatif yang mungkin terjadi dalam organisasi yang dipimpin oleh kepemimpinan kahrismatik adalah :
Keinginan akan penerimaan oleh pemimpin menghambat kecaman dari pengikut
Pemujaan oleh pengikut menciptakan khayalan akan tidak dapat berbuat kesalahan
Keyakinan dan optimisme berlebihan membutakan pemimpin dari bahaya nyata
Penolakan akan masalah dan kegagalan mengurangi pembelajaran organisasi
Proyek beresiko yang terlalu besar akan besar kemungkinannya untuk gagal
Mengambil pujian sepenuhnya atas keberhasilan akan mengasingkan beberapa pengikut yang penting
Ketergantungan pada pemimpin akan menghambat perkembangan penerus yang kompeten
Kegagalan untuk mengembangkan penerus menciptakan krisis kepemimpinan pada akhirnya

Pengaruh Positif
Para pengikut akan jauh lebih baik bila bersama dengan pemimpin yang kharismatik positif daripada dengan pemimpin kharismatik negatif. Mereka lebih besar kemungkinannya akan mengalami pertumbuhan psikoligis dan perkembangan kemampuan mereka dan organisasi akan lebih dapat berdaptasi terhadap sebuah lingkungan yang dinamis, bermusuhan dan kompetitif.
Organisasi jelas telah memahami misi yang mewujudkan nilai-nilai sosial bukannya hanya keuntungan atau pertumbuhan, para anggota dari semua tingkatan diberikan kewenangan untuk membuat keputusan tentang bagaimana menerapkan strategi dan melakukan pekerjaan mereka, komunikasinya terbuka dan informasi dibagikan, struktur dan sstem organisasi mendukung misinya.

Teori Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
Teori tentang kepemimpinan transformasional didasarkan pada ide dari James McGregor Burns (1978). Burns membedakan antara kepemimpinan yang melakukan transformasi dengan kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transformasional menyerukan nilai-nilai moral dari para pengikut dalam upayanya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi dan sumber daya mereka untuk mereformasi institusi. Kepemimpinan yang melakukan transaksi, memotivasi para pengikut dengan menyerukan kepentingan pribadi mereka. Sebagai contoh, para pemimpin politis bertukar pekerjaan, subsidi, dan kontrak pemerintah yang menguntungkan dengan suara dan kontribusi kampanye.
Kedua jenis kepemimpinan itu didefinisikan dalam hal perilaku komponen yang digunakan untuk mempengaruhi para pengikut dan pengaruh dari pemimpin kepada pengikut.
Dengan kepemimpinan transformasional, para pengikut merasakan kepercayaan, kekaguman, kesetiaan dan penghormatan terhadap pemimpin, dan mereka termotivasi untuk melakukan lebih daripada yang awalnya diharapkan dari mereka. Menurut Bass (1985, 1996), pemimpin mengubah dan memotivasi para pengikut dengan (1) membuat mereka lebih menyadari pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka untuk mementingkan kepentingan tim atau organisasi mereka dibandingkan dengan kepentingan pribadi, dan (3) mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.
Sebaliknya kepemimpinan transaksional melibatkan sebuah proses pertukaran yang dapat menghasilkan kepatuhan pengikut akan permintaan pemimpin tetapi tidak mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen terhadap sasaran tugas.

Pedoman untuk Kepemimpinan Transformasional
Walaupun masih banyak hal yang harus dipelajari mengenai kepemimpinan transformasional, terdapat cukup banyak pemusatan pandangan dalam temuan-temuan dari jenis penelitian berbeda untuk menyatakan beberapa pedoman tentatif bagi para pemimpin yang berusaha untuk menginspirasikan dan memotivasi pengikut.
Menyatakan visi yang jelas dan menarik
Keberhasilan dari sebuah visi diantaranya bergantung pada bagaimana baiknya hal ini disampaikan kepada orang. Hal ini harus disampaikan berulang kali pada setiap kesempatan dan dalam cara-cara yang berbeda. Bertemu dengan orang-orang secara lansung untuk menjelaskan visi itu dan menjawab pertanyaan tentangnya barangkali lebih efektif daripada bentuk komunikasi lainnya.
Menjelaskan bagaimana visi tersebut dapat dicapai
Tidaklah cukup menyampaikan sebuah visi yang menarik; pemimpin juga harus meyakinkan para pengikut bahwa visi itu memungkinkan. Amatlah penting untuk membuat sebuah strategi yang dapat dipercaya untuk mencapainya.
Bertindak optimistis
Para pengikut tidak akan meyakini visi kecuali pemimpinnya memperlihatkan keyakinan diri dan pendirian. Adalah penting untuk tetap optimistis tentang kemungkinan keberhasilan kelompok dalam mencapai visinya. Keyakinan dan optimisme harus diperlihatkan baik dalam perkataan maupun tindakan.
Memperlihatkan keyakinan terhadap pengikut
Pengaruh yang memberikan motivasi dari sebuah visi bergantung pada batasan dimana bawahan yakin kemampuan mereka untuk mencapainya. Penelitian mengenai “pengaruh Pygmalion” menemukan bahwa orang memiliki kinerja yang lebih baik saat seorang pemimpin memiliki harapan yang tinggi bagi mereka dan memperlihatkan keyakinan terhadap mereka.
Menggunakan tindakan dramatis dan simbolis untuk menekankan nilai-nilai penting
Tindakan simbolis untuk mencapai sebuah sasaran penting atau mempertahankan sebuah nilai penting akan lebih mungkin memberikan pengaruh saat manajer itu membuat resiko kerugian pribadi yang cukup besar, membuat pengorbanan diri, atau melakukan hal-hal yang tidak konvensional.
Memimpin dengan memberikan contoh
Menurut peribahasa, tindakan berbicara lebih keras daripada perkataan. Satu cara seorang pemimpin dapat mempengaruhi komitmen bawahan adalah dengan menetapkan sebuah contoh dari perilaku yang dapat dijadikan contoh dalam interaksi keseharian dengan bawahan.
Memberikan kewenangan kepada orang-orang untuk mencapai visi itu
Pemberian kewenangan berarti mendelegasikan kewenangan untuk keputusan tentang bagaimana melakukan pekerjaan kepada orang-orang dan tim. Ini berarti meminta orang untuk menentukan sendiri cara terbaik untuk menerapkan strategi untuk mencapai sasaran. Memberikan kewenangan juga berarti mengurangi halangan birokrasi atas bagaimana pekerjaan itu dilakukan sehingga orang memiliki lebih banyak keleluasaan. Akhirnya, memberikan kewenangan berarti memberikan sumber daya yang memadai bagi bawahan untuk menjalankan sebuah tugas di mana mereka diberikan tanggung jawab.
BAB III
RINGKASAN

Teori kepemimpinan kharismatik amatlah terpengaruh oleh ide-ide dari ahli sosial awal bernama Max Weber. Istilah itu untuk menjelaskan sebuah bentuk pengaruh yang bukan didasarkan pada tradisi atau otoritas formal tetapi atas persepsi bahwa pemimpin diberkati dengan kualitas yang luar biasa. Kharisma bisa saja muncul saat terdapat sebuah krisis sosial, seorang pemimpin muncul dengan sebuah visi radikal yang menawarkan sebuah solusi untuk krisis itu, pemimpin menarik pengikut yang percaya pada visi itu, mereka mengalami beberapa keberhasilan yang membuat visi itu terlihat dapat dicapai, dan para pengikut dapat mempercayai bahwa pemimpin itu sebagai orang yang luar biasa.
Teori tentang kepemimpinan transformasional didasarkan pada ide dari James McGregor Burns. Kepemimpinan transformasional menyerukan nilai-nilai moral dari para pengikut dalam upayanya untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang masalah etis dan untuk memobilisasi energi dan sumber daya mereka untuk mereformasi institusi.
Para pemimpin transformasional membuat para pengikut menjadi lebih menyadari kepentingan dan nilai dari pekerjaan dan membujuk pengikut untuk tidak mendahulukan kepentingan diri sendiri demi organisasi.
Kepemimpinan transaksional adalah kepemimpinan yang melakukan transaksi, memotivasi para pengikut dengan menyerukan kepentingan pribadi mereka.





DAFTAR PUSTAKA


Bass, B.M. Leadership and Performance Beyond Expectations. New York: Free Press, 1985.
Bass, B.M. An New paradigm of Leadership: An Inquiry Into Transformasional Leadership. Alexandria, VA: U.S Army Research Institute for The Behavioral and Social Sciences, 1996.
Burns, J.M. Leadership. New York; Harper & Row, 1978.
Conger, J.A. The Charismatic leader; Behind The Mystique of Exceptional Leadership. San Francisco, CA; Jossey Bass, 1989.
Gary Yukl. Leadership in organizations, alih bahasa oleh Budi Supriyanto, Jakarta ; Indeks, 2010.
Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mushhaf asy Syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Medinah Munawarah:1412 H.
Rivai,Veithzal. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta; Rajawali Pers, 2010.
Rohmat. Kepemimpinan Pendidikan. Yogyakarta: Litera Buku, 2010.

Selasa, 05 Juli 2011

AYAT-AYAT TENTANG IMU PENGETAHUAN


AYAT-AYAT TENTANG IMU PENGETAHUAN
Created and published : //http.referensiagama.blogspot.com
by sariono sby

BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’a>n sebagai sumber pemikiran Islam tiada ternilai harganya dalam memberikan inspirasi edukatif yang perlu dikembangkan secara filosofi maupun ilmiah. Pengembangan demikian diperlukan sebagai kerangka dasar membangun sitem pendidikan Islam. Salah satu diantaranya ialah dengan cara mengintrodusir konsep-konsep al-Qur’a>n tentang kependidikan.
Dalam kajian al-Qur’a>n, ilmu adalah keistimewaan yang menjadikan manusia unggul terhadap makhluk-makhluk lain guna menjalankan fungsi kekhalifahan. Ini dapat kita perhatikan dalam kisah kejadian manusia pertama, sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’a>n syrat al-Baqarah ayat 31;
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎz�tä ’n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ’ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJó™r'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%ω»|¹ ÇÌÊÈ
dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Secara garis besar objek ilmu dapat dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu alam materi dan alam non materi. Dalam kaitan dengan dua cabang ilmu ini sains mutakhir hanya mengarahkan pandangan kepada alam materi. Oleh karena itu mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat dibuktikan dengan alam materi. Dengan demikian objek ilmu hanya mencakup sains kealaman dan terapannya.
Berbeda dengan sains mutakhir, sebagian ilmuwan Muslim khususnya kaum sufi melalui ayat-ayat al-Qur’a>n memperkenalkan ilmu yang mereka sebut al-H{ad}ara>t al-Ila>hiyah al-Khams (lima kehadiran ilahiyah) untuk menggambarkan hierarki keseluruhan realitas wujud. Kelima hal ini adalah :
1. Alam Na>sut (alam materi)
2. Alam Malakut (alam kejiwaan)
3. Alam Jabaru>t (alam ruh)
4. Alam La>hu>t (sifat-sifat ilahiyah)
5. Alam Ha>hu>t (wujud Z{at Ilahi).
Guna meraih kelima cabang tersebut al-Qur’a>n telah memberikan tuntunan sebagai berikut;
ª!$#ur Nä3y_t�÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«ø‹x© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t�»|Áö/F{$#ur noy‰Ï«øùF{$#ur öNä3ª=yès9 šcrã�ä3ô±s? ÇÐÑÈ
dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur (menggunakannya sesuai petunjuk Ilahi untuk memperoleh pengetahuan)
Di dalam al-Qur’a>n ayat-ayat yang membicarakan Ilmu Pengetahuan sangat banyak, sebagaimana penulis temukan dalam ensiklopedi yaitu:
1. Mukjizat ilmu pengetahuan dalam al-Qur’a>n, terdiri:
a. Ginokologi (ilmu janin), terdapat dalam 16 ayat
b. Tumbuh-tumbuhan, terdapat dalam 17 ayat
c. Hewan, burung, hewan melata, binatang air, serangga, terdapat dalam, terdapat dalam 43 ayat
e. Pohon hijau : (2 ayat)
f. Pembentukan air susu : ( 2 ayat)
g. Makhluk diciptakan berpasang-pasangan : (14 ayata)
i. Keistimewaan sidik jari manusia : (1 ayat)
j. Manfaat kurma bagi wanita bersalin : (2 ayat)
k. Pentingny akeseimbangan gizi : (2 ayat)
l. Energi angin : (8 ayat)
m. Air sebagai sumber kehidupan : (12 ayat)
n. Bahaya Alkohol bagi manusia : (3 ayat)
2. Fenomena Geografis dalam al-Qur’a>n terdapat dalam 29 ayat
3. Fenomena Alam dalam al-Qur’a>n, terdapat dalam 120 ayat
4. Ilmu Bumi dalam al-Qur’a>n, terdapat dalam 72 ayat
5. Keutamaan negeri-negeri, terdapat dalam 13 ayat
Melihat kenyataan bahwa ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan sangat banyak, maka dalam makalah ini penulis memfokuskan kajian pada al-Qur’a>n surat al-‘Alaq ayat 1 s/d 5, dengan pertimbangan:
1. Surat al-‘Alaq merupakan surat yang pertama yang diturunkan oleh Alla>h
2. Dalam surat al-Alaq terdapat dasar-dasar ilmu pengetahuan
3. Lima ayat dalam surat al-‘Alaq mempnyai relevansi dengan perspektif “Kependidikan”.
4. Al-Qur’a>n surat al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 adalah :
ù&t�ø%$# ÉOó™$$Î/ y7În/u‘ “Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ
ù&t�ø%$# y7š/u‘ur ãPt�ø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Sebelum ayat tersebut turun ada sesuatu yang sangat menarik sehingga perlu penulis paparkan pada Bab Pendahuluan ini, dimana sebagaimana tercatat dalam buku sirah ibn Hisham, yang dikutip oleh Nurwadjah Ah}mad, bahwa Nabi Muh}ammad saw mulai melakukan kontemplasi (khalwat) ketika beliau menginjak usia 36 tahun. Sementara beliau menerima wahyu pertama pada usia 40 tahun. Itu artinya dari permulaan melakukan kontemplasi (khalwat) hingga mendapat wahyu terdapat rentang waktu kurang lebih tiga setengah tahun, ini waktu yang relatif panjang. Nabi melakukan kontemplasi (khalwat) pada saat melihat tatanan masharakat sekitarnya yang sudah mulai rusak, dan terasing dari kemanusiaannya. Beliau melakukan kontemplasi (khalwat) bukan sekedar mengasingkan diri, tetapi mempunyai tujuan untuk mencari solusi bagaimana mengubah tatanan masharakat kearah yang lebih baik.
Dengan demikian pada saat Muh}ammad mencari kebenaran beliau memulainya dengan cara penyucian jiwa. Secara tersirat beliau menyadari bahwa dengan upaya melakukan menyucian jiwa akan memudahkan dalam menemukan solusi yang diharapkan. Lebih lanjut kenyataan ini telah menjadikan Muh}ammad siap melakukan komonikasi rahasia dengan Jibril. Lebih lanjut Nurwadjah Ah}mad menceritakan maksud suatu hadith bahwa sebelum Nabi mendapat wahyu pertama, pada awalnya ia sering mimpi yang benar (na>m al-S}a>lih}ah}). Maksudnya, keterhubungan Nabi dengan wilayah Ila>hi tidak bisa sekaligus, belaiu harus melalui tahap-tahap hingga akhirnya mampu menangkap penangkapan Jibril maupun sinyal-sinyal Ilahi secara sempurna.





BAB II
PEMBAHASAN
A. Subjek dan Objek Pembelajaran
Guna menjelaskan siapa sebenarnya subjek (pendidik) dan objek (pserta didik) yang dapat disarikan dari surat al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 tersebut kita dapat menyimak sebuah hadith s}ah}i>h sebagaimana dikutip oleh al-Maraghi, maksudnya Nabi saw. mendatangi gua Hira’ (Hira’ adalah nama sebuah gunung di Makkah) untuk beribadah selama beberapa hari. Hingga pada suatu hari beliau dikejutkan oleh kedatangan Malaikat membawa wahyu Ila>hi. Malaikat berkata kepadanya ”Bacalah” Beliau menjawab, ”saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya Malaikat memegang Nabi dan mengguncangnya hingga Nabi kepayahan, dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, ”Bacalah” Nabi menjawab, ”saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan, bahwa untuk ketiga kalinya Malaikat memegang Nabi dan mengguncang-guncangkannya hingga beliau kepayahan. Setelah itu barulah Nabi mengucapkan apa yang diucapkan oleh Malaikat, yaitu surat al-’Alaq ayat 1 s/d 5.
Dengan memperhatikan maksud hadith di atas maka menurut hemat penulis yang bertugas sebagai pendidik adalah Malaikat (Jibril). Sedangkan menurut Nurwadjah Ah}mad yang menjadi peserta didik adalah Muh}ammad, sebab beliau merupakan orang yang sedang mencari sesuatu petunjuk (pelajaran) dengan jalan kontemplasi (khalwat). Dengan semangat yang tinggi dan tidak mengenal kata putus asa, pada gilirannya apa yang beliau (Muh}ammad) cita-citakan mencapai keberhasilan. Menyimak perjalanan seorang murid dengan usaha yang gigih tersebut, dapat ditarik suatu keteladanan bahwa seharusnya seorang murid (termasuk kita semua) disamping dalam t}alab al-‘ilmi dengan gigih, tekun, dan ulet juga dengan penyucian jiwa yaitu memperbanyak taqarrub ila Alla>h.
B. Materi Pendidikan dan Pengajaran
1. Aqidah (Keimanan)
Kata Rabb pada surat al-‘Alaq ayat pertama dan ketiga apabila berdiri sendiri maka yang dimaksud adalah “Tuhan” yang tentunya antara lain karena Dialah yang melakukan tarbiyah (pendidikan) yang pada hakekatnya adalah pengembangan, peningkatan, serta perbaikan makhluk ciptaan-Nya.
2. Al-Qur’a>n dan Alam Semesta
Menurut Quraish Shihab, ”apabila suatu kata kerja yang membutuhkan objek tetapi tidak disebutkan objeknya, maka objek yang dimaksud bersifat umum, mencakup segala sesuatu yang dapat dijangkau oleh kata tersebut” Dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa sesuai dengan arti iqra’ (membaca, menelaah, meneliti, menyampaikan dan lain sebagainya), maka objeknya bersifat umum, yaitu mencakup bacaan suci, baik itu ayat-ayat yang tertulis maupun yang tidak tertulis. Alhasil perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri.
Dengan bahasa yang lebih tegas Nurwadjah Ah}mad berpendapat bahwa, Tuhan menyuruh Muh}ammad agar membaca ayat-ayat Tuhan yang tertulis (qur’a>niyyah) ataupun ayat-ayat yang tercipta (kauniyyah), dan didalam membaca ayat-ayat Tuhan tersebut harus dilandasi atas nama Tuhan (bismi rabbik). Dengn demikian menurut hemat penulis bahwa ayat-ayat tertulis (qur’a>niyyah) adalah kitab al-Qur’a>n sedang ayat-ayat tercipta (kauniyyah) adalah alam semesta.
3. Biologi
Pada ayat kedua menyatakan khalaq al-insa>n min ‘alaq, Manusia adalah makhluk Alla>h yang pertama-tama disebut di dalam wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muh}ammad saw. Kita memahami hal itu karena manusialah yang dituju oleh al-Qur’a>n. Manusialah yang diberi keterangan, petunjuk,dan ketetapan-ketetapan hukum melalui kitab ini.
Pada ayat ini manusia disebut sebagai insa>n, maksudnya bahwa manusia sebagai makhluk ruh}ani yang mempunyai fitrah, keinginan, nafsu, akal, dan kemampuan-kemampuan yang lahir dari instrumen hidupnya itu. Dalam kaitan ini ada dua hal, yaitu:
a. Manusi diciptakan oleh Rabb, maka kalau seseorang mempunyai wajah cantik atau sebaliknya, itu semua datang dari Rabb. Oleh karena itu seseorang dilarang melecehkan sesama, tetapi jangan pula merasa rendah diri kepada sesama manusia.
b. Manusia diciptakan dari ’alaq (segumpal darah). Maksudnya adalah zigot, zat yang terjadi setelah sperma berpadu dengan ovum. Rabb-lah yang membentuk zat itu menjadi manusi, melalui proses yang sangat pelik. Maka manusia harus mengagumi keagungan Dia dan bershukur kepada-Nya.
C. Metode dan Tahap-Tahap Pembelajaran
1. Metode Pembelajaran
a. Pemberian Tugas (resitasi)
Metode pemberian tugas (resitasi) adalah cara pembelajaran di mana guru memberikan tugas tertentu agar murid melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Pemberian tugas (resitasi) ini dapat merangsang anak untuk aktif belajar.
Metode pemberian tugas (resitasi) mempunyai beberapa kebaikan, diantaranya:
1) Pengetahuan yang diperoleh murid dari hasil belajar, hasil percobaan, hasil penyelidikan akan lebih meresap, tahan lama dan lebih otentik
2)Murid mempunyai keberanian mengambil inisiatif, bertanggungjawab dan berdiri sendiri
3) Dapat memperdalam, memperkaya dan memperluas wawasan tentang apa yang dipelajari
4) Dapat melatih dan membina kebiasaan peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri materi pembelajaran
5) Menimbulkan kegairahan bagi peserta didik dalam belajar sebab adanya variasi dalam pembelajaran
Dalam kontek pembelajaran pada surat al-’Alaq di atas, menurut hemat penulis bahwa guru (Jibril) dengan jelas telah memberika tugas (resitasi) kepada peserta didik (Muh}ammad) yang ujudnya adalah Muh}ammad selaku peserta didik diperintahkan untuk membaca (iqra>’). Pemberian tugas untuk membaca ini telah diulangi oleh pendidik (Jibril) sampai tiga kali. Tugas dengan pengulangan ini memberi makna bahwa tugas yang diberikan tersebut dipandang sangat penting dan bermakna bagi peserta pendidik, sebagaimana dijelaskan oleh Sakib Mah}mu>d bahwa perintah iqra’ dapat dimaknai: renungkan dengan cermat. Apa yang harus direnungkan? Segala sesuatu yang dapat diketahui dengan pancaindra seperti matahari, bulan, planet-planet, bintang-bintang, awan, gunung, sungai, air, tanaman, hewan, manusia, diri sendiri. dan lebih jauh Quraish Shihab berpendapat bahwa perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masharakat dan diri sendiri serta bacaan tertulis baik suci maupun tidak.
b. Pemodelan (Modeling)
Dalam sebuah pembelajaran keterampilan atau pengetahuan tertentu, ada model yang dapat ditiru. Model itu, memberi peluang yang besar bagi guru untuk memberi contoh cara mengerjakan sesuatu, dengan begitu guru memberi model tentang bagaimana cara belajar. Ketika guru mendemonstrasikan keterampilan atau pengetahuan tertentu paserta didik memperhatikan, mengamati kemudian mempraktikkan atau menirukan apa yang telah diperankan pendidik sebagai modeling.
Dalam pembelajran yang dialamai Muh}ammad saw, menurut pandangan penulis bahwa setelah pendidik (Jibril) menggunakan metode pemberian tugas (resitasi) kemudian dilanjutkan dengan pemodelan (modeling), yaitu pendidik memberikan contoh atau model bagaimana tatacara membaca, mengucapkan atau melafaz}kan materi pembelajaran dengan benar dan tepat baik itu menyangkut makhraj maupun tajwidnya.
Sementara pendidik (Jibril) memerankan sebagai model dan bertugas memberikan contoh kepada peserta didik, sementara peserta didik (Muh}ammad saw) memperhatikan, menyimak dan mengamati dengan penuh keseriusan kemudian mempraktikkan sesuai dengan apa yang telah didemonstrasikan oleh pendidik (Jibril)
b. Metode latihan atau drill
Metode ini merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan ketangkasan, keterampilan atau kebiasaan tertentu dari apa yang peserta didik pelajari.
Metode latihan atau drill ini secara jelas dapat kita petik pada saat peserta didik (Muh}ammad saw) berlatih membaca dan menirukan apa yang telah diajarkan dan diucapkan oleh pendidik (Jibril).
Menyimak beberapa metode pembelajaran yang telah digunakan oleh Pendidik (Jibril), maka dapat penulis tarik pengertian bahwa dalam proses belajar mengajar anatara pendidik (Jibril) dengan peserta didik (Muh}ammad saw) menggunakan tiga metode (pemberian tugas (resitasi), pemodelan (modeling), dan latihan (drill) secara simultan dan sesuai dengan kebutuhan menurut pendidik (Jibril)
1. Tahap-Tahap Pemebelajaran
a. Pada tahap awal, pembelajaran lebih memfokuskan pada hal-hal yang bersifat inderawi (khalaqa al-insa>na min ’alaq)
Al-Maraghi menafsirkan ayat tersebut bahwa, Alla>h menciptakan manusia dari segumpal darah (’Alaq), kemudian membekalinya dengan kemampuan menguasai alam bumi, dan dengan ilmu pengetahuannya bisa mengolah bumi serta menjinakkannya apa yang ada padanya untuk kepentingan umat manusia.
Lbih jauh Sakib Mah}mu>d menjelaskan maksud Manusia diciptakan dari ’alaq (segumpal darah), adalah zigot, zat yang terjadi setelah sperma berpadu dengan ovum. Rabb-lah yang membentuk zat itu menjadi manusia, melalui proses yang sangat pelik. Maka manusia harus mengagumi keagungan Dia dan bershukur kepada-Nya.
b. Setelah peserta didik mengetahui hal-hal yang bersifat inderawi, pembelajarannya dapat ditingkatkan kepada masalah-masalah yang bersifat abstrak dan spiritual (bismi rabbik alladhi> khalaq)
c. Setelah peserta didik menguasai dua hal tersebut, maka langkah berikutnya dalam proses pembelajaran adalah ditingkatkan pada kemampuan menuangkan / menuliskan idea / gagasan, sebab dengan demikian apa yang telah dipahami akan menjadi khazanah keilmuan khususnya generasi yang akan datang (’allama bi al-qalam)
d. Tahapan berikutnya adalah pembelajaran yang berkaitan dengan upaya-upaya yang akan meningkatkan seseorang (peserta didik) untuk mendapatkan pengetahuan dan hidayah dari Alla>h SWT (’allam al-insa>na ma>lam ya’lam).
D. Interaksi Pendidik dan Peserta Didik
Menyimak peristiwa turunnya surat al-’Alaq ayat 1 s/d 5 sebagaimana digambarkan dalam maksud hadith diatas, maka nampak dengan jelas bahwa dalam proses pembalajaran telah terjalin interaksi antara pendidik dengan peserta didik. Interaksi ini berlangsung secara aktif dan dari dua arah, maksudnya pendidik (Jibril) memberikan tugas dan sekaligus memberikan pemodelan atau contoh pada saat murid belum dapat melaksanakan tugas tersebut sedangkan peserta didik (Muh}ammad) aktif memberikan jawaban walupun jawabannya berupa aku belum bisa membaca (ma> ana> biqa>riin) dan sakaligus sang murid aktif mempraktikkan atau menirukan apa yang diajarkan oleh pendidik.
Berkaitan dengan interaksi dalam pembelajaran ini ada beberapa prinsip belajar yang dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh Syaiful Sagala sebagai berikut:
1. Law of Effect, yaitu bila hubungan antara stimulus dengan respon terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan, maka hubungan itu diperkuat
2. Spread of Effect, yaitu reaksi emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan, tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru
3. Law of Exercice, yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan
4. Law of Readiness, yaitu bila satuan-satuan dalam sistem syaraf telah siap berkonduksi, maka hubungan akan memuaskan
5. Law of Primacy, hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan
6. Law of Intensity, ialah belajar memberi makna yang dalam apabila diupayakan melalui kegiatan yang dinamis
7. Law of Recency, yaitu bahan yang baru dipelajari akan lebih mudah diingat
Berpijak pada uraian di atas, menurut hemat penulis prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh ahli psikologi pendidikan diatas, sebenarnya telah dilakukan oleh Rasu>lulla>h saw dalam proses pembelajaran, misalnya:
1.1. Law of Effect
Ini dapat kita perhatikan ketika Jibril berinteraksi dengan Muh}ammad dalam proses poembelajaran yang menimbulkan kepuasan
1.2. Spread of Effect
Dalam pembelajaran tersebut Muh}ammad sangat puas dimana beliau mendapatkan sesuatu yang selama ini sangat belaiu harapkan yaitu pengetahuan baru
1.3. Law of Exercice.
Pada awal pembelajaran Muh}ammad belum mempunyai kemampuan sesuai yang diperintahkan oleh pendidi (Jibril), tetapi melalui latian dengan bimbingan pendidik, akhirnya peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan oleh pendidik (Jibril)
1.4. Law of Readiness
Dengan latian dan penyucian jiwa yang dilakukan oleh Muhammad baik selama berada di tengah-tengah masharakat Quraish maupun selama khalwat di gua h}ira’ telah menjadikan dan membentuk jiwa Muh}ammad untuk siap menerima pembelajaran dan pengetahuan yang baru
1.5. Law of Primacy
Pembelajaran yang telah diterima itu merupakan kesan pertama yang tiada ternilai harganya dan tidak mungkin terlupakan untuk selamanya. Sebab Muh}}ammad disamping sangat terkesan kepada Pendidik (Jibril) juga materi pembelajaran itu sendiri yang merupakan kunci atau dasar-dasar untuk mengetahui rahasia dunia dan akhirat
1.6. Law of Intensity
Pembelajaran berlangsung secara dinamis dan melalui tahapan-tahapan, diantaranya mula-mula guru (jibril) member tugas kepada Muh}ammad untuk membaca, kemudian dilanjutkan dengan memberikan contoh bagaimana tatacara membaca yang benar, dan berikutnya Muh}ammad (murid) dengan penuh keseriusan dan tanggung jawab menirukan dan berlatih apa yang diajarkan oleh pendidik. Berpijak pada pembelajaran model diatas akhirnya pembelajaran memperoleh hasil yang sangat memuaskan
1.7. Law of Recency
Materi pembelajaran yang baru Muh}ammad terima adalah materi yang relevan dengan kebutuhan masharakat, maka bagi peserta didik (Muh}ammad) yang sejak lama telah mempersiapkan jiwanya untuk menerima pembelajaran dan materi (wahyu) akhirnya apa yang baru beliau pelajari dan beliau terima mudah diingat.
Berdasarkan pada uraian yang telah kami paparkan, dimana proses pembelajaran berlangsung secara dua arah, yaitu antara pendidik dan peserta didik keduanya melaksanakan pembelajaran dengan aktif sebagaimana telah kami paparkan diatas, dengan demikian penulis berkesimpulan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil.
E. Jalur Komonikasi (hubungan) dalam Kehidupan Manusia.
1. Hubungan Manusia dengan Tuhan (h}abl min Alla>h)
Di dalam kita mengkaji hubungan manusia dengan Alla>h janganlah dibayangkan sebagai hubungan antara dua subyek, sebab di dalam hal hubungan dengan Tuhan ini terdapat wilayah suci dan luhur, lepas sama sekali dari sifat yang lain yaitu manusia. Hubungan manusia dengan Alla>h tidak didasarkan kepada hak dan kewajiban timbal balik. Tidak merupakan perjanjian (kontrak) antara manusia dengan Alla>h. Oleh karenanya tidak benar apabila seseorang diwajibkan melakukan sesuatu oleh Allah berarti ia harus mendapatkan sesuatu pula dari Alla>h.
Di dalam hubungan manusia dengan Tuhan ini, manusia berkedudukan sebagai hamba. Oleh karenanya merupakan suatu keharusan untuk mengabdikan dirinya kepada Alla>h. Pengabdian ini berupa kewajiban-kewajiban manusia mentaati perintah dan menjauhi larangan-Nya. Hal ini banyak dijelaskan dalam ayat al-Qur’an diantaranya:
a. Al-Qur’a>n surat al-Rum (30), ayat 30
óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$#Ï9 $Zÿ‹ÏZym 4 |Nt�ôÜÏù «!$# ÓÉL©9$# t�sÜsù }¨$¨Z9$# $pköŽn=tæ 4 Ÿw @ƒÏ‰ö7s?
È,ù=yÜÏ9 «!$# 4 š�Ï9ºsŒ ÚúïÏe$!$# ÞOÍhŠs)ø9$# ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$# Ÿw tbqßJn=ôètƒ .
Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia enurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.
b. Al-Qur’a>n surat al-Baqarah ayat 21
$pkš‰r'¯»tƒ â¨$¨Y9$# (#r߉ç6ôã$# ãNä3­/u‘ “Ï%©!$# öNä3s)n=s{ tûïÏ%©!$#ur `ÏB öNä3Î=ö6s% öNä3ª=yès9 tbqà)­Gs? .
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa.
Hubungan antara manusia dengan Tuhan yang bersifat penghambaan diri (penyerahan diri) manusia kepada-Nya tidaklah membawa faedah apapun kepada sang H}>a>liq (Alla>h), melainkan kepada yang menyembah (manusia). Diantaranya ialah manusia mempunyai tujuan hidup. Tujuan ini merupakan sesuatu yang sangat penting bagi manusia, sebab tanpa tujuan yang jelas manusia tidak mempunyai ketenangan, kesetabilan , dan kepercayaan diri.
Tujuan hidup menimbulkan rasa shukur dalam hati manusia, menghilangkan sifat ujub, takabur, dan meniadakan sifat keserakahan. Seseorang yang telah memperoleh nikmat setelah berusaha baik sedikit ataupun akan senantiasa menshukurinya sebab ia sadar betul bahwa apa yang telah mereka peroleh dari usahanya itu semata-mata atas pemberian dan karunia Tuhan (Alla>h).
2. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia (h}abl min al-Na>s)
Hubungan manusia yang satu dengan manusia yang lain merupakan hubungan timbal balik, maksudnya masing-masing mempunyai hak dan kewajiban dalam hidup bersama itu. Hak dan kewajiban manusia umumnya adalah sama pada satu pihak dan pada pihak yang lain adalah berbeda-beda. Dengan demikian di dalam soal-soal hak dan kewajiban itu, terdapat faktor-faktor yang sama disamping faktor-faktor yang berbeda.
Sebagai gambaran bahwa seorang pendidik mendapat “haknya” untuk disebut pendidik, karena mereka mempunyai kelebihan “keadaan dan prestasi” dari pada si terdidik. Sekaligus pula hak pendidik ini membawa perbedaan kewajiban antara mereka dengan pihak si terdidik.
Dengan ilustrasi di atas jelaslah kiranya apa yang dimaksud dengan kesamaan dan perbedaan dalam hak dan kewajiban. Dengan dasar kesamaan hak dan kewajiban serta perbedaan-perbedaan kewajiban karena keadaan dan prestasi, oleh karenanya manusia diwajibkan tolong-menolong. Sebagaimana di gambarkan Alla>h dalam firman-Nya:
tbqãZÏB÷sßJø9$#ur àM»oYÏB÷sßJø9$#ur öNßgàÒ÷èt/ âä!$uŠÏ9÷rr& <Ù÷èt/ 4 šcrâ�ßDù'tƒ Å$rã�÷èyJø9$$Î/
tböqyg÷Ztƒur Ç`tã Ì�s3ZßJø9$# šcqßJŠÉ)ãƒur no4qn=¢Á9$# šcqè?÷sãƒur no4qx.¨“9$# šcqãèŠÏÜãƒur
©!$# ÿ¼ã&s!qß™u‘ur 4 y7Í´¯»s9'ré& ãNßgçHxq÷Žz�y™ ª!$# 3 ¨bÎ) ©!$# ͕tã ÒOŠÅ3ym ÇÐÊÈ
dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
2. Hubungan Manusia dengan Alam (h}abl min al-Ah sebagai bekal manusia dalam mengarungi hidup di dunia.
a. Hubungan manusia dengan tumbuh-tumbuhan (Flora)
Tumbuh-tumbuhan termasuk makhluk Alla>h yang secara langsung dan tidak langsung dapat dirasakan manfaatnya dan sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Manusia dalam hidupnya banyak tergantung pada tumbuh-tumbuhan, karena , makanan pokok manusia sebagian besar berasal dari tumbuh-tumbuhan. Seperti beras, jagung, buah-buahan, sayur-sayuran, bahan bangunan dan lain sebaginya. Dengan demikian pada prinsipnya Alla>h telah memberikan karunia yang tidak terhingga kepada manusia.
Dalam kaitannya dengan tumbuh-tumbuhan tersebut, manusia sebagai penguasa (h}alifah ) mempunyai kewajiban untuk mengelola alam dengan baik, yaitu melalui:
1) Menjaga, memelihara dan melestarikan alam.
Ÿwur Æ÷ö7s? yŠ$|¡xÿø9$# ’Îû ÇÚö‘F{$# ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw �=Ïtä† tûïωšøÿßJø9$# ÇÐÐÈ
dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
2) Tidak menebang pohon sembaranga
(#qà)ÏÿRr&ur ’Îû È@‹Î6y™ «!$# Ÿwur (#qà)ù=è? ö/ä3ƒÏ‰÷ƒr'Î/ ’n<Î) Ïps3è=ök­J9$# ¡ (#þqãZÅ¡ômr&ur ¡
¨bÎ) ©!$# �=Ïtä† tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÒÎÈ
dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.
3) Menanam pohon yang bermanfaat
4) Membayar zakat tanaman
b. Hubungan manusi Hewan
Hewan melata yang ada di bumi dan burung-burung yang berterbangan di udara, merupakan makhluk ciptaan Alla>h yang memiliki ruh (nyawa).
$tBur `ÏB 7p­/!#yŠ ’Îû ÇÚö‘F{$# Ÿwur 9ŽÈµ¯»sÛ çŽ�ÏÜtƒ Ïmø‹ym$oYpg¿2 HwÎ) íNtBé& Nä3ä9$sVøBr& 4
$¨B $uZôÛ§�sù ’Îû É=»tGÅ3ø9$# `ÏB &äóÓx« 4 ¢OèO 4’n<Î) öNÍkÍh5u‘ šcrçŽ|³øtä† ÇÌÑÈ
dan Tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam Al-Kitab. kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.

Dalam kaitannya dengan hubungan manusia dengan hewan ini, manusia dapat memanfaatkannya sesuai dengan prinsip-prinsip yang diajarkan oleh Alla>h, sebagai berikut:
1) Hewan yang boleh dibunuh sebab berbahaya, seperti anjing galak, tikus, burung gagak, dan burung elang
2) Hewan yang tidak boleh dibunuh, karena tidak membahayakan, misalnya semut dan tawon
3) Memberi makanan dan minuman
4) Tidak mempermainkan hewan
5) Jika akan mengambil manfaatnya, maka hendaknya disembelih dengan cara yang baik
6) Tidak membebani terlalu berat, bagi hewan yang dimanfaatkan untuk angkutan atau kendaraan
7) Tidak menyiksa atau menyakiti
8) Membayar zakat


BAB III
KESIMPULAN
1. Surat al-‘Alaq ayat 1 s/d 5 adalah salah satu firmanAlla>h yang menjelaskan ilmu pengetahuan dan mempunyai relevansi dengan perspektif Kependidikan
2. Malaikat Jibril bertugas subjek (pendidik) sedangkan Muh}ammad sebagai objek (peserta didik)
3. Dalam surat tersebut terdapat tiga materi pokok, yaitu:
a. Aqidah (keimanan)
b. al-Qur’a>n dan alam semesta
c. Biologi
4. Penulis menemukan tiga metode pembelajaran, yaitu:
a. Pemberian tugas (resitasi)
b. Pemodelan (Modelling)
c. Latihan (drill)
5. Materi pembelajaran sudah menggunakan tahapan secara hirarkis dan sistematis, yaitu :
a. Materi pembelajaran bersifat inderawi (khalaqa al-insa>na min ’alaq)
b. Materi pembelajaran bersifat abstrak dan spiritual (bismi rabbik alladhi> khalaq)
c. Pembelajaran diarahkan pada kemampuan menuangkan / menuliskan idea / gagasan, sebab dengan demikian apa yang telah dipahami akan menjadi khazanah keilmuan khususnya generasi yang akan datang (’allama bi al-qalam)
d. Pembelajaran berkaitan dengan upaya-upaya peserta didik untuk mendapatkan pengetahuan dan hidayah dari Alla>h SWT (’allam al-insa>na ma>lam ya’lam).

5. Interaksi pembelajaran terjadi secara dua arah yaitu antara pendidik (Jubril) dan peserta didik (Muh}ammad) dan keduanya bersifat aktif.
6. Jalur atau hubungan dalam kehidupan manusia ada tiga, yaitu:
a. Hubungan manusia dengan Alla>h (h}abl min Alla>h)
b. Hubungan manusia dengan manusia yang lain (h}abl min al-Na>s)
c. Hubungan manusia dengan alam sekitar (h}abl min al-A

Senin, 04 Juli 2011

ISI/CONTEN KURIKULUM


ISI/CONTEN KURIKULUM
Published://http.referensiagama.blogspot.com
by sariono sby

BAB I
PENDAHULUAN

Kurikulum memegang kunci dalam pendidikan, sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi, dan proses pendidikan yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi lulusan suatu lembaga pendidikan. Kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional.
Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan dalam system pendidikan. Karena itu kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan dan sekaligus sebagai pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat pendidikan.
Tujuan pendidikan di suatu bangsa atau Negara di tentukan oleh falsafah dan pandangan gidup suatu bangsa atau Negara menyebabkan berbeda pada tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan tersebut. Begitu pula pada perubahan politik pemerintah suatu Negara mempengaruhi pula bidang pendidikan, yang sering membawa akibat terjadinya perubahan perubahan kurikulum yang berlaku. Dengan demikian, kurikulum senantiasa bersifat dinamis guna lebih menyesuaikan dengan berbagai perkembangan yang terjadi.
Setiap pendidikan harus memahami perkembangan kurikulum, karena merupakan suatu formulasi pedagogis yang paling penting dalam bentuk pendidikan. Dalam kurikulum akan tergambar bagaimana usaha yang dilakukan membantu siswa dalam mengembangkan potensinya, berupa fisik, intelektual, emosional dan sosial, keamanan dan seterusnya.
Dengan memahami kurikulum, para pendidik dapat memilih dan menentukan tujuan pembelajaran, metode, tehnik, media pengajaran, dan alat evaluasi pengajaran yang sesuai dan tepat. Untuk itu, dalam melakukan kajian terhadap keberhasilan system pendidikan ditentukan oleh tujuan yang realistis, dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pekerjaan yang realistis tinggi dan kurikulum yang tepat guna, oleh karena itu para pendidik dan tenaga kependidikan memahami kurikulum serta berusaha mengembangkannya.
Adapun proses pengembangan kurikulum merupakan suatu kegiatan menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah penyusunan, pelaksanaan dan penyempurnaan kurikulum atas dasar penilaian yang dilakukan selama kegiatan pelaksanaan kurikulum, dan hal tersebut bisa dikatakan bahwa terjadinya perubahan-perubahan kurikulum mempunyai tujuan untuk perbaikan. Suatu kurikulum tidak dapat terbentuk atau tidak dapat dikembangkan tanpa adanya tujuan khusus sebagai hasil yang diharapkan. Dengan adanya tujuan, maka akan memudahkan para pengemang kurikulum dalam menentukan nilai-nilai apasaja yang harus ada dalam kurikulum tersebut. Karena itu, sebagai orang yang kelak akan berperan dalam implementasi kurikulum, sangat penting bagi para calon pendidik untuk memahami dan menguasai tata cara pengembangan tujuan dan isi kurikulum
Dalam makalah ini akan dibahas tentang isi (conten) kurikulum beserta aspek-aspek yang berkaitan dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap isi (conten) kurikulum














BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep dasar Kurikulum.
Finch & Crunkilton (1984), mengemukakan definisi kurikulum sebagai “.... as the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school” Dari definisi tersebut dapat paling tidak ada dua point yang harus diperhatikan, yaitu bahwa fokus utama kurikulum adalah siswa dan yang kedua bahwa bagian dari kurikulum tidak hanya mata pelajaran akan tetapi semua aktivitas (olah raga, klub, kegiatan kokurikuler) memiliki pengaruh yang signifikan untuk pembentukan individu siswa yang total dan untuk mencapai efektivitas dari kurikulum.
Sedangkan menurut Olivia, secara konseptual kurikulum adalah perangkat pendidikan yang merupakan jawaban terhadap kebutuhan dan tentang masyarakat, rencana atau program yang menyangkut pengalaman yang dihayati anak didik di bawah pengarahan sekolah
Sementara menurut J. G. Tailor dan William Alexander, seperti yang dikutip Safrudin Nurdin menyebutkan defisi kurikulum yaitu:
” The curriculum is the sum total of school’s effort to playground or out of schooling”
Berangkat dari definisi-definisi yang diungkapkan para ahli, menunjukan bahwa kurikulum tidak diartikan secara secara sempit yaitu terbatas pada mata pelajaran, tetapi mencakup segala aktivitas yang dilakukan di sekolah dalam rangka mempengaruhi anak dalam belajar untuk untuk mencapai suatu tujuan, termasuk kegiatan belajar mengajar, strategi dalam proses pembelajaran, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran dan lain sebagainya.
B. Pengertian Isi (conten) Kurikulum
1. Brady (1992) seperti yang dikutip Wina sanjaya, menegaskan bahwa isi kurikulum dapat didefinisikan pada dua poin penting yaitu:
1. Isi kurikulum dapat dimaknai sebagai mata pelajaran dalam proses belajar mengajar yang termasuk didalamnya beberapa informasi faktual,pengetahuan, keahlian, konsep, sikap dan nilai.
2. kedua isi kurikulum adalah sesuatuyang penting dalam proses belajar mengajar dimana dua elemen pokok kurikulumyang termuat didalamnya adalah isi dan metode dalam interaksi yang tetap.
2. Menurut Oemar Hamalik, Konten atau isi kurikulum adalah susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, ketrampilan dan nilai-nilai yang diasosiasikan dengan mata pelajaran.
Dengan demikian, isi atau konten kurikulum berkaitan dengan pengetahuan ilmiah dan pengalaman belajar yang harus diberikan kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.
C. Urgensi isi atau konten kurikulum
Menurut Nana Sujana, seperti yang dikutip Safrudin Nurdin ada 4 alasan mengapa perlunya dilakukan pilihan dalam menetapkan isi kurikulum, antara lain:
1. Tugas dan tanggung jawab sekolah dalam mencerdaskan anak didik sangat terbatas, baik dari segi waktu maupun sumber yang tersedia.
2. Tuntutan kebutuhan masyarakat senantiasa berkembang dari waktu ke waktu. Tuntutan masyarakat yang selalu berkembang hampir tidak bisa diikuti oleh pendidikan, sebab hal yang mustahil bila kebutuhan masyarakat yang tiba-tiba berubah, harus diikuti oleh perubahan kurikulum
3. Terdapat beberapa jenjang dan tingkat pendidikan sesuai dengan tujuan dan hakekat perkembangan anak, menyebabkan pentingnya memilih isi kurikulum yang sesuai dengan tujuan dari setiap jenjang dan tingkat pendidikan.
4. Pendidikan formal di sekolah merupakan sub system dari pendidikan sepanjang hayat. Artinya Pendidikan di sekolah dan pendidikan di masyarakat tidak terpisahkan satu sama lain. Hal ini menu ntut adanya isi kurikulum yang sesuai dengan hakekat pendidikan dalam keluarga dan masyarakat.
D. Kriteria Pemilihan isi kurikulum
Ada beberapa kriteria dalam memilih isi kurikulum, terutama bagi perancang kurikulum, antara lain:
1. Signifikansi, yaitu seberapa penting isi kurikulum pada suatu disiplin atau tema studi. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
2. Validitas, yang berkaitan dengan keotentikan dan keakuratan isi kurikulum tersebut.
3. Relevansi social, yaitu keterkaitan isi kurikulum dengan nilai moral, cita-cita, permaslahan social, isu kontoversial, dan sebagainya untuk membantu siswa menjadi anggota efektif dalam masyarakat.
4. Utility, Kegunaan (daya guna), berkaitan dengan kegunaan isi kurikulum dalam mempersiapkan siswa menuju kehidupan dewasa.
5. Learnability atau kemmpuan untuk dipelajari, yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami isi kurikulum tersebut.
6. Minat, yang berkaitan dengan minat siswa terhadap isi kurikulum tersebut.
Sedangkan, kriteria dalam memilih isi kurikulum, menurut nana sujana seperti yang dikutip syafrudin Nurdin adalah sebagai berikut:
1. Isi kurikulum harus sesuai, tepat dan bermakna bagi perkembangan siswa.
2. Isi kurikulum harus mencerminkan kenyataan sosial, artinya sesuai dengan tuntutan hidup nyata dalam masyarakat.
3. Isi kurikulum harus mengandung pengetahuan ilmiah yang komprehensif, artinya mengandung aspek intelektual, moral dan sosial secara seimbang.
4. Isi kurikulum harus mengandung aspek ilmiah yang tahan uji
5. Isi kurikulum harus mengandung bahan yang jelas. Teori, prinsip dan konsep yang terdapat di dalamnya bukan sekedar informasi factual belaka
6. Isi kurikulum harus dapat menunjang tercapainya tujuan pendidikan.
E. Faktor yang Mempengaruhi Isi Kurikulum.
Berbagai faktor yang menentukan terhadap isi kurikulum paling tidak ada dua hal yang harus diperhatikan :
1. Relevansi isi kurikulum dengan konteks pendidikan yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang menyangkut dukungan masyarakat kependidian, ketersediaan tenaga guru dan jajaran kependidikan yang lain untuk mendukung implementasi kurikulum, kualitas masukan calon siswa dan aspirasi pendidikannya, dan juga hal-hal yang menyangkut administrasi akademik pelaksanaan kurikulum tersebut.
2. Relevansi kurikulum dengan konteks lapangan kerja menyangkut persoalan-persoalan yang berkaitan dengan daya dukung masyarakat dunia kerja baik dalam hal ketersediaan bantuan fisik maupun non fisik, kemungkinan pengumpulan sumber informasi untuk masukan perencanaan dan penyempurnaan kurikulum, serta ketersediaan masyarakat dunia usaha dan dunia industri untuk membantu sebagai anggota dewan penasihat kurikulum (advisory commitee).
E. Strategi Penetapan Isi Kurikulum
Dalam Finch & Crunkilton, Beberapa strategi / pendekatan yang dapat digunakan dalam mengidentifikasi isi kurikulum, adalah:
a. Pendekatan DACUM; Pendekatan ini pada awalnya dikembangkan oleh para ahli kurikulum di Canada . DACUM (Developing A Curriculum) pada awalnya merupakan proyek bersama antara Departemen Tenaga Kerja dan Imigrasi dengan General Learning Corporation di Canada, tetapi kemudian diseminasinya dilaksanakan di banyak lembaga pendidikan kejuruan.Pada sistem ini, isi kurikulum digagas oleh para pengusaha atau pekerja dari industri dan dunia usaha tanpa melibatkan personil sekolah sama sekali. Ini didasarkan pada asumsi bahwa dalam penentuan isi kurikulum pendidikan teknologi diharapkan memiliki relevansi yang tinggi dengan kebutuhan lapangan kerja. Biasanya guru dan instruktur yang sehari-hari terlibat dalam mengajar saja kurang dapat memberikan kontribusi yang positif. Keunikan dari proses identifikasi isi kurikulum dengan pendekatan DACUM ini adalah urutan dan intensitas partisipasi peserta yang harus ditargetkan sedemikian rupa, sehingga yang dihasilkan selama proses tersebut, bukan terbatas hanya pada inventarisasi skill saja atau pengetahuan spesifik yang akan menjadi kerangka isi kurikulum, tetapi juga sampai pada tingkat kemahiran atau kompetensi sesuai dengan apa yang diperlukan dalam situasi kerja yang nyata. Ini adalah kelebihan dari cara pendekatan yang seluruhnya melibatkan pihak pengusaha dari industri dan dunia kerja.
b. Pendekatan Fungsional; Pendekatan ini didasari oleh asumsi bahwa anak didik yang belajar melalui pendidikan teknologi dan kejuruan harus mempelajari fungsi-fungsi apa yang harus ada untuk menjamin kelangsungan kerja suatu industri atau dunia usaha tertentu, dan kemudian dijabarkan menjadi penampilan-penampilan (performance) yang terkait dengan fungsi atau tugas tertentu.untuk dijadikan masukan bagi perencana kurikulum. Prosedur dari penentuan isi kurikulum ini adalah dimulai dengan identifikasi jenis-jenis pekerjaan yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi daftar kegiatan-kegiatan dalam setiap fungsi, untuk kemudian dikaitkan dengan kompetensi atau keterampilan yang harus dimiliki oleh orang yang akan mengerjakan kegiatan-kegiatan tersebut. Kompetensi ini dirumuskan baik dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan dengan tingkat yang bervariasi.
c. Pendekatan Analisis Tugas; dalam pendekatan ini, isi kurikulum diambil dari aspek-aspek perilaku dan persyaratan kerja tertentu yang dijabarkan langsung dari deskripsi pekerjaan atau deskripsi tugas yang sudah ”mapan”. Sebagai contoh konsorsium pendidikan kejuruan di Amerika Serikat yang beranggotakan beberapa negara bagian sudah banyak mengembangkan kurikulum program studi kejuruan yang didasarkan atas analisis tugas. Dalam melakukan analisis tugas, perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan kajian literatur dan informasi yang relevan,
2) Mengembangkan inventori pekerjaan atau jabatan
3) Memilih sampel atau contoh pekerja sebagai sumber data
4) Melaksanakan survei atau penelitian di lapangan
5) Menganalisis hasil survey untuk dijabarkan menjadi kurikulum dan kegiatan belajar di sekolah.
d. Pendekatan Filosofis; dalam sejarah penentuan isi kurikulum, pemikiran para ahli filsafat menjadi faktor dominan dalam penentuan isi kurikulum. Secara praktis dapat dikatakan bahwa filosofi adalah seperangkat keyakinan yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang kemudian mendasari segenap sikap dan perbuatannya. Dalam literatur banyak sekali dijumpai pernyataan-pernyataan filosofi yang berkenaan dengan pendidikan teknologi dan kejuruan dan dari pernyataan-pernyataan tersebut kemudian dapat dijadikan petunjuk menentukan isi kurikulum. Sebagai contoh sederhana, apabila diyakini bahwa pendidikan kejuruan harus menekankan penyesuaian anak didik dengan jenis pekerjaan yang ada di lapangan kerja, maka isi kurikulumnya bisa diramalkan akan sangat didominasi oleh penumbuhan kemampuan-kemampuan transisional seperti bagaimana beradaptasi dengan lingkungan, bagaimana mengatasi problem mobilitas pekerjaan, dan kemampuan berhubungan dengan sesama orang (human relations skill).
e. Pendekatan Introspektif; Pendekatan introspektif mendasarkan isi kurikulum pada hasil pemikiran perorangan atau kelompok, tetapi difokuskan pada pemikiran dan perasaan dari mereka yang terlibat langsung dalam penyelenggaraan pendidikan teknologi dan kejuruan, seperti misalnya para guru dan administrator yang sehari-harinya bekerja di lingkungan sekolah kejuruan. Biasanya pemikiran ini dimulai dengan mempelajari apa yang selama ini sudah berjalan, mungkin dilengkapi dengan data komparatif dengan program yang serupa di tempat lain dalam suatu negara maupun dibandingkan dengan orang lain meskipun lewat literatur.
BAB III
KESIMPULAN
Dari Uraian penjelasan mengenai isi (konten) kurikulum di atas dapat disimpulkan bahwa: Konten kurikulum seperti ini sebenarnya sangat potensial bagi siswa. Informasi menjadi konten bagi siswa jika dapat memberi pengertian terhadap aktivitas yang berguna. Karena itu, seleksi konten untuk kurikulum dan pembelajaran hanya merupakan salah satu bagian dari tugas-tugas pengembangan kurikulum yang berhubungan dengan konten tersebut. Penentuan konten kurikulum harus disertai dengan perencanaan aktivitas yang bermakna.
Penetapan isi kurikulum dengan mendasarkan pada urgensi atau alasan pemilihan, kriteria, factor yang mempengaruhi dan strategi penetapannya secara benar akan menghasilkan suatu kurikulum yang marketable pada dunia pendidikan.










DAFTAR PUSTAKA
Finch Curtis.R and Crunkilton . Curriculum Development In Vocational And Technical Education : Planning, Content, and Implementation. ( Sidney:. Allyn and Bacon Inc, .1984)

Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum, Cet.IV, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011)

Oliva, Peter E. Developing Principles and Foundation. (New York: Harper & Row Publisher , 1997)

Syafruddin Nurdin, Guru professional dan Implementasi kurikulum, (Quontum Teaching: Jakarta, 2005)

Wina Sanjaya.. Kurikulum dan Pembelajaran. (Jakarta: Kencana, 2008)

HADIS TENTANG MEDIA PENDIDIKAN


HADIS TENTANG MEDIA PENDIDIKAN
Published://http.referensiagama.blogspot.com
by sariono sby

BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu komponen yang menunjang keberhasilan pendidikan adalah media pembelajaran, karena dengan media pembelajaran siswa dirangsang untuk senantiasa memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru kepada muridnya. Berbicara masalah pembelajaran berarti membahas komponen-komponen yang terkait dengan pembelajaran mulai dari pembelajar, materi, tujuan, metode dan teknik, media ataupun alat, evaluasi atau penilaian, maupun hasil. Masing-masing komponen memegang peranan penting dalam rangka mencapai tujuan dan hasil belajar.
Dalam pembelajaran terjadi interaksi antara pendidik dan peserta didik selaku pembelajar, dimana materi pelajaran yang dipelajari oleh peserta didik agar optimal hasilnya diperlukan adanya metode dan media pembelajaran dengan harapan penyerapan materi pelajaran mudah dan hasil pembelajaran dapat optimal. Kaitannya dengan penelitian ini, salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran adalah adanya media pembelajaran.
Dalam pembahasan makalah kami kali ini membahas hadis yang berkaitan dengan media pendidikan/pembelajaran, dengan berusaha mentakhrij dan mengkritisi sanad dan kami analisis pendidikannya.












BAB II
PEMBAHASAN
A. Media Pembelajaran

Menurut Azhar Arsyad kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara (wasa-il) atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan. AECT (Association of Education and Communication Technology, 1977) dalam bukunya Azhar Arsyad memberikan batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi.
Sedang M. Basyiruddin Usman dan Asnawir mengartikan media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah mengartikan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan guru untuk menyalurkan pesan kepada para siswa sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga mereka dapat memahami dengan baik dan benar apa yang disampaikan guru.
Dari beberapa definisi tersebut secara sederhana dapat diambil kesimpulan bahwa media merupakan suatu sarana atau sumber belajar yang dapat merangsang, mendorong dan membantu siswa dalam belajar.
Karenanya fungsi dan peranan media sangat penting dalam pembelajaran, sebab dalam pembelajaran terjadi interaksi antara guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Jika proses pembelajaran hanya dilakukan dengan komunikasi akan terkesan verbal, menimbulkan ketidak siapan siswa, kurang minatnya belajar, dan pembelajaran kurang efektif. Agar pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik serta hasil yang optimal, dalam menyusun perencanaan pembelajaran keberadaan media juga dimasukkan sebagai bagian integral. Pemilihan media juga harus tepat sesuai dengan materi pembelajaran agar keberadaan media benar-benar berfungsi sangat vital.

B. Penelitian Sanad Hadis
1. Takhrij Hadis
Kata Takhrij menurut bahasa dapat digunakan untuk beberapa arti yaitu : mengeluarkan (istinbat), melatih’meneliti (tadrib), menghadapkan (taujih). Dalam ilmu hadis takhrij dipahami untuk beberapa kepentingan di antaranya untuk menjelaskan tentang hadis kepada orang lain dengan menyebutkan periwayatan dalam hal sanad hadis tersebut. Dengan kata lain, mengeluarkan dan meriwayatkan suatu hadis dari beberapa kitab dan menunjukkan kitab-kitab sumber hadis.
Adapun cara melaksanakan takhrijul hadis, secara garis besar ada dua cara yaitu :
a. Mentakhrij hadis telah diketahui awal matannya, maka hadis tersebut dapat dicari atau ditelusuri dalam kitab-kitab hadis dengan dicarikan huruf awal yang sesuai urutan abjad.
b. Mentakhrij hadis dengan berdasarkan topic permasalahan (Takhrijul hadis bil maudhu’i).
Selanjutnya penulis mentakhrij hadis berdasarkan topik permasalahn yang yang sama atau dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dengan kitab hadis lain di antaranya:
a. Shahih Muslim
b. Shahih Bukhari
c. Sunan Abu Daud
d. Sunan Nasai
e. Musnad Ahmad bin Hambal

2. Hadis-hadis tentang media pendidikan
Adapun bunyi kutipan hadis yang penulis teliti adalah hadis tentang media pendidikan sebagai berikut :
a. Shahih Muslim

- 1حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ كِلَاهُمَا عَنْ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ أَنَّ نَفَرًا جَاءُوا إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ قَدْ تَمَارَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ فَقَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَمَنْ عَمِلَهُ وَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ قَالَ فَقُلْتُ لَهُ يَا أَبَا عَبَّاسٍ فَحَدِّثْنَا قَالَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ قَالَ أَبُو حَازِمٍ إِنَّهُ لَيُسَمِّهَا يَوْمَئِذٍ انْظُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلْ لِي أَعْوَادًا أُكَلِّمُ النَّاسَ عَلَيْهَا فَعَمِلَ هَذِهِ الثَّلَاثَ دَرَجَاتٍ ثُمَّ أَمَرَ بِهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوُضِعَتْ هَذَا الْمَوْضِعَ فَهِيَ مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ وَلَقَدْ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ عَلَيْهِ فَكَبَّرَ وَكَبَّرَ النَّاسُ وَرَاءَهُ وَهُوَ عَلَى الْمِنْبَرِ ثُمَّ رَفَعَ فَنَزَلَ الْقَهْقَرَى حَتَّى سَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ حَتَّى فَرَغَ مِنْ آخِرِ صَلَاتِهِ ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّي صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي
ِArtinya:Dari Yahya bin Yahya dan Qutaibah ibn Sa’id, keduanya dari Abdul aziz, berkata Yahya: telah mengabarkan kepada kami abdul Aziz bin Abi Hazim dari ayahnya bahwasanya orang-orang mendatangi Sahal ibn Sa’d As Sa’idiy dan mereka berbeda pendapat tentang kebiasaannya (berdakwah) di mimbar. Mereka menanyakan hal itu kepadanya. Demi Allah sesungguhnya saya mengetahui hal itu. Saya mengetahui pertama kali hal itu ditetapkan dan pertama kali Rasulullah saw. duduk di atasnya. Rasulullah saw. mengirim surat kepada seorang perempuan. Berkata Abu Hazim: sungguh disebutkan namanya pada hari itu, “Perintahkanlah pelayanmu (dari) Bani An Najjar supaya ia membuatkan untukku kayu-kayu (mimbar) yang saya duduki ketika saya berbicara di depan manusia.” Maka dikerjakanlah yang demikian itu dengan tiga tingkat. Kemudian Rasul menyuruh (untuk meletakkan) nya, maka diletakkanlah (mimbar itu) di sini. Mimbar itu terbuat dari kayu-kayu hutan. Sungguh saya melihat Rasulullah berdiri shalat di atasnya seraya bertakbir sedang orang-orang melihat beliau. Kemudian beliau naik kemudian beliau turun menuju ke belakang dan sujud di pangkal mimbar lalu kembali (ke mimbar). Ketika selesai dari shalatnya, beliau menghadap manusia dan berkata, “Wahai manusia, sesungguhnya saya melakukan ini agar kalian menyempurnakan dan mempelajari sholatku”
(HR. Muslim).
b. Shahih Bukhari
-1حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ عَنْ أَبِي حَازِمٍ قَالَ أَتَى رِجَالٌ إِلَى سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ يَسْأَلُونَهُ عَنْ الْمِنْبَرِ فَقَالَ بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى فُلَانَةَ امْرَأَةٍ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ أَنْ مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ يَعْمَلُ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ يَعْمَلُهَا مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَ بِهَا فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِهَا فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ فَجَلَسَ عَلَيْه
-2حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيُّ الْقُرَشِيُّ الْإِسْكَنْدَرَانِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو حَازِمِ بْنُ دِينَارٍ:أَنَّ رِجَالًا أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ وَقَدْ امْتَرَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُودُهُ فَسَأَلُوهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِمَّا هُوَ وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ وَأَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى فُلَانَةَ امْرَأَةٍ مِنْ الْأَنْصَارِ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ فَعَمِلَهَا مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَ بِهَا فَأَرْسَلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ هَا هُنَا ثُمَّ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَيْهَا وَكَبَّرَ وَهُوَ عَلَيْهَا ثُمَّ رَكَعَ وَهُوَ عَلَيْهَا ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْقَرَى فَسَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي
c. Sunan Abu Daud
حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيُّ الْقُرَشِيُّ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمِ بْنُ دِينَارٍ
أَنَّ رِجَالًا أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ وَقَدْ امْتَرَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُودُهُ فَسَأَلُوهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِمَّا هُوَ وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ وَأَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى فُلَانَةَ امْرَأَةٌ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ أَنْ مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ فَعَمِلَهَا مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَ بِهَا فَأَرْسَلَتْهُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ هَاهُنَا فَرَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَّى عَلَيْهَا وَكَبَّرَ عَلَيْهَا ثُمَّ رَكَعَ وَهُوَ عَلَيْهَا ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْقَرَى فَسَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعْلَمُوا صَلَاتِي
d. Sunan Nasai
أَخْبَرَنَا قُتَيْبَةُ قَالَ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ قَالَ حَدَّثَنِي أَبُو حَازِمِ بْنُ دِينَارٍ : أَنَّ رِجَالًا أَتَوْا سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ السَّاعِدِيَّ وَقَدْ امْتَرَوْا فِي الْمِنْبَرِ مِمَّ عُودُهُ فَسَأَلُوهُ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِمَّ هُوَ وَلَقَدْ رَأَيْتُهُ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ وَأَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَرْسَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى فُلَانَةَ امْرَأَةٍ قَدْ سَمَّاهَا سَهْلٌ أَنْ مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهِنَّ إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ فَعَمِلَهَا مِنْ طَرْفَاءِ الْغَابَةِ ثُمَّ جَاءَ بِهَا فَأُرْسِلَتْ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَمَرَ بِهَا فَوُضِعَتْ هَا هُنَا ثُمَّ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَقِيَ فَصَلَّى عَلَيْهَا وَكَبَّرَ وَهُوَ عَلَيْهَا ثُمَّ رَكَعَ وَهُوَ عَلَيْهَا ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْقَرَى فَسَجَدَ فِي أَصْلِ الْمِنْبَرِ ثُمَّ عَادَ فَلَمَّا فَرَغَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ فَقَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا صَنَعْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعَلَّمُوا صَلَاتِي
e. Musnad Ahmad bin Hambal
مسند أحمد (46/ 349(
-1 حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ :أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ قَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَأَعْرِفُ مَنْ عَمِلَهُ وَأَيُّ يَوْمٍ صُنِعَ وَأَيُّ يَوْمٍ وُضِعَ وَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ لَهَا غُلَامٌ نَجَّارٌ فَقَالَ لَهَا مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهَا إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ فَذَهَبَ إِلَى الْغَابَةِ فَقَطَعَ طَرْفَاءَ فَعَمِلَ الْمِنْبَرَ ثَلَاثَ دَرَجَاتٍ فَأَرْسَلَتْ بِهِ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَوُضِعَ فِي مَوْضِعِهِ هَذَا الَّذِي تَرَوْنَ فَجَلَسَ عَلَيْهِ أَوَّلَ يَوْمٍ وُضِعَ فَكَبَّرَ هُوَ عَلَيْهِ ثُمَّ رَكَعَ ثُمَّ نَزَلَ الْقَهْقَرَى فَسَجَدَ وَسَجَدَ النَّاسُ مَعَهُ ثُمَّ عَادَ حَتَّى فَرَغَ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا فَعَلْتُ هَذَا لِتَأْتَمُّوا بِي وَلِتَعْلَمُوا صَلَاتِي
فَقِيلَ لِسَهْلٍ هَلْ كَانَ مِنْ شَأْنِ الْجِذْعِ مَا يَقُولُ النَّاسُ قَالَ قَدْ كَانَ مِنْهُ الَّذِي كَانَ

مسند أحمد (37/ 512(
-2 حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ أَنَّهُ سُئِلَ عَنْ الْمِنْبَرِ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ قَالَ أَمَا وَاللَّهِ إِنِّي لَأَعْرِفُ مِنْ أَيِّ عُودٍ هُوَ وَأَعْرِفُ مَنْ عَمِلَهُ وَأَيُّ يَوْمٍ صُنِعَ وَأَيُّ يَوْمٍ وُضِعَ وَرَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوَّلَ يَوْمٍ جَلَسَ عَلَيْهِ أَرْسَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى امْرَأَةٍ لَهَا غُلَامٌ نَجَّارٌ فَقَالَ لَهَا مُرِي غُلَامَكِ النَّجَّارَ أَنْ يَعْمَلَ لِي أَعْوَادًا أَجْلِسُ عَلَيْهَا إِذَا كَلَّمْتُ النَّاسَ فَأَمَرَتْهُ فَذَهَبَ إِلَى الْغَابَةِ فَقَطَعَ طَرْفَاءَ فَعَمِلَ الْمِنْبَرَ
مسند أحمد بن حنبل (5/ 339(

-3 حدثنا عبد الله حدثني أبي ثنا إسحاق بن عيسى ثنا عبد العزيز بن أبي حازم عن أبيه عن سهل بن سعد : أنه سئل عن المنبر من أي عود هو قال أما والله إني لأعرف من أي عود هو وأعرف من عمله وأي يوم صنع وأي يوم وضع ورأيت النبي صلى الله عليه و سلم أول يوم جلس عليه أرسل النبي صلى الله عليه و سلم إلى امرأة لها غلام نجار فقال لها مري غلامك النجار أن يعمل لي أعوادا أجلس عليها إذا كلمت الناس فأمرته فذهب إلى الغابة فقطع طرفاء فعمل المنبر ثلاث درجات فأرسلت به إلى النبي صلى الله عليه و سلم فوضع في موضعه هذا الذي ترون فجلس عليه أول يوم وضع فكبر هو عليه ثم ركع ثم نزل القهقري فسجد وسجد الناس معه ثم عاد حتى فرغ فلما انصرف قال يا أيها الناس إنما فعلت هذا لتأتموا بي ولتعلموا صلاتي فقيل لسهل هل كان من شأن الجذع ما يقول الناس قال قد كان منه الذي كان
تعليق شعيب الأرنؤوط : إسناده صحيح على شرط مسلم
3. Skema Periwayatan Hadis
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ


سلمة ابن دِينَار



عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ أَبِي حَازِمٍ


يَحْيَى بْنُ يَحْيَى وَقُتَيْبَةُ بْنُ سَعْيد سَعِيدٍ


مسلم







5. Kritik sanad
a. Imam Muslim
Imam Muslim nama lengkapnya Abu Al husein Muslim Ibnu al Hajjaj al-Qusyaeri al-Nisyaburi.Beliau sering mengadakan perlawatan ke berbagai negeri untuk mencari hadis. Guru-guru Imam Muslim antara lain: Yahya bin Yahya dan Ishaq ibn Rawahaih di Khurasan, Ahmad bin Hambal dan Abdullah ibn Maslamah di Irak, Sa’id ibn Mansyur dan Abu Mas’ud di Hijaj, Amr ibnSawad dan Harmalah ibn Yahya di Mesir.
Guru-guru Imam Muslim yang lain adalah Usman dan Abu Bakar keduanya putra Abu Shaibah, Shaibah ibn farwakh, Abu Kamil Al-Jurri, Zuhair ibn Harb, Amr al-Naqid, Muhammad ibn Musanna, Muhammad ibn Yassar Harun ibn Sa’id al-Ijli, dan Qutaibah ibn Sa’id
Sedangkan murid-murid Imam Muslim antara lain Abu Isa al-Tirmidzi, Yahya ibn Said, Muhammad ibn Sufyan, Muhammad ibn Ishaq ibn Huzaimah, Abu Awanah Ya’kub ibn Ishaq al Asyfarayani, Abu Amr Ahmad bin Mubarak, Abu Hamid Achmad ibn Hamdan al A’masi, Abu Abbas Muhammad ibn Ishaq ibn ibn al-Siraj, Abu Yatim al-Razi, Ahmad ibn Salmah, Musa ibn Harun, Ali bin Husain dan al Husainibn Muhammadibn Ziyad al-Qobbani.
b. Yahya bin Yahya
Beliau nama lengkapnya adalah Yahya ibn Yahya ibn Bakar ibn Abdir Rahman ad Dimyami al-Hindholi Abu Zakaria an Naisyaburi, lahir pada tahun 142 H dan wafat tahun 226 H.
Guru-gurunya: Sulaiman bin Bilal, Abdul aziz ibn abi Khazim, Malik bin AnasYusuf bin Ya’kub al Mahsun. Sedang murid-muridnya adalah Imam Bukhari, Muslim, Ibrahim bin Abdullah as-Sya’idi, Ismail ibn Ishaq as-Saqofi as-Siraj, Ja’far bin Muhammad bin al-Hasan al Ma’ruf, al Hasan bin Mansyur as Salimy, Salamah bin Sabib, Ali bin salamah al Baqy, Ali ibn ‘Isyam al ‘Amiri dan Fadhil ibn Ya’kub ar Rummy.
Penilaian Para ulama: menurut Ibn Hajar ia periwayat yang tsiqot tsabit. Menurut adz-Dzahabi, ia salah satu orang yang paling memahami banyak sekali hadis dan tidak ada orang lain yang demikian, menurut Abdullah ibn Abdurrahman ibn Hambal: Tsiqat dan memujinya dengan kebaikan, An-Nasa’i: tsiqat tsabat dan yahya bin yahya menurut Qutaibah ibn Said adalah seorang laki-laki yang shalih, pemimpin dari para pemimpin kaum muslimin
c. Abdul Aziz Ibnu Abi Khazim
Kelahiran beliau tidak diketahui, dan wafat tahun 184 H. Guru-gurunya antara lain: Ibnu Hazim Salamah ibnDinar, Suhail ibn Abi Shalih, ibn Usman Al Khazamy, Muhammad ibn Abi Haramalah dam Musa ibn Uqobah.
Sedangkan Murid-muridnya adalah Qutaibah ibn Sa’id, Mahrus bin Salamah, Muhammad ibn Hasan ibn zabalah al Makhzumy, Abu akhwas Muhammad bin Hayyan, Muh. Ibn Zanburi, Yahya bin Yahya an Nishaburi, Ya’kub bin Ibrahim
Penilaian Ulama, Menurut An Nasa’i: tidak apa-apa, dan dari sumber yang lain juga Tsiqoh,
Menurut Ibrahim: ia wafat dalam keadaan sujud

d. Qutaibah bin Said
Beliau lahir tahun 150 dan wafat tahun 240 H. Penilaian ulama terhadap Qutaibah adalah, menurut Ibnu Hajar: Tsiqot subut, namun adh-Dhahabi tidak menyebutnya, Abu hatim dan Nasa’i menilai Tsiqoh, namun Nasa’i menambahkan shoduq.




e. Salamah bin Dinar
Waktu kelahiran dan wafat beliau dalam perselisihan. Guru-gurunya adalah: Sahal ibn Said Saidy, Abdullah bin Kharis, Abdullah bin Zubair, Atho’ ibn Abi Robbah dan “atho’ Ibn Yasar.
Sedangkan murid-muridnya adalah: Jabbar bin Abi Khazim, Abdul aziz ibn Abi Khazim, Abdul aziz ibn Abdillah, Muhammad bin Uyainah dan Muhammad bin Muslim bin Sahab Az Zuhry
Penilain Ulama terhadapnya adalah: menurut Ibn Hajar Tsiqoh ‘Abid, Ibnu Huzaimah menilai bahwa: Tsiqoh tidak ada yang menyamai pada zamannya.dan Abu Hatim, An-Nasa’i, Ahmad bin Abdillah al-Ijliy ، و زاد : رجل صالح dan menambahkan dengan komentar seorang laki-laki yang shalih.
f. Sahal bin sa’ad bin Malik bin Khalid al-Anshary
Beliau wafat pada tahun 88 H, sedang guru-gurunya antara lain: Abi ibn Ka’ab, Ashim ibn ‘Adi al-Anshary, Umar ibn ‘abasah dan Marwan ibn al-Hakim.
Sedang murid-muridnya antara lain: Bakar ibn Sawadah, Abu Khazim Salamahibn Dinar al-Madany, Sam’an Abu yahya al-Islami, Abbas ibn Sahal ibn Sa’ad as-Sa’idy dan Abdullah ibn abdurrahman bin Abi Dabab
Penilaian Ulama terhadap Sahal bin sa’ad bin Malik bin Khalid al-Anshary yaitu: Abu Yahya al-Madani menilai bahwa dia dan ayahnya termasuk sahabat rasulullah, Ibnu hajar dan adh Dhahabi menilai dia sebagai sahabat.

5. Natijah Hadis
Berangkat dari beberapa sanad dan ketersambungannya serta dengan memperhatikan guru dan murid dari masing sanad, maka dapat dikatakan natijah sanad hadis di atas: marfu’, muttashil dan shahih


6. Analisa Kependidikan
Di dalam Hadis-hadis di atas memuat paparan adanya sarana atau media pembelajaran yang dipakai dengan tujuan untuk memudahkan seorang guru (Da’i) menyampaikan pesan atau ajaran kepada khalayak tholibin.
Rasulullah sendiri memakai mimbar untuk menyampaikan dakwah kepada umatnya, bahkan dijadikan suatu alat untuk demontrasi atau praktek langsung tentang tata cara bagaimana melakukan Ibadah Shalat yang benar menurut ajaran Islam.
Dengan demikian pendidikan islam juga harus ditopang dengan sarana atau media baik yang sudah tersedia di alam ini maupun media yang dibuat oleh manusia, utamanya pada era teknologi informasi ini, pendidikan islampun wajib menggunakan media yang berbasis Information Comunication and Tecnology (ICT).
Pada saat ini fenomena yang didemontrasikan oleh Rasulullah seperti dalam hadis dapat kita temukan dengan adanya media pembelajaran film diam dan bergerak, sepewrti Over Head Proyektor (OHP), televisi dan Video.













BAB III
KESIMPULAN

1. Setelah membahas hadis nabi yang berkaitan dengan media pendidikan atau pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa; Rasulullah sangat memperhatikan pendidikan, sehingga beliau memikirkan sarana/alat atau media yang dapat mempermudah sampainya ilmu kepada siswa atau tolibin
2. Hadis tentang media pendidikan tersebut di atas banyak diriwayatkan oleh perawi yang tsiqoh, sehingga hadits tentang media pendidikan tersebut dapat dijadikan dasar dianjurkannya penggunaan media dalam proses pembelajaran





















DAFTAR PUSTAKA
Azhar arsyad, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada., 2009)
Ahmad Munjin Nasih dan Lilik Nur Kholidah, Strategi Belajar Mengajar Meujudkan Pembelajaran Bermakna (Bandung,:Media Citra,2009)
M.Basyiruddin Usman dan Asnawir. Strategi Belajar Mengajar Meujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Konsep Umum dan Konsep Islam, (Bandung, Pt. Refika Aditama, 2007)
Muh. Zuhri, Hadis Nabi:Telaah histories dan Metodologis, (Yogjakarta: Tiara Wacana, 1997) Muhammad Achmad, Ulumul Hadis, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), th
Zainul Arifin, Studi Kitab Hadis, Cet. (Surabaya: Al Muna, 2010)
Maktabah samilah

AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN ISLAM


AYAT-AYAT TENTANG MATERI PENDIDIKAN ISLAM
Published://http.referensiagama.blogspot.com by sariono sby

BAB I
PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan aktivitas yang sengaja dilakukan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada diri peserta didik,baik yang menyangkut ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan individu secara penuh yang sarat akan norma dan nilai- nilai .
Bahkan apabila dikaji secara teliti, Islam merupakan agama ilmu ( akal ) dan agama amal. Karena itu Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akalnya guna menuntut ilmu pengetahuan agar dengan demikian mereka dapat mengetahui dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Sebagai sumber pedoman bagi umat Islam, Al-Qur’an mengandung nilai-nilai yang membudayakan manusia, begitu pula dengan nilai yang berkaitan dengan pendidikan banyak sekali ayat-ayat dalam Al-Qur’an mengandung motivasi kependidikan bagi umat manusia. Tapi pada makalah ini kami membatasinya pada ayat-ayat yang berkenaan dengan materi pendidikan islam.















BAB II
PEMBAHASAN
A. Materi Pendidikan
Dari segi etimologi atau bahasa, kata pendidikan berasal kata "didik" yang mendapat awalan pe- dan akhiran -an sehingga pengertian pendidikan adalah sistem cara mendidik atau memberikan pengajaran dan peranan yang baik dalam akhlak dan kecerdasan berpikir.
Kemudian ditinjau dari segi terminology, banyak batasan dan pandangan yang dikemukakan para ahli untuk merumuskan pengertian pendidikan, namun belum juga menemukan formulasi yang tepat dan mencakup semua aspek, walaupun begitu pendidikan berjalan terus tanpa menantikan keseragaman dalam arti pendidikan itu sendiri. Pengertian pendidikan yang kami maksud sebagai berikut:
1. Sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
2. Dalam ”Basic Kompetensi guru”, Kata pendidikan dapat artikan yaitu:
a. Mengembangkan dan memberikan bantuan untuk berbagai tingkat pertumbuhan atau mengembangkan pengetahuan, kebijaksanaan, kualitas jiwa, kesehatan fisik dan kompetensi.
b. Memberikan pelatihan formal dan praktek yang di supervisi.
c. Menyediakan informasi.
d. Meningkatkan dan memperbaiki.
Sedangkan kata materi yang berarti bahan semakna dengan isi kurikulum. Dalam konteks pendidikan, Materi pendidikan adalah komponen penting yang harus disesuaikan dalam pendidikan, karena akan menyebabkan kesalahan yang sangat besar apabila sebuah materi pembelajaran tidak disusun sedemikaian rupa.
Apabila dikaitkan dengan ”PP No. 19 tahun 2005 Bab 1 ayat 1 pasal 5)” sebagaimana dikutip Dr. Wina Sanjaya, M. Pd, mengemukakan bahwa materi atau bahan pendidikan disebut standar isi yaitu : ruang lingkup materi dan tingkat komponen yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Maka hakikat dari penggunaan dan penyesuaian materi adalah agar peserta didik mampu terarah dengan baik, tidak hanya sekedar belajar tanpa meteri yang dipersiapkan dengan matang dan disesuaikan dengan usia perkembangan peserta didik.

B. Ayat-ayat tentang materi pendidikan.
Seperti yang telah kami sebutkan di atas bahwa banyak sekali ayat-ayat tentang pendidikan, begitu juga tentang materi pendidikan, di antaranya yaitu :
1. Al Qur’an surat Luqman ayat 12-19 sebagai berikut:
ô‰s)s9ur $oY÷s?#uä z`»yJø)ä9 spyJõ3Ïtø:$# Èbr& öä3ô©$# ¬! 4 `tBur öà6ô±tƒ $yJ¯RÎ*sù ãä3ô±o„ ¾ÏmÅ¡øÿuZÏ9 ( `tBur txÿx. ¨bÎ*sù ©!$# ;ÓÍ_xî Ó‰‹ÏJym ÇÊËÈ
12. Dan Sesungguhnya Telah kami berikan hikmat kepada Luqman, yaitu: "Bersyukurlah kepada Allah. dan barangsiapa yang bersyukur (kepada Allah), Maka Sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri; dan barangsiapa yang tidak bersyukur, Maka Sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".
øŒÎ)ur tA$s% ß`»yJø)ä9 ¾ÏmÏZö/ew uqèdur ¼çmÝàÏètƒ ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw õ8ÎŽô³è@ «!$$Î/ ( žcÎ) x8÷ŽÅe³9$# íOù=Ýàs9
ÒOŠÏàtã ÇÊÌÈ
13. Dan (Ingatlah) ketika Luqman Berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
$uZøŠ¢¹urur z`»|¡SM}$# Ïm÷ƒy‰Ï9ºuqÎ/ çm÷Fn=uHxq ¼çm•Bé& $·Z÷dur 4’n?tã 9`÷dur ¼çmè=»|ÁÏùur ’Îû Èû÷ütB%tæ
Èbr& öà6ô©$# ’Í< y7÷ƒy‰Ï9ºuqÎ9ur ¥’n<Î) 玍ÅÁyJø9$# ÇÊÍÈ
14. Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun, bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.
bÎ)ur š‚#y‰yg»y_ #’n?tã br& š‚͍ô±è@ ’Î1 $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ ÖNù=Ïæ Ÿxsù $yJßg÷èÏÜè? ( $yJßgö6Ïm$|¹ur ’Îû $u‹÷R‘‰9$# $]ùrã÷ètB ( ôìÎ7¨?$#ur Ÿ@‹Î6y™ ô`tB z>$tRr& ¥’n<Î) 4 ¢OèO ¥’n<Î) öNä3ãèÅ_ötB Nà6ã¥Îm;tRé'sù $yJÎ/ óOçFZä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÎÈ
15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, Kemudian Hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang Telah kamu kerjakan.
¢Óo_ç6»tƒ !$pk¨XÎ) bÎ) à7s? tA$s)÷WÏB 7p¬6ym ô`ÏiB 5AyŠöyz `ä3tFsù ’Îû >ot÷‚|¹ ÷rr& ’Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$#
÷rr& ’Îû ÇÚö‘F{$# ÏNù'tƒ $pkÍ5 ª!$# 4 ¨bÎ) ©!$# ì#‹ÏÜs9 ׎Î7yz ÇÊÏÈ
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
¢Óo_ç6»tƒ ÉOÏ%r& no4qn=¢Á9$# öãBù&ur Å$rã÷èyJø9$$Î/ tm÷R$#ur Ç`tã ̍s3ZßJø9$# ÷ŽÉ9ô¹$#ur 4’n?tã !$tB y7t/$|¹r& (
¨bÎ) y7Ï9ºsŒ ô`ÏB ÇP÷“tã Í‘qãBW{$# ÇÊÐÈ
17. Hai anakku, Dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan Bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
Ÿwur öÏiè|Áè? š‚£‰s{ Ĩ$¨Z=Ï9 Ÿwur Ä·ôJs? ’Îû ÇÚö‘F{$# $·mttB ( ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä†
¨@ä. 5A$tFøƒèC 9‘qã‚sù ÇÊÑÈ
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
ô‰ÅÁø%$#ur ’Îû šÍ‹ô±tB ôÙàÒøî$#ur `ÏB y7Ï?öq|¹ 4 ¨bÎ) ts3Rr& ÏNºuqô¹F{$# ßNöq|Ás9
ÎŽÏJptø:$# ÇÊÒÈ
19. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.

2. Surat Yusuf ayat 4- 8 sebagai berikut:
øŒÎ) tA$s% ß#ß™qムÏm‹Î/L{ ÏMt/r'¯»tƒ ’ÎoTÎ) àM÷ƒr&u‘ y‰tnr& uŽ|³tã $Y6x.öqx. }§ôJ¤±9$#ur tyJs)ø9$#ur öNåkçJ÷ƒr&u‘ ’Í< šúïωÉf»y™ ÇÍÈ
4. (ingatlah), ketika Yusuf Berkata kepada ayahnya: "Wahai ayahku, Sesungguhnya Aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku."

tA$s% ¢Óo_ç6»tƒ Ÿw óÈÝÁø)s? x8$tƒöäâ‘ #’n?tã y7Ï?uq÷zÎ) (#r߉‹Å3uŠsù y7s9 #´‰øŠx. ( ¨bÎ) z`»sÜø‹¤±9$# Ç`»|¡SM~Ï9 Ar߉tã ÑúüÎ7•B ÇÎÈ
5. Ayahnya berkata: "Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, Maka mereka membuat makar (untuk membinasakan) mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia."

y7Ï9ºx‹x.ur šŠÎ;tFøgs† y7•/u‘ y7ßJÏk=yèãƒur `ÏB È@ƒÍrù's? Ï]ƒÏŠ%tnF{$# OÏFãƒur ¼çmtFyJ÷èÏR šø‹n=tã #’n?tãur ÉA#uä z>qà)÷ètƒ !$yJx. $yg£Jn@r& #’n?tã y7÷ƒuqt/r& `ÏB ã@ö6s% tLìÏdºtö/Î) t,»ptôžÎ)ur 4 ¨bÎ) y7­/u‘ íOŠÎ=tæ ÒOŠÅ3ym ÇÏÈ
6. Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana dia Telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak. Sesungguhnya Tuhanmu Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.

ô‰s)©9 tb%x. ’Îû y#ß™qムÿ¾ÏmÏ?uq÷zÎ)ur ×M»tƒ#uä tû,Î#ͬ!$¡¡=Ïj9 ÇÐÈ
7. Sesungguhnya ada beberapa tanda-tanda kekuasaan Allah pada (kisah) Yusuf dan saudara-saudaranya bagi orang-orang yang bertanya.

øŒÎ) (#qä9$s% ß#ß™qã‹s9 çnqäzr&ur =ymr& #’n<Î) $oYŠÎ/r& $¨YÏB ß`øtwUur îpt7óÁãã ¨bÎ) $tR$t/r& ’Å"s9 9@»n=|Ê AûüÎ7•B ÇÑÈ
8. (yaitu) ketika mereka berkata: "Sesungguhnya Yusuf dan saudara kandungnya (Bunyamin) lebih dicintai oleh ayah kita dari pada kita sendiri, padahal kita (ini) adalah satu golongan (yang kuat). Sesungguhnya ayah kita adalah dalam kekeliruan yang nyata.

3. Surat Hud ayat 42-46 sebagai berikut:
}‘Édur “̍øgrB óOÎgÎ/ ’Îû 8löqtB ÉA$t6Éfø9$$x. 3“yŠ$tRur îyqçR ¼çmoYö/$# šc%Ÿ2ur ’Îû 5AÌ“÷ètB ¢Óo_ç6»tƒ =Ÿ2ö‘$# $oYyè¨B Ÿwur `ä3s? yì¨B tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÍËÈ
42. Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. dan Nuh memanggil anaknya,[719] sedang anak itu berada di tempat yang jauh terpencil: "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir."

tA$s% ü“Ír$t«y™ 4’n<Î) 9@t6y_ ÓÍ_ßJÅÁ÷ètƒ šÆÏB Ïä!$yJø9$# 4 tA$s% Ÿw tLÄŒ$tã tPöqu‹ø9$# ô`ÏB ̍øBr& «!$# žwÎ) `tB zOÏm§‘ 4 tA%tnur $yJåks]÷t/ ßlöqyJø9$# šc%s3sù z`ÏB šúüÏ%tøóßJø9$# ÇÍÌÈ
43. Anaknya menjawab: "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharaku dari air bah!" Nuh berkata: "Tidak ada yang melindungi hari Ini dari azab Allah selain Allah (saja) yang Maha penyayang". dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya; Maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.

Ÿ@ŠÏ%ur ÞÚö‘r'¯»tƒ ÓÉën=ö/$# Ï8uä!$tB âä!$yJ|¡»tƒur ÓÉëÎ=ø%r& uÙ‹Ïîur âä!$yJø9$# zÓÅÓè%ur ãøBF{$# ôNuqtFó™$#ur ’n?tã Äd“ÏŠqègø:$# ( Ÿ@ŠÏ%ur #Y‰÷èç/ ÏQöqs)ù=Ïj9 tûüÏJÎ=»©à9$# ÇÍÍÈ
44. Dan difirmankan: "Hai bumi telanlah airmu, dan Hai langit (hujan) berhentilah," dan airpun disurutkan, perintahpun diselesaikan[720] dan bahtera itupun berlabuh di atas bukit Judi[721], dan dikatakan: "Binasalah orang-orang yang zalim ."

3“yŠ$tRur ÓyqçR ¼çm­/§‘ tA$s)sù Å_Uu‘ ¨bÎ) ÓÍ_ö/$# ô`ÏB ’Í?÷dr& ¨bÎ)ur x8y‰ôãur ‘,ysø9$# |MRr&ur ãNs3ômr& tûüÏJÅ3»ptø:$# ÇÍÎÈ
45. Dan Nuh berseru kepada Tuhannya sambil berkata: "Ya Tuhanku, Sesungguhnya anakku termasuk keluargaku, dan Sesungguhnya janji Engkau Itulah yang benar. dan Engkau adalah hakim yang seadil-adilnya."

tA$s% ßyqãZ»tƒ ¼çm¯RÎ) }§øŠs9 ô`ÏB šÎ=÷dr& ( ¼çm¯RÎ) î@uHxå çŽöxî 8xÎ=»|¹ ( Ÿxsù Ç`ù=t«ó¡n@ $tB }§øŠs9 y7s9 ¾ÏmÎ/ íNù=Ïæ ( þ’ÎoTÎ) y7ÝàÏãr& br& tbqä3s? z`ÏB tûüÎ=Îg»yfø9$# ÇÍÏÈ
46. Allah berfirman: "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[722] perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan."

4. Surat Maryam ayat 27-33 sebagai berikut:
ôMs?r'sù ¾ÏmÎ/ $ygtBöqs% ¼ã&é#ÏJøtrB ( (#qä9$s% ÞOtƒöyJ»tƒ ô‰s)s9 ÏM÷¥Å_ $\«ø‹x© $wƒÌsù ÇËÐÈ
27. Maka Maryam membawa anak itu kepada kaumnya dengan menggendongnya. kaumnya berkata: "Hai Maryam, Sesungguhnya kamu Telah melakukan sesuatu yang amat mungkar.

|M÷zé'¯»tƒ tbr㍻yd $tB tb%x. Ï8qç/r& r&tøB$# &äöqy™ $tBur ôMtR%x. Å7•Bé& $|‹Éót/ ÇËÑÈ
28. Hai saudara perempuan Harun[902], ayahmu sekali-kali bukanlah seorang yang jahat dan ibumu sekali-kali bukanlah seorang pezina",

ôNu‘$x©r'sù Ïmø‹s9Î) ( (#qä9$s% y#ø‹x. ãNÏk=s3çR `tB šc%x. ’Îû ωôgyJø9$# $wŠÎ6|¹ ÇËÒÈ
29. Maka Maryam menunjuk kepada anaknya. mereka berkata: "Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih di dalam ayunan?"

tA$s% ’ÎoTÎ) ߉ö7tã «!$# zÓÍ_9s?#uä |=»tGÅ3ø9$# ÓÍ_n=yèy_ur $wŠÎ;tR ÇÌÉÈ
30. Berkata Isa: "Sesungguhnya Aku Ini hamba Allah, dia memberiku Al Kitab (Injil) dan dia menjadikan Aku seorang nabi,

ÓÍ_n=yèy_ur %º.u‘$t7ãB tûøïr& $tB àMZà2 ÓÍ_»|¹÷rr&ur Ío4qn=¢Á9$$Î/ Ío4qŸ2¨“9$#ur $tB àMøBߊ $|‹ym ÇÌÊÈ
31. Dan dia menjadikan Aku seorang yang diberkati di mana saja Aku berada, dan dia memerintahkan kepadaku (mendirikan) shalat dan (menunaikan) zakat selama Aku hidup;

#Ct/ur ’ÎAt$Î!ºuqÎ/ öNs9ur ÓÍ_ù=yèøgs† #Y‘$¬7y_ $|‹É)x© ÇÌËÈ
32. Dan berbakti kepada ibuku, dan dia tidak menjadikan Aku seorang yang sombong lagi celaka.

ãN»n=¡¡9$#ur ¥’n?tã tPöqtƒ ‘N$Î!ãr tPöqtƒur ÝVqãBr& tPöqtƒur ß]yèö/é& $|‹ym ÇÌÌÈ

33. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari Aku dilahirkan, pada hari Aku meninggal dan pada hari Aku dibangkitkan hidup kembali".

5. Surat Al Baqarah ayat 132-133 sebagai berikut:
4Óœ»urur !$pkÍ5 ÞO¿Ïdºtö/Î) Ïm‹Ï^t/ Ü>qà)÷ètƒur ¢ÓÍ_t6»tƒ ¨bÎ) ©!$# 4’s"sÜô¹$# ãNä3s9 tûïÏe$!$# Ÿxsù £`è?qßJs? žwÎ) OçFRr&ur tbqßJÎ=ó¡•B ÇÊÌËÈ
132. Dan Ibrahim Telah mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah Telah memilih agama Ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

÷Pr& öNçGYä. uä!#y‰pkà­ øŒÎ) uŽ|Øym z>qà)÷ètƒ ßNöqyJø9$# øŒÎ) tA$s% Ïm‹Ï^t7Ï9 $tB tbr߉ç7÷ès? .`ÏB “ω÷èt/ (#qä9$s% ߉ç7÷ètR y7yg»s9Î) tm»s9Î)ur y7ͬ!$t/#uä zO¿Ïdºtö/Î) Ÿ@ŠÏè»yJó™Î)ur t,»ysó™Î)ur $Yg»s9Î) #Y‰Ïnºur ß`øtwUur ¼ã&s! tbqßJÎ=ó¡ãB ÇÊÌÌÈ
133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia Berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan kami Hanya tunduk patuh kepada-Nya".


C. Materi pendidikan dalam Islam
Merujuk pada ayat-ayat tentang materi pendidikan baik dari surat Luqman ayat 12-19, Yusuf: 4-8, Hud: 42-46, Maryam: 27-33 dan Al Baqarah: 132-133, paling tidak terdapat tiga materi pendidikan. Ketiga materi pendidikan tersebut antara lain:
1. Materi Tauhid/Aqidah/ Keimanan.
2. Materi Ibadah/Syari’ah.
3. Materi akhlak.
Di bawah ini secara berurutan penulis paparkan kandungan dan tafsiran ayat tentang materi pendidikan , sebagai berikut :
1. Materi tauhid, terdapat dalam Al Qur’an :
a. Surat Luqman:
Pendidikan / Penanaman aqidah merupakan landasan pertama dalam pembentukan karakteristik dan moral anak. Hal ini telah dicontohkan Luqman al-Hakim dalam ayat 13: “Wahai anakku, janganlah kamu berbuat syirk kepada Allah, karena sesungguhnya perbuatan syirk itu adalah kezaliman yang besar”. Dalam ayat tersebut, jelas-jelas Luqman menasehati anaknya untuk tidak melakukan perbuatan syirk. Nasehat Luqman adalah ajaran tauhid kepada Allah swt.
Pada ayat 12 dan 14 Allah telah menunjukkan dua kali tentang pentingnya syukur, baik syukur kepada Allah maupun syukur kepada kedua orang tua. Syukur kepada Allah sebagai manifestasi dari segala nikmat dan anugerah yang telah diberikan oleh-Nya kepada manusia, dan itu sebagai wujud aplikasi keimanan seseorang kepada Allah.
Dengan demikian, hakekat syukur adalah proporsionalisasi, yaitu menempatkan nikmat yang diperoleh pada tempatnya sesuai dengan tempatnya, dan internalisasi, yaitu peresapan dan penghayatan yang sangat mendalam dalam rangka ma’rifat (mengenal) sang pemberi, untuk apa dan bagaimana nikmat itu diberikan.
b. Surat Yusuf
Dalam Surat Yusuf ayat 6 dapat dipahami adanya pendidikan aqidah atau konsep ketuhanan oleh Y’akub kepada Yusuf, mengatakan “ Dan Demikianlah Tuhanmu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta'bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana dia Telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishak.”
c. Surat Hud
Materi pendidikan aqidah yang terdapat dalam Surat Hud yang mengkisahkan nabi Nuh dan amaknya, berisi ajakan Nabi Nuh kepada keluarga dan masyarakat umumnya untuk tidak menyembah berhala dan supaya meyakini kekuasaan dan kebesaran Allah.
Hal itu dilakukan karena pada saat itu masyarakat telah berpaling dari agama tauhid yang dibawa oleh nabi Idris dan berganti menganut agama raja dengan menyembah berhala.

d. Surat Maryam.
Dalam surat Maryam ayat 30, menyatakan dengan jelas sekali bahwa nabi Isa secara intuitif (dengan wahyu Allah) berbicara dalam rangka untuk membebaskan ibunya dari tuduhan perzinahan dan yang terpenting adalah menunjukkan kepada masyarakat tentang kekuasaan Allah.
Dari kisah peristiwa itu masyarakat yang telah menuduh Maryam berbuat serong akhirnya tertepis dan sadar bahwa terdapat Dzat Yang Maha Kuasa, yang dapat menghendaki sesuatu terjadi walaupun secara akal sehat hal itu tidak mungkin terjadi. Inilah pokok materi tauhid dalam surat Maryam.
e. Surat Al Baqarah.
Di dalam surat Al Baqarah ayat 132 dan 133 merupakan penegasan bahwa Rasul-rasul Allah menekankan kepada anak-anaknya bahwa Allah telah memilih agama Islam sebagai agamamu. Begitu Juga pertanyaan Ya’kub kepada anak-anaknya tentang apa yang akan mereka sembah setelah beliau meninggal ?
Anak-anak Ya’kub pun menjawab bahwa mereka menyembah Tuhan Ya’kub dan nenek moyangnya, yaitu tuhan Yang Maha Esa . Inilah bukti materi tauhid yang disampaikan oleh nabi Ibrahim dan Ya’kub kepada anak-anaknya.
Dengan demikian tidak dapat dipungkiri bahwa Syirk dalam persoalan aqidah merupakan suatu ancaman utama dalam sistem kepercayaan dan keyakinan umat Islam. Tercatat setidaknya 169 kali persoalan syirk diungkap dalam berbagai surat dalam al-Qur’an.

Menurut pemikiran penulis, karena begitu fundamentalnya persoalan tauhid ini, Allah seringkali menekankannya dalam al-Qur’an. Sehingga pantas dan patut jika materi pendidikan aqidah dalam Al Qu’an menenpati posisi pertama dan utama.
Syukur kepada kedua orang tua merupakan manifestasi dari segala perhatian dan curahan kasih sayang yang diberikan orang tua kepada anaknya. Syukur adalah aktualisasi diri dari nikmat yang Allah berikan dengan penggunaan yang semestinya, pada penggunaan yang diridlai Allah swt.



2. Materi Akhlak, terdapat dalam Al Qur’an, yaitu:
a. Surat Luqman.
Nilai-nilai pendidikan akhlak mulia juga ditunjukkan dalam surat Luqman mulai dari ayat 12 sampai dengan ayat 19, dengan komposisi bahwa ayat 12 dan 14 tentang bersyukur, ayat 14 dan 15 tentang berbakti kepada kedua orang tua, ayat 17 tentang sabar, ayat 18 tentang etika berkomunikasi, berjalan dan bersuara (bergaul dengan masyarakat).
Pada ayat ke 14 Surat Luqman, materi akhlak menekankan kepada anak agar senantiasa mengormati ibu terlebih dahulu, ini disebabkan karena ibu telah melahirkannya dengan susah payah, kemudian memeliharanya dengan kasih sayang yang tulus ikhlas, sehingga ibu berpotensi untuk tidak dihiraukan oleh anak karena kelemahan ibu yang berbeda dengan bapak. Di sisi lain peranan bapak dalam konteks kelahiran anak lebih ringan di banding dengan peranan ibu
Dalam ayat 17, Luqman memerintahkan anaknya agar bersikap sabar terutama dalam menjalankan perintah Allah, karena semua itu membutuhkan tenaga dan usaha yang tidak sedikit serta keteguhan hati yang tak berisiko tinggi. Dalam konteks inilah, idealnya sabar harus dimiliki setiap anak, karena dengan kesabaran, anak akan dapat mengahadapi segala persoalan yang arif dan dewasa serta tidak cepat putus asa. Di sinilah pentingnya materi sabar dalam pendidikan untuk anak-anak, dan ini telah dibuktikan Luqman al-Hakim kepada anaknya

Pendidikan Aklak lainnya dapat disaksikan dalam ayat 18-19 yang menyangkut masalah etika berkomunikasi, berjalan, bertutur kata, dan bertutur sapa (bergaul dengan masyarakat). Ayat tersebut terdapat dalam term sebagai berikut: ”wala tusha’ir khaddaka li al-nasi wala tamsyi fi al-ardli maraha”. Al-Sha’r secara etimologis berarti memalingkan leher dan muka ke arah lain dengan perasaan sombong

b. Surat Yusuf
Aspek pendidikan akhlak dalam surat Yusuf 4-5 yaitu bertujuan untuk membagun hubungan harmonis diantara yusuf dan saudara-saudaranya dengan cara Ya’kub meminta kepada Yusuf untuk tidak menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya, yang dinilai dapat menyebabkan iri dan dengki.
Sedang dalam ayat 6 materi akhlak terdapat dalam peristiwa upaya Ya’kub mengatasi kecemburuan saudara Yusuf yang lain atas perlakuannya kepada Yusuf dan Bunyamin.

c. Surat Hud
Dalam surat Hud, materi akhlak ditunjukkan dalam nasehat dan ajakan Nabi Nuh kepada kan’an supaya meninggalkan pergaulan dengan masyarakat yang sudah terkontaminasi oleh tradisi kerajaan yang menyimpang.
Moralitas Kan’an yang telah terpengaruh pergaulan dengan orang-orang kafir, menjadikan Kan,an menjadi anak yang durhaka kepada ayahnya (Nuh) dan ini mengisyaratkan aklak madzmumah yang harus dihindari menurut ajaran Islam.
Apa yang dilakukan Nuh merupakan realisasi tangung jawab pendidikan kepada anaknya. Kasih sayang dan perhatian nabi Nuh dilakukan untuk keberhasilan dan keselamatan anaknya, merupakan tanggung jawab moral orang tua kepada anaknya.


d. Surat Maryam
Dalam surat maryam 27-28 materi akhlak terdapat pada peristiwa sikap su’udzan dan tuduhan yang dilakukan umat/masyarakat saat merupakan akhlak madzmumah, walaupun itu suatu kewajaran secara akal, karena masyarakat mengetahui bahwa dalam keluarga Maryam bukan orang yang jahat.
Pada ayat 32 surat maryam jelas sekali perkataan Isa kecil tentang berbakti kepada ibunya dan Allah tidak menjadikan orang yang sombong lagi celaka.
Menurut hemat penulis, protektif dan pembelaan Isa terhadap ibunya walaupun secara intuisi merupakan wujud akhlak terpuji seorang anak untuk menjunjung tinggi orang tua, disamping pembelajaran akhlak yang ditampilkan pure kepada kaum nabi Isa saat itu.
3. Materi tentang ibadah dalam Al-Qur’an.
Ibadah adalah sutu kegiatan penghambaan seorang manusia kepada Allah, ketaatan terhadap apa yang telah diperintahkannya. Oleh karenanya ibadah digolongkan dalam dua kategori yaitu ibadah Mahdzoh (seperti syahadat, shalat dan lain-lain) dan ibadah ghoiru mahdzoh (beramal sholeh, yang didalamya termasuk berakhlakul karimah).
Di dalam Al Qur’an perintah ibadah sangat banyak sekali. Namun yang secara langsung tersurat kontek pendidikan ibadah di antaranya adalah:
a. Surat Luqman.
Pada ayat 12 dan 14 terdapat materi pendidikan ibadah yaitu perintah bersyukur kepada Allah yang disampaikan oleh Luqman kepada anakanya. Syukur atas nikmat dan karunia dari Allah merupakan bentuk ungkapan terima kasih seorang hamba kepada Sang Khaliq.

Ungkapan syukur dapat diimplementasikan melalui:
1) Lisan atau ucapan disebut syukur bil qoul
2) Hati atau wajah dengan menampakkan gembira disebut syukur bil qolbi
3) Penglihatan atau perbuatan disebut syukur bil fi’li

Sedangkan pada ayat 17 terdapat pendidikan ibadah dari Luqman kepada anaknya dalam bentuk perintah sholat, amar ma’ruf-nahi munkar dan perintah bersabar. Perintah ibadah dalam ayat ini saling berkaitan satu sama lain, karena shalat membawa dampak terlindungi dari perilaku mungkar . Sementara rintangan yang mempengaruhi kewajiban amar ma’ruf dan nahi mungkar tidaklah ringan. Karenaya diperlukan sikap sabar dalam menjalankan perintah Allah swt. tersebut.
b. Surat maryam.
Materi pendidikan ibadah dalam surat maryam, secara langsung ditunjukkan dalam ayat 31. Dalam ayat tersebut Isa mengabarkan kepada umatnya tentang perintah mendirikan shalat, dan menunaikan zakat.
Sementara pada ayat 29, ketika maryam dituduh melakukan sesuatu yang amat mungkar, maryam langsung menunjuk kepada anaknya (Isa), karena saat itu Maryam sedang melakukan puasa tidak berkata-kata.

D. Analisis Penulis mengenai ayat-ayat tentang materi Pendidikan Islam
Penanaman aqidah merupakan landasan pertama dalam pembentukan karakteristik dan moral anak. Islam mengajarkan agar orang tua membimbing anaknya agar memilki ahlak yang baik termasuk ahlak kepada Tuhan.


Pendidikan ibadah merupakan keharusan bagi setiap individu untuk mengantarkan anak sebagai hamba Allah yang sejati. Pendidikan ibadah ini harus diberikan kepada anak-anak, sebagai manifestasi penghambaan seorang manusia kepada Tuhannya.
Menurut hemat penulis, agaknya dikaitkannya ibadah individual (shalat) dengan kewajiban ber-amar ma’ruf nahi munkar sebagai ibadah sosial merupakan konsekuensi logis dari pandangan filosofis tentang manusia sebagai makhluk pribadi dan sosial, di samping sebagai makhluk yang berdimensi lahiriah dan spiritual






















BAB III
KESIMPULAN

Bertolak dari paparan uraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu :
1. Luqman al-Hakim adalah manusia biasa yang dapat menembus sifat-sifat, kebiasaan-kebiasaan serta karakteristik manusia pada umumnya. Dia memiliki keutamaan (al-hikmah) yang sangat jarang dimiliki manusia lain. Keadaan inilah yang dapat membawa dirinya pada derajat yang sangat terhormat di hadapan Allah. Ia diposisikan hampir sama dengan para Nabi, walaupun pada hakekatnya tidaklah sama.

2. Ayat tentang materi pendidikan dalam Al Qur’an meliputi pendidikan aqidah, ibadah dan akhlak/moral. Ketiga materi tersebut merupakan satu paket yang tidak bisa dipisah-pisahkan. Bila ketiga tata nilai tersebut bisa diserap oleh anak-anak dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari, mereka akan menjadi manusia kamil sebagaimana yang diidealkan oleh pendidikan Islam.

Wallahu A’lamu bish Shawab













DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghalayini, Musthafa.. Jami al-Durus al-Arabiyah. Vol. 1. (Beirut: Mansurat al-Maktabat al-Mishriyah, 1987)

Departemen Agama RI, Al Qur’an dan Terjemahnya (revisi terbaru), (Semarang: CV. Asy Syifa’, 2000)

Hilmi ‘Ali Sya’ban, Nuh ‘Alaih al- Salam, (Beirut: Dar al Kutub al-‘Ilmiyah, 1991)

Modul Orientasi Pembekalan Calon PNS, Basic Kompetensi Guru, (Jakarta : Departemen Agama Republik Indonesia, 2004)

Muhammad Abd al-Baqi.. al-Mu’jam al-Mufahras li Alfadz al-Qur’an al-Karim. (Mesir: Dar al-Ma’arif, 1986)

Mujama’ Khadim al-Haromain asy Syarifain al-Malik Fahd Littiba’at al-Mushaf asy Syarif, Al Qur’an dan Terjemahnya, (Medinah Munawaroh , 1412 H)

Musthafa, Ibrahim.. al-Mu’jam al-Wasith. (Beirut: Dar al-Fikr, 1990)

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah,Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Vol. 1 (Jakarta: Lentera Hati, 2002)

UUD 1945, Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya, (Penabur Ilmu, 2004)

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Cet. IV ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008)

W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : PN Balai Pustaka,1984)