-->TOKOH-TOKOH ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN
Sejak jaman Nabi Muhammad SAW, telah bermunculan cendekiawan Muslim, Misalnya Ali Bin Abi Talib. Kepada Ali bin Abi Tal;ib Rasululullah pernah mengibaratkan Ali bin Abi Talib sebagai pintu ilmu. Selain Ali Bin Abi Talib juga lahir para sahabat yang termasul cendekia muslim seperti Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Usman bin Affan, zain bin tsabbit dan masih banyak lagi para sahabat cendekia.
Sepeninggal nabi Muhammad SAW. pemerintahan dan perkembangan dakwah Islam dilanjutkan oleh para sahabat. Dimulai dari khulafaur Rasyidiin (Abu bakar, Umar bin Khottob, Usman bin Affan dan Ali bin Talib. Kemudian dilanjutkan oleh khalifah bani Unayyah dan Bani Abbasiyah. Pada masa itulah banyak lahir para cendekiawan muslim.
Asal dari kata cendekiawan adalah cendekia yang berarti pandai atau cerdas. Kecerdasan dan kepandaian para cendekiawan muslim tersebut digunakan untuk mencerdaskan umat manusia, dalam artian memjadikan orang lain yang memamakai gagasannya mampu berpikir dan bertindak dengan cerdas dalam memecahkan problem pribadi maupun dalam kaitannya dengan masyarakat luas.
Istilah cendekiawan sangat berbeda dengan ilmuwan. tidak seperti cendekiawan di atas, ilmuwan adalah orang yang mempunyai banyak ilmu tetapi tidak ada ghirah untuk mencerdaskan masyarakat, memberikan solusi pengentasan kemiskinan, kemerosotan akhlak, ketidakadilan, pemimpin yang otoriter, dan hal-hal lain yang mengarah kepada kesejahteraan umat manusia.
Cendekiawan Muslim tersebar dalam berbagai aspek dan bidang keilmuan, di antaranya :
1. Bidang ilmu tauhid.
Ilmu ini lahir pasca ajaran islam diserang oleh ahli filsafat Yunani, Tokoh kristen dan Yahudi dan para cendekia kafir. Para cendekiawan muslim yang mengembanglan ilnu tauhid antara lain :
a. Hasan Al Basri.
Ketika banyak orang bertanya kepada beliau mengenai masalah ketuhanan, abeliau mencoba menjelaskan tentang kehendak manusia dan takdirnya. Menurutnya manusia bukanlah robot yang telah diprogram oleh Allah. Tetapi manusia memiliki tanggung jawab terhadap dirinya dalam menentukan perbuatannya. Manusia yang melakukan perbuatan baik, ia akan mendapatkan pahala, sedang yang melaksanakan perbuatan dosa pasti mendapat siksa.
b. Abu Hasan Al ‘asyari (260-324 H/873-935 M)
Abu Hasan Al ‘Asyari mencetuskan pendapat jalan tengah anatar antara aliran ortodoks (salafi) dan aliran rasionalis. Menurut beliau yang menciptakan sesuatu adalah Allah, manusia tidak bisa menciptakan , manusia anya mampu berikhtiar sedang yang menentukan segalanya adalah Allah SWT.
Kitab-kitab beliau adalah :
1). Maqolatul Islamiyah : Pendapat golongan-golongan Islam
2). Al Ibanah ‘An Ushukkidiniyyah: Penjelasan tentang dasar-dasar agama.
3). Al Luma : sorotan yang menjelaskan tentang ketuhanan, dosa besar dan Aqidah.
c. Abu Mansur Al Maturidy (875-944 M)
Pendapat Al Maturidy dalam membicarakan masalah ketuhanan, menyatakan bahwa manusia hanya mampu berikhtiar semaksimal mungkin, sedangkan keputusan akhir hanya ada pada kekuasaan Allah.
Antara Abu Hasan Al ‘Asy’ari dan Al Maturidy terdapat perbedaan dalam membahas sifat-sifat Allah. Abu Hasan Al ‘Asy’ari membagi sifat wajib Allah menjadi empat, Sedang Al Maturidy membagi sifat-sifat wajib Allah menjadi dua puluh. Namun demikian Hasil pemikiran Abu Hasan Al ‘Asy’ari dan Al Maturidy menjadi landasan aqidah bagi aliran Adlussunah waljama’ah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar