Senin, 28 Februari 2011

DASAR PEMBUATAN SILABUS BERKARAKTER.


DASAR PEMBUATAN SILABUS BERKARAKTER.
by sariono sby
Posted, by http//referensiagama.blogspot.com

A. Pendahuluan
Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penenaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran.
Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar.
Setiap mata pelajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

B. Distribusi Penanaman Nilai-nilai Utama Dalam Tiap Mata Pelajaran
1. Pendidikan Agama : religius, jujur, santun, disiplin, tanggung jawab, cinta ilmu, ingin tahu, percaya diri, menghargai keberagaman, patuh pada aturan, sosial, bergaya hidup sehat, sadar akan hak dan kewajiban, kerja keras, dan adil.
2. Pendidikan Kewargaan Negara : Nasionalis, patuh pada aturan sosial, demokratis, jujur, mengahrgai keragaman, sadar akan hak dan kewajiban diri dan orang lain.
3. Bahasa Indonesia : Berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif, percaya diri, bertanggung jawab, ingin tahu, santun, nasionalis.
4. Ilmu Pengetahuan Sosial : Nasionalis, menghargai keberagaman, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, peduli sosial dan lingkungan, berjiwa wirausaha, jujur, kerja keras.
5. Ilmu Pengetahuan Alam : Ingin tahu, berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, jujur, bergaya hidup sehat, percaya diri, menghargai keberagaman, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, peduli lingkungan, cinta ilmu
6. Bahasa Inggris : Menghargai keberagaman, santun, percaya diri, mandiri, bekerja sama, patuh pada aturan sosial
7. Seni Budaya : Menghargai keberagaman, nasionalis, dan menghargai karya orang lain, ingin, jujur, disiplin, demokratis
8. Penjasorkes : Bergaya hidup sehat, kerja keras, disiplin, jujur, percaya diri, mandiri, mengahrgai karya dan prestasi orang lain
9. TIK/Ketrampilan : Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, mandiri, bertanggung jawab, dan menghargai karya orang lain.
10. Muatan Lokal : Menghargai kebersamaan, menghargai karya orang lain, nasional, peduli.

C. Aplikasi Nilai Utama Dalam Kegiatan Pembelajaran
Eksplorasi :
1. Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
2. Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (kreatif, kerja keras)
3. Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
4. Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran (rasa percaya diri, mandiri)
5. Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (mandiri, kerjasama, kerja keras)
Elaborasi :
1. Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna (cinta ilmu, kreatif, logis)
2. Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
3. Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (kreatif, percaya diri, kritis)
4. Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
5. Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
6. Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
7. Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
8. Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
9. Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
Konfirmasi :
1. Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
2. Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (percaya diri, logis, kritis)
3. Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (memahami kelebihan dan kekurangan)
4. Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru :
a) Berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, (peduli, santun)
b) membantu menyelesaikan masalah (peduli)
c) Memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (kritis)
d) Memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (cinta ilmu); dan
e) Memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (peduli, percaya diri).

Kamis, 24 Februari 2011

TAKABUR


TAKABUR
by sariono sby
posted, referensiagama.blogspot.com

Saat ini banyak kita jumpai orang yang suka membanggakan diri, menganggap dirinya paling hebat dan melihat orang lain tidak sehebat dirinya.

Antara sikap yang amat tidak digemari oleh manusia untuk dihadapi ialah sikap sombong atau takabbur. Walaupun sikap ini tidak menyebabkan kekurangan kepada diri orang lain secara fizikalnya, tetapi mengucapkan perkataan-perkataan yang berbaur ketakburan atau kesombongan menyebabkan orang yang mendengar merasa meluat, tersinggung dan panas hati.

Di bawah ini kita akan coba mengupas secara terperinci mengenai sikap sombong atau takabbur ini.
A. PENGERTIAN TAKABUR

Sombong atau takabbur artinya perasaan tinggi diri oleh si pelaku terhadap satu atau lebih mengenai dirinya dalam aspek-aspek kehidupan. Seseorang itu boleh bersikap sombong kepada orang di sekelilingnya jika dia mendapati kedudukannya lebih tinggi berbanding orang di sekelilingnya. Kesombongan atau ketakabburan juga boleh berlaku apabila manusia mendapati keturunannya, sifat lahiriahnya sama ada cantik, kacak atau perkasa ataupun kaya dari segi material adalah lebih berbanding dengan orang lain.

Di dalam hal ini kita perlu menyadari hakikat bahawa tidak ada satu makhlukpun di dunia ini yang mengatakan bahawa dia berhak untuk berlaku sombong. Ini karena, kesombongan atau kebanggaan itu menunjukkan kebesaran atau kehebatan diri seseorang. Sedangkan kebesaran atau kehebatan adalah kriteria mutlak yang menjadi milik Allah s.w.t., dan tidak ada seorangpun yang boleh memilikinya. Ini seiring dengan sebuah hadis Qudsi yang bermaksud:

"Allah Ta'ala berfirman (di dalam Hadis Qudsi): Kesombongan adalah selendangKu dan kebesaran adalah sarungKu. Maka barang siapa menyamai-Ku salah satu dari keduanya, maka pasti Kulemparkan ia ke dalam Jahannam dan tidak akan Kupedulikan lagi."

Apabila kita meneliti maksud hadis ini, ia dengan jelas menyatakan bahawa kesombongan dan kebesaran itu hanya milik Allah s.w.t. semata-mata, tetapi bagaimanakah perasaan ini masih boleh timbul di dalam hati manusia?

Sebenarnya, perasaan sombong atau takabbur boleh berlaku apabila timbulnya suatu pandangan terhadap orang lain dengan pandangan yang kecil dan hina. Pandangan tersebut mungkin suatu pandangan yang secara faktanya benar. Umpamanya jika kita membandingkan pendapatan sebanyak Rp. 7000.000 sebulan dengan pendapatan sebanyak Rp.3500.000 sebulan, tentulah jumlah pendapatan pertama jauh lebih besar berbanding dengan jumlah pendapatan kedua. Walau bagaimanapun, kesombongan itu berlaku apabila pandangan tersebut beriringan dengan anggapan orang yang dipandangnya itu lebih kecil, serba kekurangan atau kurang berharga berbanding dengan dirinya. Ketakabburan berlaku apabila pandangannya itu tidak disertakan dengan kesyukurannya kepada Allah s.w.t. karena memberi kelebihan tersebut. Secara tidak langsung dia menganggap apa yang dimilikinya itu tidak mempunyai kaitan dengan rahmat atau rezeki yang diberikan oleh Allah. Ataupun dia menganggap bahawa dia sememangnya individu istimewa karena itu Allah memilihnya untuk memiliki kelebihan tersebut. Maka orang yang sombong dan takabbur itu menganggap dirinya lebih mulia dan terhormat berbanding dengan orang lain. Sebagaimana sabda Rasulullah s.a.w. yang bermaksud;

"Sombong itu ialah menolak kebenaran dan menghinakan makhluk."

B. MACAM PERKARA YANG MENJADI OBYEK TAKABUR
Perkara-perkara yang biasanya menjadi bahan kesombongan atau ketakabburan sebagaimana yang dinyatakan di dalam Kitab Ihya Ulumuddin (tulisan Imam Al-Ghazali) ada tujuh perkara, iaitu ilmu pengetahuan, amalan dan peribadatan, keturunan, keindahan dan kelebihan pada bentuk fizikal, harta kekayaan, kekuatan fizikal dan kuasa atau pengaruh.

1) Dalam aspek ilmu pengetahuan, lazimnya kesombongan itu berlaku apabila seseorang itu telah mendapat pengiktirafan daripada masyarakat tentang ilmu yang ada padanya. Mungkin apabila orang memberi 'title' ustaz, orang alim atau sebagainya, pada anggapannya dia benar-benar telah berilmu. Lantas, orang yang sombong inipun menganggap orang lain itu bodoh dan jahil

Sebaliknya, haruslah disedari bahawa menuntut ilmu pengetahuan bagi seorang muslim sebenarnya adalah untuk membawa diri dan jiwanya kepada suatu keinsafan tentang kedudukannya sebagai seorang hamba dan kedudukan Tuhannya sebagai Pencipta. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya seharusnya akan menambahkan lagi nilai ketakwaan kepada Allah s.w.t.. Seiring dengan firman Allah yang bermaksud;

"Bahawasanya yang dapat merasakan takut kepada Allah dari golongan hamba-hamba-Nya itu ialah alim ulama"

2) Amalan dan peribadatan. Memang tidak dinafikan, apabila masyarakat mengiktiraf seseorang itu sebagai orang warak dan bertakwa, bagi mereka yang sombong dan takabbur, dia akan mengira-ngira dia telah banyak melakukan amal ibadat. Dia akan mengharapkan agar dia diberi keutamaan dalam majlis-majlis tertentu, diraikan dan diberi puji-pujian oleh masyarakat.

3) Keturunan atau salasilah. Tanpa sedar, manusia lazimnya akan berbangga dengan keturunan mereka seperti daripada kerabat diraja, golongan aristokrat, bangsawan dan sebagainya. Perasaan ini secara tanpa sedar juga pernah dialami oleh seorang sahabat Rasulullah s.a.w., yakni Abu Dzar. Beliau berkata;

"Pada suatu hari, ketika aku berada di hadapan Rasulullah s.a.w., datanglah seorang yang berkulit hitam. Lantas saya menyapanya, "Hai anak orang hitam" Apabila Rasulullah s.a.w. terdengar sahaja aku menyebut anak orang hitam, baginda menempelakku dengan mengatakan; Hai Abu Dzar, tidak ada kelebihan bagi seseorang yang berketurunan kulit putih di atas orang yang berketurunan kulit hitam. Alangkah menyesalnya aku apabila telah terlanjur mengucapkannya. Lalu akupun membaringkan tubuhku dan berkata kepada orang tersebut; Nah saudara, pijaklah pipiku ini."

4) Kecantikan atau ketampanan. Kesombongan atas sebab ini amat mudah untuk diterima oleh sesiapa sahaja. Suatu anugerah yang Allah berikan sejak dari manusia dilahirkan. Orang yang cantik atau tampan mudah sahaja menjadi tumpuan orang-orang yang berada di sekelilingnya. Seseorang yang tidak mempunyai iman yang kuat, sudah pasti amat mudah merasa bangga dan sombong dengan apa yang ada padanya.

5) Kesombongan amat mudah berlaku di kalangan mereka yang berada dan kaya. Terdapat satu kisah yang menceritakan tentang perkara ini yang boleh dijadikan sebagai suatu pengajaran;

Abu Bakar Al-Hazali berkata:

"Suatu hari kami bersama Hassan. Lalu Ibn al-Ahlam datang kepada kami hendak bercukur. Dia memakai jubah sutera tersusun di atas betis, tersingkap pula bahagian luarnya. Dia berjalan berlenggang. Perbuatannya yang sedemikian itu dilihat oleh Hassan, lalu Hassan pun berkata: "Sombongnya, dia memalingkan pipi dan menampakkan kebodohannya. Engkau akan terlihat kebodohanmu dalam nikmat yang tidak disyukuri dan tidak menggunakannya sesuai dengan perintah Allah serta tidak pula memberikan haknya pada setiap yang memerlukan. Nikmat itu hak Allah dan dengannya syaitan sentiasa mencari mangsa. Demi Allah, seseorang yang berjalan dengan wataknya atau bergerak seperti orang gila itu lebih baik daripada ini." Ibn al-Ahlam mendengar lalu dia kembali dan minta maaf kepadanya. Hassan berkata, "Jangan kau minta maaf padaku, tapi bertaubatlah kepada Allah. Tidakkah engkau dengar firman Allah,

(Yang maksudnya berbunyi) :"Janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan sombong, sesungguhnya engkau itu tiada dapat menembusi bumi dan tidak akan engkau sampai setinggi gunung." (Al-Isra' :37)

6) Kekuatan dan keperkasaan tubuh. Manusia amat mudah merasa amat bangga dan sombong apabila memiliki tubuh yang kuat dan perkasa. Kelebihan yang dimilikinya kadang-kadang menjadi bahan untuk mengancam orang lain yang lebih lemah. Atau untuk memaksa orang-orang yang lebih lemah menuruti kemahuannya. Di dalam hal ini, Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud;

"Orang yang paling gagah perkasa di antara kamu semua ialah orang yang dapat mengalahkan nafsunya pada waktu marah dan orang yang tersabar di antara kamu semua itu ialah orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain padahal ia mampu untuk membalasnya."

7) Manakala perkara yang terakhir sekali yang dinyatakan oleh Imam al-Ghazali sebagai perkara yang boleh menimbulkan kesombongan ialah pengaruh ataupun kuasa.

Pemimpin yang tertipu dengan perasaannya, walau di peringkat mana sekalipun kepimpinannya akan merasa bahawa dirinya sudah cukup hebat berbanding orang lain.

C. BAHAYA SIKAP TAKABUR

Kesombongan atau takabbur merupakan suatu perasaan yang apabila ia timbul dan tidak dikendalikan dengan baik dan penuh keinsafan, akan menjadikan pemiliknya amat kerugian.
1. Sikap ini mampu menjadi penghalang bagi seseorang untuk ditempatkan di dalam syurga, disebabkan sifat ini menjadi pemisah antara seseorang dengan akhlak dan budi pekerti kaum mukmin keseluruhannya. Sebagaimana yang telah dinyatakan sebelum ini, takabbur atau sombong adalah rasa tinggi diri berbanding dengan orang lain. Seseorang yang memiliki sifat ini sudah pasti tidak mempunyai perasaan menyayangi saudara mukminnya yang lain sebagaimana dia menyayangi dirinya sendiri.

2. Orang yang sombong juga tidak akan dapat meninggalkan perasaan dendam, memberi nasihat kepada saudara muslim yang lain secara jujur atau ikhlas dan tidak dapat melaksanakan budi pekerti yang baik.

3. Sifat sombong atau takabbur juga sebenarnya menyebabkan seseorang itu awal-awal lagi akan disisihkan oleh Allah swt di dunia sebagaimana firman-Nya yang bermaksud;

"Nanti Aku palingkan daripada ayat-ayatKu orang-orang yang sombong di muka bumi tanpa kebenaran." (Al-A'raf: 146)

4. Selain itu natijah kesombongan juga, menyebabkan pintu hati pengamalnya tertutup dari menerima hidayah dan kebaikan dari Allah sebagaimana firman Allah yang bermaksud;

"Demikianlah Allah menutup tiap-tiap hati orang yang sombong lagi ganas (memaksa rakyat)." (Surah Al-Mukmin : 35)

5. Apa yang lebih malang, pemilik sifat takabbur yang menafikan hak-hak Allah akan ditempatkan ke dalam neraka seiring dengan firman Allah yang bermaksud:

"Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan dirinya dari menyembahKu, mereka itu akan masuk neraka Jahannam dengan menderita kehinaan." (Surah Al-Mu'min: 60)

Dan ini diperkukuhkan lagi oleh dua buah hadis yang berbunyi yang bermaksud;

"Tidak akan masuk ke dalam syurga orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari sifat kesombongan."

Manakala Hadith kedua bermaksud;

"Tidak akan masuk syurga seseorang yang bakhil dan berbuat sewenang-wenang (karena kesombongannya)."

D. KESIMPULAN

Sebagai suatu kesimpulan, sesungguhnya sifat sombong atau takabbur, selain ia dicela di dunia oleh Allah serta orang-orang mukmin, ia adalah sifat yang amat merugikan seseorang itu di dunia dan di akhirat. Apakah kita sebagai hamba yang penuh kedhaifan dan serba kekurangan ini layak untuk menganggap diri kita hebat? Sebagai manusia, Allah menganugerahkan kepada kita kelebihan-kelebihan tertentu agar kita menjadi lebih mudah untuk meniti perjalanan hidup ke arah kehidupan yang lebih abadi. Kelebihan yang diberi bukanlah bererti yang kita diberi izin untuk mendabik dada kepada orang lain. Suatu hakikat yang perlu kita sama-sama sedari ialah, tidak ada manusia yang sempurna dari segala segi. Di mana kelebihan manusia, di situlah sebenarnya kelemahan atau kekurangannya berada.

Maka kita sewajarnya sama-sama menginsafi bahawa keagungan, kehebatan dan sifat sombong itu hanya dimiliki oleh Allah. Dan bagi manusia, sifat sombong atau takabbur sebaik-baiknya dengan dengan sifat tawaddhu'. Sifat tawaddhu' adalah sifat rendah diri dan menginsafi diri bahawa manusia itu perlu sentiasa berada di bawah ketundukan dan ketaat kepada Allah s.w.t. Sifat inilah sebenarnya yang mengangkat darjat manusia di sisi Allah s.w.t. Sebagaimana hadis Rasulullah yang bermaksud;

"Barang siapa bertawaddhu' karena Allah, maka akan diangkat darjatnya oleh Allah, barang siapa yang sombong, maka akan dijatuhkan darjatnya oleh Allah, barang siapa bersikap bersederhana (tidak boros dan tidak pula kikir), maka akan dijadikan kaya oleh Allah, barang siapa membazir, maka akan dijadikan miskin oleh Allah dan barang siapa memperbanyak ingatan kepada Allah, maka dicintai oleh Allah."

Selasa, 22 Februari 2011

USBN PAI SD 2009-2010

LAMPIRAN :
KEPUTUSAN BERSAMA KETUA BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
NOMOR .......TAHUN 2009 TENTANG UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KISI-KISI SOAL UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL
TAHUN PELAJARAN 2009/2010

A. Sekolah Dasar (SD)
No. Standar Kompetensi Lulusan Kemampuan yang Diuji Indikator
1.


Menyebutkan, menghafal, membaca dan mengartikan surat-surat pendek dalam Al-Qur’an, mulai surat Al-Fatihah sampai surat Al-‘Alaq
Membaca QS Al-Fatihah dan QS Al Ikhlas dengan lancar. Disajikan kutipan beberapa ayat surat Al Fatihah, siswa dapat menentukan bacaan ayat 5.
Disajikan beberapa ayat Al Quran, siswa mampu menentukan bacaan surat Al-Ikhlas ayat 3.
Membaca QS Al-Kautsar dengan lancar.
Disajikan potongan ayat surat Al Kautsar, siswa mampu melengkapi.
Membaca QS An-Nashr dengan lancar.
Disajikan beberapa potongan ayat Al Quran, siswa memilih salah satu ayat surat An Nashr.
Membaca QS. Al ‘Ashr dengan lancer. Disajikan surat Al ‘Ashr ayat 2, siswa mampu menjelaskan hukum bacaan yang bergaris bawah.
Membaca QS Al-Lahab dan Al-Kafirun. Disajikan potongan Surat Al Kafirun ayat 6, siswa dapat melengkapi.
Mengartikan QS Al-Lahab dan Al-Kafirun.
Disajikan surat Al Lahab ayat 3, siswa dapat menentukan artinya.
Membaca QS Al-Maun dan Al-Fiil. Disajikan potongan bacaan surat Al Fiil ayat 1, siswa mampu melengkapi.
Mengartikan QS Al-Maun dan Al-Fiil. Disajikan arti surat Al Maun, siswa dapat menentukan arti surat Al Maun ayat 2.
Membaca QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5. Disajikan beberapa ayat Surat Al Qadar, siswa dapat menentukan ayat 3.
Disajikan beberapa ayat dari surat Al ‘Alaq, siswa dapat memilih ayat 5.
Mengartikan QS Al-Qadr dan QS Al-‘Alaq ayat 1-5. Disajikan surat Al Alaq ayat 2, siswa dapat menentukan artinya.
2.


Mengenal dan meyakini aspek-aspek rukun iman dari iman kepada Allah sampai iman kepada Qadha dan Qadar
Mengartikan sifat jaiz Allah SWT. Ditampilkan ayat/narasi kebebasan Allah SWT untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu, siswa dapat menentukan pengertian sifat jaiz bagi Allah SWT.
Menyebutkan tugas-tugas Malaikat. Disajikan ilustrasi rezeki Allah SWT tentang kesuburan alam, siswa mampu menentukan nama malaikat yang melaksanakan tugas tersebut.
Menyebutkan nama-nama kitab Allah SWT.
Ditampilkan nama-nama kitab suci yang diturunkan Allah, siswa mampu mengemukakan kitab suci yang diterima nabi Daud AS.
Menjelaskan Al-Qur’an sebagai kitab suci terakhir. Ditampilkan fungsi kitab suci Al Qur’an, siswa mampu menunjukkan fungsi Al Quran sebagai penyempurna kitab terdahulu.
Menyebutkan nama-nama Rasul Ulul Azmi dari para Rasul. Menerangkan peristiwa yang melatarbelakangi seorang Rasul mendapat julukan Ulul Azmi.
Membedakan Nabi dan Rasul. Disajikan persamaan antara Nabi dan Rasul, siswa mampu mengemukakan perbedaannya.
Menyebutkan nama-nama dan tanda-tanda Hari Akhir.
Ditampilkan cerita hari kiamat, siswa dapat menentukan nama-nama Hari Akhir.
Ditampilkan narasi, siswa dapat mengemukakan tanda-tanda Hari Akhir.
Menunjukkan contoh-contoh Qadha dan Qadar. Ditampilkan melalui cerita, siswa dapat mengemukakan contoh Qadha Allah SWT.
Menunjukkan keyakinan terhadap Qadha dan Qadar. Ditampilkan melalui cerita, siswa dapat mengemukakan sikap menerima Qadar Allah SWT.
3. Menceritakan kisah nabi-nabi serta mengambil teladan dari kisah tersebut dan menceritakan kisah tokoh orang-orang tercela dalam kehidupan nabi. Menceritakan kisah Nabi Adam AS. Disajikan cuplikan kisah Nabi Adam AS, siswa dapat menyimpulkan penyebab Nabi Adam diturunkan ke dunia.
Menceritakan kisah kelahiran Nabi Muhammad SAW. Disajikan cuplikan kisah Nabi Muhammad SAW, siswa dapat mengemukakan nama pengasuh Nabi sejak lahir sampai umur 4 tahun.
Menceritakan kisah Nabi Ismail AS. Menyimpulkan jawaban Nabi Ismail ketika diberitahu bahwa atas perintah Allah SWT ayahnya akan mengorbankannya.
Menceritakan kisah Nabi Musa AS. Disajikan cuplikan kisah Nabi Musa AS, siswa dapat menentukan Raja yang memusuhi Nabi Musa AS .
Menceritakan kisah Nabi Isa AS. Menyebutkan nama kaum yang setia kepada nabi Isa AS.
Menceritakan kisah Khalifah Abubakar RA. Menentukan sikap Abu Bakar Siddiq pada saat mendengar Nabi SAW Isra Mi’raj.
Menceritakan perilaku Musailamah Al Kadzab. Mengemukakan sebab Khalifah Abu Bakar Siddiq RA memerangi Musailamah Al-Kadzab.
Menceritakan perjuangan kaum Muhajirin dan kaum Anshar. Menyimpulkan bentuk perjuangan Kaum Muhajirin dan Anshar.

4. Berperilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari serta menghindari perilaku tercela
Meneladani perilaku taubatnya Nabi Adam AS. Ditampilkan melalui cerita, siswa dapat menentukan pentingnya taubat.
Meneladani perilaku masa kanak-kanak Nabi Muhammad SAW. Mengartikan perilaku unggulan (gelar) Nabi Muhammad SAW yang dikagumi oleh bangsa Quraisy.
Meneladani perilaku Nabi Ibrahim AS.
Disajikan melalui penggalan cerita, siswa mampu menerangkan bukti ketaatan Nabi Ibrahim AS terhadap Allah SWT.
Meneladani Nabi Ismail AS. Menerapkan tentang sikap patuh seorang anak terhadap orang tuanya.
Meneladani perilaku Nabi Ayyub AS. Meneladani sikap Nabi Ayyub AS ketika diuji Allah swt dengan penyakit kulit.
Meneladani perilaku Nabi Musa AS. Disajikan melalui penggalan cerita, siswa dapat menunjukkan sikap Nabi Musa AS dalam menghadapi Fir’aun.
Menghindari perilaku dengki seperti Abu Lahab dan Abu Jahal. Disajikan beberapa sifat tercela, siswa dapat memilih perilaku dengki yang harus dihindari.
Menghindari perilaku bohong seperti Musailamah Al Kadzab. Disajikan melalui cerita, siswa dapat menunjukkan prilaku bohong Musailamah Al-Kadzab.
5.

Mengenal dan melaksanakan rukun Islam mulai dari bersuci (thaharah) sampai zakat serta mengetahui tata cara pelaksanaan ibadah haji
Menyebutkan syarat sah dan syarat wajib shalat. Disajikan beberapa pilihan, siswa mampu menentukan syarat wajib shalat.
Menyebutkan hal-hal yang membatalkan shalat. Siswa mampu menunjukkan hal-hal yang membatalkan shalat.
Melakukan dzikir setelah shalat .
Disajikan potongan lafal dzikir setelah shalat, siswa mampu melengkapi.
Membaca do’a setelah shalat. Disajikan lafal doa, siswa dapat menentukan doa untuk kedua orang tua.
Melafalkan azan dan iqamah. Disajikan lafal azan “hayya ‘alas shalah”, siswa dapat mengartikan.
Menunjukkan perbedaan azan subuh dengan azan shalat lain.
Menyebutkan ketentuan-ketentuan puasa Ramadhan.
Disajikan beberapa ketentuan puasa, siswa dapat menentukan salah satu rukun puasa.
Disajikan beberapa ketentuan puasa, siswa dapat menunjukkan salah satu yang membatalkan puasa.
Menyebutkan hikmah puasa. Ditampilkan narasi pentingnya puasa, siswa mampu menentukan salah satu hikmah puasa.
Melaksanakan tarawih di bulan Ramadhan. Ditampilkan amalan bulan Ramadhan, siswa dapat menentukan waktu pelaksanaan shalat tarawih.
Menyebutkan macam-macam zakat . Disajikan melalui cerita, siswa dapat menentukan dua macam jenis zakat.
Menyebutkan ketentuan zakat fitrah. Disajikan melalui cerita, siswa dapat menemukan ukuran zakat fitrah.

B. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
No. Standar Kompetensi Lulusan Kemampuan Yang Diuji Indikator
1. Menerapkan tatacara membaca Al Quran menurut tajwid, mulai dari cara membaca Al Syamsiyah dan Al Qomariyah sampai kepada menerapkan hukum bacaan mad waqaf
Menerapkan hukum bacaan Al Syamsiyah dan Al Qamariyah pada ayat Al Quran.
Ditampilkan contoh bacaan yang mengandung hukum al, siswa dapat mengklasifikasikan contoh bacaan Al Syamsiyah.
Menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada ayat Al Quran. Ditunjukkan ayat Al Quran yang mengandung hukum bacaan nun mati/tanwin, siswa dapat menyeleksi hukum bacaan idgham bighunnah.
Ditampilkan potongan ayat Al-Quran yang mengandung hukum bacaan mim mati, siswa dapat memilih bacaan ikhfa syafawi.
Menerapkan hukum bacaan qalqalah dan ra pada ayat Al Quran. Ditampilkan ayat Al Quran yang mengandung contoh hukum bacaan qalqalah, siswa dapat memilih bacaan yang mengandung hukum bacaan qalqalah kubra.
Ditampilkan contoh hukum bacaan ra, siswa dapat menyeleksi contoh hukum bacaan ra tarqiq.
Menerapkan hukum bacaan mad dan waqaf pada ayat Al Quran. Disajikan ayat Al Quran yang mengandung hukum bacaan mad, siswa dapat menyeleksi hukum bacaan mad wajib muttashil.
Disajikan ayat Al Quran yang mengandung tanda waqaf, siswa dapat menunjukkan tanda waqaf lazim.
Membaca dan menjelaskan makna QS. At-Tin. Ditampilkan ayat dari QS At-Tin secara acak, siswa dapat menyusun ayat dengan benar.
Ditampilkan salah satu ayat QS At-Tiin, siswa dapat menyimpulkan maknanya dengan benar.
Ditampilkan salah satu ayat QS At-Tiin, siswa dapat menyimpulkan maknanya dengan benar. Ditampilkan QS Al Insyirah, siswa dapat menyebutkan arti salah satu ayat QS Al Insyirah.
2.

Meningkatkan pengenalan dan keyakinan terhadap aspek-aspek rukun iman mulai dari iman kepada Allah sampai kepada iman pada Qadha dan Qadar serta Asmaul Husna.


Mengimplementasikan iman kepada Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ditampilkan salah satu ayat QS Al Ikhlash, siswa dapat menentukan sifat wajib bagi Allah yang terdapat pada ayat tersebut.
Ditampilkan ilustrasi tentang perilaku yang mencerminkan implementasi iman kepada Allah, siswa dapat memilih sifat wajib bagi Allah yang sesuai dengan ilustrasi tersebut.
Mengimplementasikan Asmaul Husna
dalam kehidupan sehari-hari. Dipaparkan ilustrasi perilaku seseorang yang mencerminkan implementasi Asmaul Husna dalam kehidupan sehari-hari. Siswa dapat memilih asmaul husna yang sesuai dengan ilustrasi.
Mengimplementasikan iman kepada malaikat dalam kehidupan sehari-hari. Dideskripsikan satu fenomena alam, siswa dapat menentukan malaikat yang berkaitan dalam terjadinya fenomena tersebut.
Mengimplementasikan iman kepada kitab-kitab Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ditampilkan beberapa pernyataan yang berkaitan dengan beriman kepada kitab-kitab Allah, siswa dapat membuktikan perwujudan cara beriman kepada kitab-kitab Allah.
Ditampilkan beberapa perilaku terhadap Al Qur’an, siswa dapat mengkategorikan perilaku mencintai Al Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Menerapkan iman kepada rasul-rasul Allah dalam kehidupan sehari-hari. Ditampilkan beberapa nama rasul, siswa dapat mengklasifikasikan nama-nama rasul yang bergelar ulul azmi.
Dipaparkan secara singkat kisah nabi Muhamad SAW, siswa dapat mengkorelasikan kisah tersebut dengan salah satu sifat wajib bagi rasul.
Menceritakan proses kejadian kiamat dan peristiwa setelah hari kiamat. Ditampilkan tanda-tanda kiamat, siswa dapat mengidentifikasi tanda-tanda kiamat kubra.
Ditampilkan peristiwa setelah hari kiamat, siswa dapat mengaitkan peristiwa tersebut dengan ayat Al Qur’an yang sesuai.
Mencontohkan cara beriman kepada qada dan qadar dalam kehidupan sehari-hari. Dipaparkan ilustrasi peristiwa sehari-hari, siswa dapat memilih contoh takdir mubram.
Dipaparkan ilustrasi peristiwa sehari-hari, siswa dapat memilih contoh takdir mu’allaq.
3. Menjelaskan dan membiasakan perilaku terpuji seperti qanaah dan tasamuh dan menjauhkan diri dari perilaku tercela seperti ananiah, hasad, ghadab dan namimah.
Menerapkan perilaku terpuji (Tawadu, taat, qanaah, sabar) dalam kehidupan sehari-hari. Dideskripsikan cerita tentang perilaku terpuji, siswa dapat menunjukkan contoh salah satu perilaku terpuji.
Disajikan gambar tentang musibah, siswa dapat menunjukkan sikap sabar dalam menghadapi musibah.
Menerapkan perilaku terpuji (Kerja keras, tekun dan teliti) dalam kehidupan sehari-hari. Disajikan contoh perilaku terpuji, siswa dapat meng¬kategorikan contoh perbuatan ulet.
Menerapkan perilaku terpuji (zuhud dan tawakal) dalam kehidupan sehari-hari. Dipaparkan ilustrasi perilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat mengkategorikan perilaku zuhud.
Mengklasifikasikan dan menghindari perilaku tercela (ananiah, ghadab, hasad, ghibah dan namimah) dalam kehidupan sehari-hari. Disajikan ilustrasi tentang perilaku tercela dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat mengklasifi¬ka¬sikan perilaku tercela.
Ditampilkan pernyataan tentang cara menghindari perilaku tercela, siswa dapat menyeleksi cara menghindari perilaku tercela.
Menerapkan adab makan dan minum dalam kehidupan sehari-hari. Disajikan ilustrasi tentang pelaksanaan standing party pada sebuah acara, siswa dapat menilai perilaku berkenaan dengan adab makan dan minum.
Ditampilkan QS al-Baqarah ayat 168 dengan artinya, Siswa dapat menganalisis contoh makanan halal dan thayyib.
Menerapkan perilaku qana'ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari. Disajikan ilustrasi keadaan kehidupan seseorang dengan segala keterbatasan, siswa dapat mengkategorikan sikap qona’ah.
Menampilkan contoh perilaku qana'ah dan tasamuh dalam kehidupan sehari-hari.
Disajikan ilustrasi kegiatan siswa yang melibatkan antar pemeluk agama yang berbeda, siswa dapat menyimpulkan perilaku tasamuh.
Menghindari perilaku tercela (takabur) dalam kehidupan sehari-hari.
Disajikan beberapa pernyataan tentang cara menghindari perilaku tercela, siswa dapat menentukan cara menghindari perilaku takabur.
Mengklasifikasi akibat perilaku tercela (Dendam dan munafik) dalam kehidupan sehari-hari. Disajikan ilustrasi tentang contoh perilaku tercela, siswa dapat menemukan akibat buruk dari perilaku dendam.
4.


Menjelaskan tata cara mandi wajib dan shalat-shalat munfarid dan jamaah baik shalat wajib maupun shalat sunat. Membedakan cara mensucikan hadas dan najis. Ditampilkan wacana seseorang yang terkena najis, siswa dapat menjelaskan cara mensucikan najis.
Mengklasifikasi sebab-sebab mandi wajib. Disajikan keadaan yang menyebabkan seseorang mandi wajib, siswa dapat mengelompokkan penyebab mandi wajib.
Menerapkan ketentuan –ketentuan shalat wajib. Ditampilkan pernyataan yang berkaitan dengan aktivitas shalat, siswa dapat mengklasifikasikan sunah-sunah dalam shalat.
Ditampilkan enam rukun shalat fardhu, siswa dapat mengurutkan rukun shalat dengan benar.
Ditampilkan gambar salah satu rukun shalat, siswa dapat menunjukkan bacaan shalat sesuai gambar.
Menerapkan shalat jama’ dan qashar. Ditampilkan keadaan seseorang yang dalam perjalanan, siswa dapat memilih cara mengerjakan shalat jama’ dan qashar.
Menerapkan ketentuan shalat sunnat rawatib. Ditampilkan tabel tentang nama shalat fardhu dan jumlah rakaat shalat rawatib, siswa dapat menentukan pasangan yang tepat antara shalat wajib dan shalat sunat rawatib.
Ditampilkan hikmah shalat sunnah, siswa dapat menentukan hikmah shalat sunah dalam kehidupan sehari-hari.
Menyebutkan contoh shalat sunnah berjamaah dan munfarid. Ditampilkan daftar nama-nama shalat sunnah, siswa dapat menentukan shalat sunnah yang dikerjakan secara berjamaah.
Ditampilkan keadaan seseorang yang sedang dihadapkan pada suatu pilihan, siswa dapat menentukan shalat sunnah yang harus dikerjakan.
5. Memahami dan meneladani sejarah Nabi Muhammad dan para shahabat serta menceritakan sejarah masuk dan berkembangnya Islam di Nusantara.
Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW untuk semua manusia dan bangsa. Ditampilkan wacana/kisah yang terjadi pada masa Nabi Muhammad SAW, siswa dapat menunjukkan sifat Rasulullah dalam kaitannya dengan misi beliau untuk semua manusia dan bangsa.
Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Makkah. Melalui wacana tentang suatu upaya penindasan kaum kafir Quraisy, siswa dapat menyimpulkan sifat keteladanan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat dalam menghadapi tekanan masyarakat Makkah.
Meneladani perjuangan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat di Madinah. Ditampilkan empat poin isi Piagam Madinah, siswa dapat memilih poin yang mencerminkan sikap toleransi .
Menceritakan sejarah pertumbuhan ilmu pengetahuan Islam sampai masa Abbasiyah beserta peran ilmuwan Islam. Disajikan beberapa hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi masa kini, siswa dapat mengemukakan ilmuwan Muslim yang turut berperan dalam mengembangkannya pada masa Abbasiyah.
Menceritakan sejarah beberapa kerajaan Islam di Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Ditampilkan peta pulau Sulawesi, siswa dapat menjelaskan kerajaan Islam yang ada di pulau tersebut.
Menceritakan seni budaya lokal sebagai bagian dari tradisi Islam. Disajikan ilustrasi tentang budaya lokal hasil akulturasi budaya Islam, siswa dapat mengkategorikan budaya tersebut sesuai dengan hukum Islam.


C. Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan (SMA/SMK)
No. Standar Kompetensi Lulusan Kemampuan yang Diuji Indikator Soal
1. Memahami ayat-ayat Al-Qur’an yang berkaitan dengan fungsi manusia sebagai khalifah, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Membaca QS Al-Baqarah; 30, Al-Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56 dan An Nahl : 78 yang menjelaskan tentang fungís dan tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi. Ditampilkan kutipan ayat QS Al-Baqarah: 30, peserta didik dapat melengkapi bacaan QS Al-Baqarah: 30.
Ditampilkan kutipan QS Al Mukminun:13, peserta didik dapat menentukan tajwid yang terdapat dalam QS Al-Mukminun: 13.
Menyebutkan arti QS Al-Baqarah; 30, Al-Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56 dan An Nahl : 78. yang menjelaskan tentang fungís dan tugas manusia sebagai khalifah dimuka bumi Ditampilkan kutipan ayat QS Al-Mukminun: 14, peserta didik dapat mengartikan penggalan QS Al-Mukminun: 14 yang digaris bawahi.

Menampilkan perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al-Baqarah;30, Al-Mukminun; 12-14, Az-Zariyat; 56 dan An Nahl : 78 Ditampilkan wacana tentang manusia sebagai khalifah, peserta didik dapat menentukan contoh perilaku sebagai khalifah di bumi seperti terkandung dalam QS Al-Baqarah;30.

Membaca QS Ali Imran; 159 dan QS Asy Syura; 38. tentang demokrasi. Ditampilkan kutipan ayat QS Ali-Imran: 159, peserta didik dapat melengkapi kutipan QS Ali-Imran: 159.
Menyebutkan arti QS Ali Imran 159 dan QS Asy Syura; 38. tentang demokrasi.
Ditampilkan kutipan QS Asy-syura:38, peserta didik dapat menentukan arti kutipan ayat QS Asy-syura: 38 yang digaris bawahi.
Menampilkan perilaku hidup demokrasi seperti terkandung dalam QS Ali Imran 159, dan QS Asy Syura; 38 dalam kehidupan sehari-hari.
Ditampilkan wacana tentang pola kehidupan demokrasi, peserta didik dapat menunjukkan contoh perilaku demokrasi seperti terkandung dalam QS Asy-syura: 38.
Membaca QS. Yunus : 101 dan QS. al Baqarah : 164 yang menjelaskan tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi .
Ditampilkan kutipan ayat , QS Yunus: 101 peserta didik dapat melengkapi bacaan QS Yunus: 101.
Menjelaskan arti QS Yunus : 101 dan QS. al Baqarah : 164 yang menjelaskan tentang pengembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi. Ditampilkan kutipan QS Al-Baqarah: 164, peserta didik dapat menentukan arti bacaan kutipan ayat QS Al-Baqarah: 164 yang digarisbawahi.

Melakukan pengembangan IPTEK seperti terkandung dalam QS Yunus : 101 dan QS. al Baqarah : 164. Ditampilkan wacana tentang pengembangan IPTEK berdasarkan QS Yunus: 101, peserta didik dapat menentukan keterlibatannya dalam mengembangkan IPTEK tersebut.
2. 2. Meningkatkan keimanan kepada Allah sampai Qadha dan Qadar melalui pemahaman terhadap sifat dan Asmaul Husna Menjelaskan makna 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna. Peserta didik dapat mengemukakan arti sifat Allah dalam Asmaul Husna.
Menjelaskan hikmah beriman kepada Malaikat Disajikan substansi dialog antara Allah dengan Malaikat sebagaimana terdapat dalam QS Al-Baqarah ayat 177, peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah beriman kepada Malaikat
Menjelaskan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah. Peserta didik dapat mengidentifikasi isi pokok Al-Qur’an
Peserta didik dapat menentukan hikmah beriman kepada Kitab-kitab Allah.
Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
Peserta didik dapat mengidentifikasi tanda-tanda beriman kepada Rasul-rasul Allah.
Peserta didik dapat menunjukkan sikap beriman kepada Rasul-rasul Allah.
Menjelaskan hikmah beriman kepada Hari Akhir.
Peserta didik dapat menunjukkan tanda tanda beriman kepada hari Akhir.
Peserta didik dapat menunjukkan contoh perilaku yang mencerminkan iman kepada Hari Akhir.
Peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah beriman kepada Hari Akhir.
Menjelaskan hikmah beriman kepada qadha’ dan qadar.
Peserta didik dapat mengemukakan tanda-tanda beriman kepada qadha’ dan qadar.
Peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah beriman kepada Qadha dan Qadar.
Peserta didik dapat menganalisis macam macam Qadha dan Qadar.
3. 3. Berperilaku terpuji seperti husnuzzhan, taubat dan raja dan meninggalkan perilaku tercela seperti isyrof, tabzir dan fitnah. Menganalisis contoh perilaku husnudzon terhadap Allah. Disajikan kisah tentang kehidupan seseorang, peserta didik dapat menganalisis perilaku husnudzon terhadap Allah.
Membandingkan contoh perilaku husnudzon terhadap sesama manusia. Disajikan tentang kehidupan bermasyarakat peserta didik dapat menunjukkan contoh perilaku husnudzon terhadap sesama manusia.
Mengurutkan tata cara bertaubat.
Ditampilkan cara-cara taubat, peserta didik dapat mengurutkan tatacara bertaubat.
Membiasakan diri untuk berperilaku taubat. Peserta didik mampu menunjukan kebiasaan berperilaku taubat.
Menyimpulkan perilaku roja. Peserta didik mampu menyimpulkan perilaku raja.
Membedakan antara taubat dan raja.
Peserta didik dapat membedakan antara taubat dan raja.
Mencegah perilaku isyrof.
Disajikan kisah hidup konsumtif peserta didik dapat .mencegah perilaku isyraf dalam kehidupan sehari-hari.
Menunjukan akibat perilaku tabzir
Peserta didik dapat menunjukan akibat perilaku tabzir.
Mengidentifikasi perilaku fitnah. Peserta didik dapat mengidentifikasi perilaku fitnah.

4. 4. Memahami sumber hukum Islam dan hukum taklifi serta menjelaskan hukum muamalah dan hukum keluarga dalam Islam Menyebutkan pengertian, kedudukan dan fungsi Al Qur’an, Al Hadits, dan Ijtihad sebagai sumber hukum Islam.
Disajikan wacana tentang tiga sumber hukum Islam, peserta didik dapat menunjukkan kedudukan Al-Qur’an dalam hukum Islam.
Disajikan wacana tentang masalah ijtihadi di masyarakat, peserta didik dapat menyimpulkan tentang Ijtihad sebagai salah satu Sumber Hukum Islam.
Menjelaskan asas-asas transaksi ekonomi dalam Islam.
Peserta didik dapat mengidentifikasi rukun jual beli.
Peserta didik dapat menunjukkan akibat praktik riba.
Peserta didik dapat membedakan antara syirkah ’inan dengan ’abdan.
Peserta didik dapat mengidentifikasi ciri-ciri transaksi ekonomi Islam.
Menjelaskan ketentuan perkawinan dalam Islam.
Ditampilkan gambar tentang prosesi pernikahan, peserta didik dapat menentukan rukun nikah.
Peserta didik dapat menentukan muhrim dalam nikah.
Peserta didik dapat membedakan antara talaq raj’i dengan talaq ba’in.
Menjelaskan hikmah perkawinan.
Peserta didik dapat menunjukkan hikmah nikah dalam Islam.
Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris. Peserta didik dapat menunjukkan kewajiban yang harus dilakukan sebelum pembagian harta waris.
Peserta didik dapat menunjukkan sebab-sebab seseorang mendapat harta waris.
Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris.
Disajikan contoh wafatnya seseorang dengan meninggalkan sejumlah harta warisan dan beberapa ahli waris, peserta didik dapat menghitung pembagian harta waris masing-masing.
Menjelaskan hikmah hukum waris dalam Islam. Peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah hukum waris.

5. 5. Memahami sejarah Nabi Muhammad pada periode Mekkah dan periode Madinah serta perkembangan Islam di Indonesia dan di dunia. Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah Rasulullah SAW periode Makkah dan Madinah.
Disajikan kisah singkat dakwah Nabi Muhammad di Mekkah dan Madinah, peserta didik dapat menganalisis strategi da’wah Rasulullah SAW pada periode Makkah.
Menjelaskan perkembangan Islam di Indonesia. Disajikan sejarah singkat perkembangan Islam di Indonesia, peserta didik dapat menilai faktor-faktor yang menyebabkan Islam berkembang dengan cepat di Indonesia.
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di Indonesia.

Ditampilkan contoh gambar perkembangan Islam di Indonesia, peserta didik dapat merumuskan hikmah perkembangan Islam di Indonesia.
Menjelaskan perkembangan Islam di dunia. Disajikan narasi tentang penemuan ilmu pengetahuan , peserta didik dapat menganalisis perkembangan Islam di dunia.
Mengambil hikmah dari perkembangan Islam di dunia. Disajikan narasi tentang penghargaan terhadap kemanusian dan lingkungan hidup, peserta didik dapat mengidentifikasi hikmah perkembangan Islam di dunia.
Jakarta, ......Januari 2010.
KETUA BSNP,

TTD

PROF. DJEMARI MARDAPI, Ph.D.

Sabtu, 12 Februari 2011

RUKUN IMAN KEENAM BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR


RUKUN IMAN KEENAM
BERIMAN KEPADA QADA’ DAN QADAR
by sariono sby Posted, http://referensiagama.blogspot.com

PENGERTIAN QADA’ DAN QADAR:

Qada’ dan Qadar merupakan rukun Iman keenam sebagaiman sabda Nabi s.a.w apabila ditanya Jibril a.s berkenaan Iman:

أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره

Maksudnya: “Hendaklah kamu percaya kepada Allah, MalaikatNya, Kitab-kitabNya, Rasul-rasulNya, Hari Akhirat, dan beriman pula dengan Qadar (ketentuan) baik dan buruk”. [al-Bukhari, Muslim].

Kalimah Qada’ wal Qadar jika disebut salah satunya tanpa yang satu lagi seperti dalam hadis di atas di mana hanya menggunakan kalimah Qadar tanpa Qada maka ia membawa makna yang meliputi keduanya dan jika bersamaan keduanya maka terdapat makna yang berbeza. [Majmuk Fatawa Ibn Usaimin, 2/79&80].

Qadar bermaksud:

“Ketentuan Allah s.w.t terhadap makhlukNya semenjak Azali” [Ibid]

Qada’ pula bermaksud:

“Pelaksanaan Allah s.w.t terhadap ketentuan tersebut” [Ibid].

Ini berdasarkan firman Allah s.w.t:

قَالَ كَذَلِكِ قَالَ رَبُّكِ هُوَ عَلَيَّ هَيِّنٌ وَلِنَجْعَلَهُ آيَةً لِلنَّاسِ وَرَحْمَةً مِنَّا وَكَانَ أَمْرًا مَقْضِيًّا

Maksudnya: “ia menjawab: “Demikianlah keadaannya tak usahlah dihairankan; Tuhanmu berfirman: hal itu mudah bagiKu; dan Kami hendak menjadikan pemberian anak itu sebagai satu tanda (yang membuktikan kekuasaan Kami) untuk umat manusia dan sebagai satu rahmat dari Kami; dan hal itu adalah satu perkara yang telah ditetapkan berlakunya.” [Maryam: 21].

Allah s.w.t menyatakan pelaksanaan terhadap sesuatu ketentuan yang telah ditetapkan semenjak azali sebagai Qada’ dalam ayat ini dan sekaligus menolak bidaah Muktazilah Moden (Hizb-ut-Tahrir) yang mengatakan Qada’ tidak warid dalam naqal.

Adapun berkenaan Qadar adalah berdasarkan sabda Nabi s.a.w:

“كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وعرشه على الماء”

Maksudnya: “Allah s.w.t telah menulis takdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”. [Muslim].

HUKUM BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR

Jelas pada hadis terdahulu bahawa Qadar dan Qada termasuk rukun Iman yang enam maka mereka yang tidak percaya dengan perkara ini adalah kufur. Ingkar kepada Qadar bermakna ingkar kepada Qudrat Allah s.w.t sebagaimana kata Imam Ahmad bin Hanbal r.h:

القدر قدرة الله

Maksudnya: “Qadar itu Kekuasaan Allah”. [Tuhfah al-Saniyyah fi Syarhi al-Haiyyah, syeikh Muhsin al-Abbad].

Berkata Saidina Ibn Abbas r.a:

القدر نظام التوحيد فمن وحد الله وكذب بالقدر فقد نقض تكذيبُه توحيده

Maksudnya: “(Beriman kepada) Qadar itu termasuk dalam Tauhid, maka sesiapa yang mentauhidkan Allah tetapi mengingkari Qadar maka pengingkarannya itu membatalkan tauhidnya”. [Ibid].

Beriman kepada QADA DAN QADAR membawa makna seseorang muslim itu hendaklah yakin dan percaya dengan sebenar-benarnya bahawa segala yang berlaku dalam alam ini sama ada yang baik atau buruk, Iman atau Kufur, Sunnah atau Bidaah, semuanya adalah berlaku dengan kehendak dan kekuasaan Allah s.w.t dan Allah s.w.t jua yang menjadikannya. Firman Allah s.w.t:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Maksudnya: “dan Allah jua yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan” [al-Saffat: 96].

Sabda Nabi s.a.w:

واعلم أن الأمة لو اجتمعت على أن ينفعوك بشيء لم ينفعوك إلا بشيء قد كتبه الله لك ولو اجتمعواعلى أن يضروك بشيء لم يضروك إلا بشيء قد كتبه الله عليك رفعت الأقلام وجفت الصحف

Maksudnya : “dan ketahuilah bahawa jikalau makhluk sekaliannya berhimpun untuk memberi kamu suatu manfaat tidaklah perkara itu bermanfaat bagi kamu melainkan Allah telah menetapkannya untukmu dan jikalau mereka berhimpun untuk memudaratkan kamu maka tidaklah akan memudaratkan kamu melainkan Allah jua yang telah menetapkannya bagimu, telah diangkat Qalam dan telah seslesi ditulis suhuf (tempat tulisan takdir)”. [al-Tarmizi, Ahmad]

MANFAAT BERIMAN DENGAN QADA DAN QADAR

Terdapat empat manfaat yang perlu kita beriman dalam masalah QADA DAN QADAR ini iaitu:

Pertama: Beriman bahawa Allah s.w.t mengetahui semua yang akan berlaku sebelum ianya berlaku sebagaimana firman Allah s.w.t dalam surah al-Baqarah ayat 30:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأَرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ

Maksudnya: “dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada Malaikat; “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di bumi”. mereka bertanya (tentang hikmat ketetapan Tuhan itu dengan berkata): “Adakah Engkau (Ya Tuhan kami) hendak menjadikan di bumi itu orang yang akan membuat bencana dan menumpahkan darah (berbunuh-bunuhan), padahal kami sentiasa bertasbih dengan memujiMu dan mensucikanMu?”. Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui akan apa yang kamu tidak mengetahuinya”.

Firman Allah s.w.t:

إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَداً وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Maksudnya: “Sesungguhnya di sisi Allah pengetahuan yang tepat tentang hari kiamat. dan Dia lah jua yang menurunkan hujan, dan yang mengetahui dengan sebenar-benarnya tentang apa yang ada dalam rahim (ibu Yang mengandung). dan tiada seseorang pun yang betul mengetahui apa yang akan diusahakannya esok (sama ada baik atau jahat); dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi negeri manakah ia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, lagi amat meliputi pengetahuanNya”. [Luqman: 34]

Maka martabat yang pertama ini termasuk dalam beriman dengan sifat Ilmu bagi Allah s.w.t.

Kedua: Tulisan dan catatan Allah s.w.t terhadap ilmuNya akan perkara-perkara tersebut dalam Kitab di sisNya di atas Arasy sebagimana firman Allah s.w.t:

وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ

Maksudnya: “dan (ingatlah) tiap-tiap sesuatu Kami catitkan satu persatu dalam Kitab (ibu Suratan) yang jelas nyata”. [Yasin: 12]

Berkata Ibn Kasir r.h: “Semua perkara yang berlaku telah pun ditulis (sebelum berlakunya) dalam kitab yang dibentang dan ditetapkan dalam Lauh Mahfuz dan maksud Imam Mubin dalam ayat ini adalah Ibu Kitab” [Ibn Kasir, 6/568]

Demikianlah tafsir ayat ini dengan sepakat Mujahid, Qatadah, dan Abdul Rahman bin Zaid bin Aslam rahimahumullah dan Ibn Jarir al-Tabari r.h tidak menyebutkan sebarang khilaf dalam tafsirannya.

Sabda Rasulullah s.a.w:

“كتب الله مقادير الخلائق قبل أن يخلق السموات والأرض بخمسين ألف سنة وعرشه على الماء”

Maksudnya: “Allah s.w.t telah menulis takdir makhluk sebelum Dia mencipta langit-langit dan bumi dalam jarak 50 ribu tahun dan Arasy-Nya berada di atas air”. [Muslim].

Imam al-Nawawi r.h dalam Syarah Muslim menjelaskan bahawa hadis ini menunjukkan peringkat penulisan Allah s.w.t terhadap takdir yang telah diketahuiNya sebelum itu lagi. [al-Minhaj, 16/203].

Ketiga: Martabat beriman bahawa semua yang berlaku dalam alam ini adalah dengan masyiah (kehendak) Allah s.w.t. Hal ini telah ijmak Ahli Sunnah wal Jamaah dan terkenal dalam akidah mereka dengan ibarat:

ما شاء الله كان وما لم يشأ لم يكن

Maksudnya: “Apa yang Allah s.w.t kehendaki pasti berlaku dan apa yang Allah s.w.t tidak kehendaki pasti tidak akan berlaku”.

Firman Allah s.w.t:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ

Maksudnya: “dan sekiranya Allah menghendaki nescaya orang-orang yang datang kemudian daripada Rasul-rasul itu tidak berbunuh-bunuhan sesudah datang kepada mereka keterangan-keterangan (yang dibawa oleh Rasul mereka). tetapi mereka bertelingkah, maka timbulah di antara mereka: orang yang beriman, dan orang yang kafir. dan kalaulah Allah menghendaki tentulah mereka tidak berbunuh-bunuhan; tetapi Allah melakukan apa yang dikehendakiNya”. [al-Baqarah: 253].

Firman Allah s.w.t:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلِيمًا حَكِيمًا

Maksudnya: “dan tiadalah kamu berkemahuan (melakukan sesuatu perkara) melainkan dengan cara yang dikehendaki Allah; Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana (mengaturkan sebarang perkara yang dikehendakiNya)”. [al-Insan: 30].

Dalam ayat ini, Allah s.w.t menjelaskan bahawa segala kehendak manusia itu bergantung pada kehendak Allah s.w.t. Jika kehendak mereka sesuai dengan kehendak Allah dan diizinkan Allah untuk berlaku maka barulah ia berlaku jika tidak maka sama sekali tidak akan terjadi.

Firman Allah s.w.t dalam surah al-Takwir ayat 29:

وَمَا تَشَاءُونَ إِلَّا أَنْ يَشَاءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ

Maksudnya: “dan kamu tidak dapat menentukan kemahuan kamu (mengenai sesuatupun), kecuali dengan cara yang diatur oleh Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan seluruh alam”.

Dalam surah Hud ayat 34 Allah s.w.t berfirman menceritakan perkataan RasulNya yang pertama, Nuh a.s.:

وَلَا يَنْفَعُكُمْ نُصْحِي إِنْ أَرَدْتُ أَنْ أَنْصَحَ لَكُمْ إِنْ كَانَ اللَّهُ يُرِيدُ أَنْ يُغْوِيَكُمْ هُوَ رَبُّكُمْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Maksudnya: “dan tidak ada gunanya nasihatku kepada kamu, jika Aku hendak menasihati kamu, kalau Allah hendak menyesatkan kamu (kerana kamu tetap berdegil); Dia lah Tuhan kamu dan kepadanya kamu akan kembali”.

Ayat ini menunjukkan dengan jelas, baik dan buruk, Iman dan Kufur seseorang, semuanya berlaku dengan kehendak Allah s.w.t.

*Perlu diberi perhatian juga bahawa Iradah dan Masyiah Allah itu terdapat dua jenis:

1- Iradah Kauniah: Iaitulah kehendak Allah s.w.t berkenaan kejadian alam ini seperti adanya baik dan jahat, iman dan kufur, tauhid dan syirik, dan sunnah dan bidaah. Iradah Kauniah mesti terjadi jika Allah s.w.t mengkehendakinya terjadi walaupun tidak semuanya diredai Allah s.w.t seperti kufur, Allah s.w.t mengkehendaki kufur tetapi tidak meredainya.

2- Iradah Syar’iyyah: Kehendak Allah yang berkaitan urusan sayriat seperti kehendak Allah s.w.t supaya hamba-Nya beriman dan mentauhidkanNya. Kehendak ini tidak semestinya berlaku kepada semua makhluk tetapi semua kehendak jenis ini diredai Allah s.w.t.

Keempat: Penciptaan Allah s.w.t terhadap takdir yang ditetapkanNya atau disebut marhalan ‘Penciptaan Perbuatan’ dan inilah yang dimaksudkan dengan Qada’. Maka apa yang Allah s.w.t berkehendak untuk berlaku maka Dia jualah yang menciptanya untuk berlaku. Dalilnya firman Allah s.w.t:

وَاللَّهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُونَ

Maksudnya: “dan Allah jua yang menciptakan kamu dan apa yang kamu lakukan” [al-Saffat: 96].

Maka apabila seseorang melakukan sesuatu perkara seperti makan maka dia makan adalah dengan kehendak yang Allah jadikan pada dirinya dan berlakunya perbuatan makan itu kerana mendapat izin dan perkenan Allah s.w.t dan perbuatannya makan itu makhluk (ciptaan) Allah s.w.t kerana Allah jua yang mencipta kekuatan (qudrat) pada makhlukNya untuk makan.

JENIS-JENIS QADAR:

Qadar itu terdapat beberapa jenis berdasarkan marhalah penulisannya dan kesemuanya terdapat lima jenis:

Pertama: Takdir Am sebelum penciptaan alam iaitulah yang dijelaskan terdahulu yang tertulis dalam Lauh Mahfuz. Takdir dalam Lauh Mahfuz ini tidak berubah bahkan Lauh Mahfuz adalah Ummul Kitab sebagaimana firman Allah s.w.t:

يَمْحُو اللَّهُ مَا يَشَاءُ وَيُثْبِتُ وَعِنْدَهُ أُمُّ الْكِتَابِ

Maksudnya: “Allah menghapuskan apa jua yang dikehendakiNya dan ia juga menetapkan apa jua yang dikehendakiNya. dan (ingatlah) pada sisiNya ada “Ibu Segala suratan”. [al-Ra'd: 39].

Maka yang tertulis di dalam Lauh Mahfuz ini adalah berdasarkan Ilmu Allah yang azali lagi abadi yang tidak akan berubah.

Kedua: Takdir Rezeki, Ajal, dan amalan manusia sebelum diciptakan mereka sebagaimana dalam hadis debat Adam a.s dengan Musa a.s:

أتلومني على أمر قدره الله علي قبل أن يخلقني بأربعين سنة

Maksudnya: “(berkata Adam) Adakah kamu mencela aku atas urusan yang telah ditakdirkan Allah s.w.t berlaku atasku sebelum Dia mencipta aku dalam jarak 40 tahun?”

Ketiga: Takdir yang di atas juga setelah menjadi janin dan ditiupkan ruh. Ini berdasarkan hadis:

إن أحدكم يجمع خلقه في بطن أمه أربعين يوما ثم يكون في ذلك علقة مثل ذلك ثم يكون في ذلك مضغة مثل ذلك ثم يرسل الملك فينفخ فيه الروح ويؤمر بأربع كلمات بكتب رزقه وأجله وعمله وشقي أو سعيد فوالذي لا إله غيره إن أحدكم ليعمل بعمل أهل الجنة حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل النار فيدخلها وإن أحدكم ليعمل بعمل أهل النار حتى ما يكون بينه وبينها إلا ذراع فيسبق عليه الكتاب فيعمل بعمل أهل الجنة فيدخلها

Maksudnya: “Sesungguhnya kejaidn seseorang kamu dikumpulkan dalam perut ibunya selama 40 hari kemudian dalam tempoh itu ia menjadi segumpal darah kemudian dalam tempoh itu ia menjadi segumpal daging kemudian diutuskan malaikat dan ditiup ruh padanya dan diperintah untuk menulis empat perkara iaitu rezekinya, ajalnya, amalannya, dan kedudukannya sama ada celaka (ahli neraka) atau bahagia (ahli syurga), maka demi Zat yang tiada sembahan yang berhak disembah kecuali dia sesungguhnya seseorang kamu beramal dengan amalan ahli syurga sehingga antara dia dan syurga tinggal sehasta sahaja lagi lalu didahului dengan kitab (takdir) maka dia beramal dengan amalan ahli neraka dan memasukinya dan seseorang kamu beramal dengan amalan ahli neraka sehingga antara dia dengan neraka jaraknya sehasta sahaja lagi lalu didahului takdir maka dia beramal dengan amalan ahli syurga lalu memasukinya”. [al-Bukhari & Muslim].

Keempat: Takdir Tahunan yang ditentukan pada malam Lailatul Qadar berdasarkan firman Allah s.w.t dalam surah Qadar ayat 4:

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

Maksudnya: “pada malam itu, turun malaikat dan Jibril dengan izin Tuhan mereka, kerana membawa segala perkara (yang ditakdirkan berlakunya pada tahun yang berikut)”.

Kelima: Takdir Harian berdasarkan firman Allah s.w.t:

يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ

Maksudnya: “sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi sentiasa berhajat dan memohon kepadaNya. tiap-tiap masa Dia di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan makhluk-makhlukNya)”. [Al-Rahman: 29]

Maka demikianlah martabat penulisan takdir itu dan empat takdir yang terkemudian semuanya bergantung dan pecahan daripada takdir yang telah ditetapkan dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz).

TAKDIR DAN USAHA:

Ahli Sunnah wal Jamaah percaya bahawa manusia itu bukanlah perlu menyerah sahaja kepada Allah s.w.t tanpa berbuat apa-apa kerana usaha adalah termasuk dalam takdir Allah s.w.t iaitu Allah s.w.t telah menetapkan dalam Alam ini setiap yang berlaku ada sebabnya, maka atas wujudnya sebablah manusia berusaha. Sabda Nabi s.a.w:

مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلَّا وَقَدْ كُتِبَ مَقْعَدُهُ مِنْ الْجَنَّةِ وَمَقْعَدُهُ مِنْ النَّارِ فَقَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا نَتَّكِلُ فَقَالَ اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ ثُمَّ قَرَأَ { فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى إِلَى قَوْلِهِ لِلْعُسْرَى }

Maksudnya: “Tidaklah ada seorang daripada kamu melainkan telah ditetapkan baginya tempat sama ada di syurga atau neraka”. Tanya Sahabat: ‘Wahai Rasulullah, tidak bolehkan jika demikian kami bertawakkal sahaja?’ Jawab baginda: “Berusahalah kerana setiap kamu dimudahkan baginya (berdasar apa yang ditetapkan padanya)”. Lalu Nabi s.a.w membaca : فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى hingga firman Allah: لِلْعُسْرَى

[Hadis riwayat al-Bukhari & Muslim].

Maksudnya Nabi s.a.w menyatakan bahawa setiap manusia akan dimudahkan untuk berusaha ke arah takdir yang ditetapkan baginya. Ini sesuai dengan firman Allah s.w.t:

فَأَمَّا مَنْ أَعْطَى وَاتَّقَى (5) وَصَدَّقَ بِالْحُسْنَى (6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرَى (7) وَأَمَّا مَنْ بَخِلَ وَاسْتَغْنَى (8) وَكَذَّبَ بِالْحُسْنَى (9) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْعُسْرَى (10)

Maksudnya: “Jelasnya: adapun orang yang memberikan apa yang ada padanya ke jalan kebaikan dan bertaqwa (mengerjakan suruhan Allah dan meninggalkan segala laranganNya), serta ia mengakui dengan yakin akan perkara yang baik, maka sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesenangan (syurga). sebaliknya: orang yang bakhil (daripada berbuat kebajikan) dan merasa cukup dengan kekayaan dan kemewahannya, -serta ia mendustakan perkara yang baik, maka Sesungguhnya Kami akan memberikannya kemudahan untuk mendapat kesusahan dan kesengsaraan”. [al-Lail: 5-10]

Oleh itu, tidak ada hujah ke atas Jabariah yang berdalih dengan takdir kerana takdir itu rahsia Allah s.w.t, seseorang itu tidak mengetahui nasibnya kecuali setelah dia berusaha dan mendapat natijah usahanya. Demikian juga Allah s.w.t telah menetapkan bagi manusia itu hasil sekedar apa yang diusahakannya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Allah s.w.t dalam kitab-Nya dan telah diketahuiNya sejak azali.

Dalam hadis yang lain menyatakan:

قال عمر يا رسول الله أرأيت ما نعمل فيه أمر مبتدع أو مبتدأ أو فيما فرغ منه ؟ فقال فيما قد فرغ منه يا ابن الخطاب وكل ميسر أما من كان من أهل السعادة فإنه يعمل للسعادة وأما من كان من أهل الشقاء فإنه يعمل للشقاء

Maksudnya: “Berkata Umar: Wahai Rasulullah, apakah yang kita lakukan (amalan makhluk) ini perkara yang baharu atau telah pun telah ditetapkan oleh Allah? Jwab Nabi s.a.w: Telah ditetapkan wahai Ibn al-Khattab dan setiap orang itu dimudahkan baginya (berdasarkan takdir yang telah ditetapkan), maka sesiapa yang ditetapkan menjadi ahli saadah (syurga) maka dia akan beramal dengan amalan yang membawanya kepada syurga adapun mereka yang ditetapkan sebagai ahli syaqawah (neraka) maka dia akan beramal dengan amalan yang membawanya ke neraka”. [al-Tarmizi, Ahmad-sahih-].

Maka dengan jawapan Rasulullah s.a.w ini, terungkailah segala kemusykilan dan jelaslah jalan bahawa tiada pertentangan antara usaha dan takdir. Wallahua’lam.

TAKDIR DAN REDA:

Kita diperintahkan reda dalam takdir yang Allah s.w.t redainya dan tidak mencela pelakunya seperti Iman, Islam, dan musibah alam seperti cedera, sakit, kemalangan, dan kematian.

Adapun takdir yang Allah s.w.t mencela pelakunya maka kita dilarang meredainya seperti perbuatan dosa, walaupun ianya berlaku dengan kehendak Allah s.w.t tetapi kehendak kauni dan Allah s.w.t mencela pelakunya maka dalam hal semacam ini kita dilarang meredainya. [Majmuk Fatawa Ibn Taimiah, 8/190-192].

Jumat, 11 Februari 2011

BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR


BERIMAN KEPADA QADA DAN QADAR
by sariono sby
posted, http://referensiagama.blogspot.com




A.Pengertian iman kepada qada dan qadar

Iman kepada qada dan qadar artinya meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sesuatu yang terjadi di alam ini dikuasai oleh suatu hukum yang pasti dan tetap yang tidak tunduk kepada kemauan manusia. Segala sesuatu itu meliputi semua kejadian yang menimpa seluruh makhluk hidup, baik berupa hidup atau mati, baik atau buruk,kemunculan atau kemusnahan.

1.Qada
Qada mempunyai beberapa arti yang dapat dilihat dalam ayat-ayat Al-Qur’an berikut:
a. Qada yang berarti hukum atau keputusan terdapat pada surah an-Nisa’ ayat 65.
b. Qada yang berarti mewujudkan atau menjadikan terdapat pada Surah Fussilat ayat 12.
c. Qada yang berarti kehendak terdapat pada Surah Ali ‘Imran ayat 47.
d. Qada yang berarti perintah terdapat pada Surah al-Isra’ ayat 23.

2.Qadar
Qadar juga mempunyai beberapa arti yaitu:
a. Qadar yang berarti mengatur serta menentukan sesuatu menurut batas-batasnya terdapat pada Surah Fussilat ayat 10.
b. Qadar yang berarti ukuran terdapat pada Surah ar-Ra’d ayat 17.
c. Qadar yang berarti ketentuan dan kepastian terdapat pada Surah al-Mursalat ayat 23.
d. Qadar yang berarti kekuasaan dan kemampuan terdapat pada Surah al-Baqarah ayat 236.
e. Qadar yang berarti perwujudan kehendak Allah swt. Terhadap semua makhluk-Nya dalam bentu-bentuk dan batasan-batasan tertentu terdapat pada Surah al-Qamar ayat 49.

3.Hubungan Qada dan Qadar
Qada dan qadar merupakan suatu kesatuan. Qada bersifat qadim ( lebih dahulu ada ), sedangkan qadar bersifat hudus (baru).
Seorang ahli bahasa Al-Qur’an, Iman ar-Raqib, mengatakan bahwa Allah swt. Mentakdirkan segala sesuatu dengan dua macam cara yaitu :
a.Memberikan qudrah atau kekuatan.
b.Membuat ukuran dan cara-cara tertentu.
Dalam kehidupan sehari-hari, kedua istilah tersebut sering disebut dengan takdir.

Menurut ulama ahlusunah waljamaah, berdasarkan pelakunya, ada dua macam perbuatan di alam semesta ini.
a.Perbuatan yang pertama adalah perbuatan yang dilakukan Allah swt. terhadap makhluk-Nya. Dalam hal ini, tidak ada kekuasaan dan pilihan bagi semua makhluk, kecuali menerimanya.
Contoh : turunnya hujan, tumbuhnya tanaman, kehidupan, kematian, sehat, dan sakit.
b.Perbuatan yang kedua adalah perbuatan yang dilakukan oleh semua makhluk. Semua makhluk melakukan segala perbuatan berdasarkan kehendak dan keinginan yang diberikan Allah swt. kepada mereka. Allah swt. juga memberikan kemampuan dan potensi kepada semua makhluk untuk melaksanakan kehendak dan keinginan mereka.
Sebagai seorang yang beriman, kita harus mengerti segala kejadian yang menimpa diri kita. Hal itu adalah semata-mata kekuasaan Allah swt. Dengan memahaminya, kita akan bisa berlapang dadamenerima segala takdir yang datang dari Allah swt.

Syekh Muhammad Saleh al-Usaimin mengemukakan bahwa takdir itu mempunyai 4 tingkatan :
a.Al-‘ilmu atau pengetahuan adalah mengimani dan meyakini bahwa Allah swt. Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi dihadapan-Nya.
b.Al-Kitabah atau penulisan adalah mengimani bahwa Allah swt. telah menuliskan segala ketetapan dalam Lauh Mahfuz yang ada di sisi-Nya. Menurut bahasa, lauh berarti papan catatan dan mahfuz berarti terjaga atau terpelihara. Laul Mahfuz adalah tempat pencatatan ketetapan Allah swt. atas makhluk-Nya yang terpelihara disisi-Nya.
c.Al-Masyi’ah atau kehendak adalah kehendak Allah swt. terhadap segala sesuatu yang yang terjadi atau tidak terjadi, baik di langit maupun di bumi.
d.Al-Khalqu atau penciptaan adalah mengimani Allah swt. sebagai pencipta segala sesuatu serta meyakini bahwa semua yang terjadi dari perbuatan Allah swt. adalah ciptaan Allah swt.

B.Bukti-Bukti Adanya Qada dan Qadar
Bukti qada dan qadar dapat dilihat pada alam ini, termasuk pada manusia. Kapan dan di mana kita dilahirkan kita tidak dapat memilihnya. Kita juga tidak bisa memilih jenis kelamin atau bentuk rupa yang kita inginkan. Semua itu telah ditakdirkan Allah swt. dan manusia tinggal menerimanya saja.
Bukti yang lain adalah ketentuan yang berhunbungan dengan soal mati. Datangnya kematian adalah sebuah misteri dan di luar kekuasaan makhluk. Semua makhluk tinggal menerima saja. Benda-benda di alam ini, seperti matahari, bumi, bulan, bintang-bintang, dan planet-planet. Semua benda itu memiliki takdir yang tidak dapat dilanggarnya. Semua benda-benda langit itu berjalan teratur di angkasa sesuai ketentuan Allah swt. Semua itu disebut dengan sunatullah. Dari semua hal tersebut, semua orang Islam wajib mengimaninya.

C.Sunnatullah

Menurut bahasa, sunnatullah berasal dari kata sunnah yang bersinonim dengan tariqah yang berarti jalan yang dilalui atau sirah yang berarti jalan hidup. Kemudian, kata tersebut digabung dengan lafal Allah sehingga menjadi kata sunatullah yang berarti ketentuan-ketentuan atau hukum Allah swt. yang berlaku atas segenap alam dan berjalan secara tetap dan teratur.
Sunnatullah terdiri dari dua macam, yaitu
1.Sunnatullah qauliyah adalah sunnatullah yang berupa wahyu yang tertulis dalam bentuk lembaran atau dibukukan, yaitu Al-Qur’an.
2.Sunnatullah kauniyyah adalah sunnatullah yang tidak tertulis dan berupa kejadian atau fenomena alam. Contohnya, matahari terbit di ufuk timur dan tenggelam di ufuk barat.

Kedua sunatullah tersebut memiliki persamaan, yaitu
1.Kedua-duanya berasal dari Allah swt.
2.Kedua-duanya dijamin kemutlakannya.
3.Kedua-duanya tidak dapat diubah atau diganti dengan hukum lainnya.
Contohnya adalah hukum yang terdapat dalam Al-Qur’an. Dalam Al-Qur’an dikatakan bahwa barang siapa yang beriman dan beramal saleh, pasti akan mendapat balasan pahala dari Allah swt. Selain memiliki persamaan, keduanya juga mempunyai perbedaan. Sunatullah yang ada di alam, dapat diukur. Lain halnya dengan sunnatullah yang ada dalam AL-Qur’an. Walaupun hal itu pasti terjadi, tetapi tidak diketahui secara pasti kapan waktunya.

D.Ikhtiar dan Tawakal
Ikhtiar berarti memilih. Menurut istilah, ikhtiar adalah berusaha secara maksimal dalam mencapai tujuan dan hasil, serta bergantung sepenuhnya kepada kehenak Allah swt.
Islam menghendaki agar setiap muslim berusaha sekuat tenaga dengan cara yang halal untuk mengubah nasibnya. Di samping itu, setiap muslim juga harus berusaha mencegah terjadinya suatu bencana atau kegagalan dalam meraih cita-cita.
Terjadi atau tidak terjadinya sesuatu disebabkan oleh dua hal yaitu :
1.Gazirah adalah insting atau bakat pembawaan lahir. Contohnya, perasaan lapar menyebabkan kita makan. Gazirah tidak memberikan kesempatan kepada kita untuk memilih, selain memenuhinya.
2.Ikhtiar adalah usaha secara maksimal sesuai dengan potensi dan kemampuan yang diberikan Allah swt. Contohnya, ketekunan dan keuletan belajar menyebabkan orang memiliki banyak ilmu. Akan tetapi, mutu ilmu pengetahuan dan jumlah kekayaan yang diperoleh itu tergantung pula kepada kekuatan ikhtiar yang diberikan Allah swt.
Tegasnya, yang memberikan kekuatan memilih adalah Allah swt., sedangkan yang memilih adalah manusia. Apabila usaha tersebut hasilnya baik, hal itu tentu saja karena proses usaha yang dilaksanakn juga baik. Demikian sebaliknya, apabila usaha tersebut gagal, hal itu disebabkan proses usaha yang kurang baik.
Tawakal adalah berserah diri kepada Allah swt., berserah diri kepada qada dan qadar Allah swt., terjadi setelah berusaha semaksimal mungkin.
Menurut Muhammad bin Abdul Wahab, tawakal adalah pekerjaan hati manusia dan pucak tertinggi keimanan. Sifat ini akan datang dengan sendirinya jika iman seseorang sudah matang.
Menurut HAMKA, seseorang disebut beriman apabila belum mencapai puncak tawakal. Tawakal menjadi dasar keimanan semua amal.
Menurut al-Gazali, orang-orang yang bertawakal terbagi menjadi empat bagian yaitu :
1.Orang yang berusaha memperoleh sesuatu yang dapat membawa manfaat kepadanya.
2.Orang yang berusaha memelihara sesuatu yang dimilikinya supaya mendapatkan hal-hal yang bermanfaat.
3.Orang yang merusaha menolak dan menghindarkan diri dari hal-hal yang menimbulkan mudarat atau bencana.
4.Orang yang berusaha menghilangkan mudarat yang menimpa dirinya.

Selanjutnya, al-Gazali menjelaskan bahwa dalam penerapannya tawakal terdiri atas tiga tingkatan, yaitu :
1.Tawakal adalah keadaan hati yang senantiasa tenang dan tentram terhadap apa yang dijanjikan Allah swt.
2.Taslim adalah menyerahkan urusan kepada Allah swt. karena Dia mengetahui segala sesuatu mengenai diri dan keadaannya.
3.Tafhid adalah rida atau rela menerima segala ketentuan Allah swt. bagaimanapun bentuk dan keadaannya.

Berdasarkan al-Qur’an Surah at-Talaq ayat 3, Allah swt. akan mencukupkan segala keperluan orang-orang yang bertawakal dan bila dijabarkan orang yang bertawakal akan :
1.Mendapatkan limpahan sifat ‘aziz atau kehormatan dan kemuliaan.
2.Memiliki keberanian dalam menghadapi musibah atau maut.
3.Menghilangkan keluh kesah dan gelisah, serta mendapatkan ketenangan, ketentraman, dan kegembiraan.
4.Mensyukuri karunia Allah swt. serta memiliki kesabaran apabila belum memperolehnya.
5.Memiliki kepercayaan diri dan keberanian dalam menghadapi setiap persoalan.
6.Mendapatkan pertolongan, perlindungan, serta rezeki yang cukup dari Allah swt.
7.Mendapatkan kepercayaan dari orang banyak karena budi pekertinya yang terpuji dan hidupnya yang bermanfaat bagi orang lain.

E.Fungsi Iman kepada Qada dan Qadar
1.Iman kepada qada dan qadar akan membuat seseorang makin mantap dalam meyakini bahwa Allah swt. adalah Tuhan Yang Maha Esa, Mahakuasa, Maha Berkehendak, Maha Mengetahui, Mahaadil, dan Mahabijaksana.
2.Iman kepada qada dan qadar akan menumbuhkan kesadaran kepada umat manusia bahwa segala sesuatu yang ada di alam semesta ini berjalan sesuai dengan kebijaksanaan dan ketentuan Allah swt.
3.Iman kepada qada dan qadar akan mendorong manusia untuk melakukan penelitian-penelitian terhadap benda-benda alam dan hukum-hukum Allah swt. yang kemudian dirumuskan dalam berbagai teori ilmu pengetahuan.
4.Iman kepada qada dan qadar akan menumbuhkan sifat terpuji, sabar, bersyukur, bertawakal, raja’, kanaah, optimis, dinamis, inovatif, dan kreatif.
5.Iman kepada qada dan qadar akan menghilangkan sikap tercela, seperti sombong, kufur nikmat, iri hati, dengki, pesimis, dan statis.
http://referensiagama.blogspot.com

sumber rujukan: http://bujang-anakbaik.blogspot.com/2010/10/materi-agama-iman-kepada-qada-dan-qadar.html

Rabu, 09 Februari 2011

STRUKTUR DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN


STRUKTUR DAN KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN
by sariono sby

PENDAHULUAN

Matinya kreativitas seseorang dalam menelurkan karya-karya ilmunya, dapat disebabkan salah satunya adalah oleh ketidakfahaman terhadap mekanisme kerja ilmu pengetahuan. Seseorang yang berpengetahuan akan disebut mandul (tidak produktif) bahkan tidak pantas disebut sebagai seorang ilmuan, ketika ia selalu terbentur dengan perjalanan proses menuju puncak pencetusan suatu gagasan yang meragukan karena tidak memiliki kontrol/ramalan ilmu.
Seorang ilmuan tentu di dalam dirinya harus mengalir sederetan proses ilmu dan mengerti mekanisme kerjanya, sehingga ketika ia menghasilkan suatu karya ilmu, kemungkinan hasil temuan atau pengembangannya akan diakui oleh ilmuan lain dan akan memberikan kepuasan bagi pelaku penelusuran proses metode ilmu itu sendiri.
Pengetahuan yang diproses menurut metode ilmiah mereupakan pengetahuan yang memenuhi syarat-syarat keilmuan, dan dengan demikian dapat disebut pengetahuan ilmiah atau ilmu. sehingga seorang ilmuan harus memiliki pemahaman metode ilmu dan mampu memanfaatkannya sebagai media untuk menghasilkan suatu temuan-temuan baru atau pengembangan-pengembangan baru dari sebuah ilmu pengetahuan yang telah diakui eksistensinya oleh segenap ilmuan yang menekuni disiplin ilmu tertentu.
Ilmu, secara kuantitatif dapat dikembangkan oleh masyarakat keilmuan secara keseluruhan, meskipun secara kualitatif beberapa orang jenius seperti Newton atau Einstein, merumuskan landasan-landasan baru yang mendasar. Ini berarti bahwa siapapun yang berpengetahuan berhak dan dapat menjadi ilmuan dengan tetap berjalan di jalur aturan-aturan ilmiah maupun prinsip-prinsip yang telah diwariskan oleh para ilmuan terdahulu.

PEMBAHASAN
A. STRUKTUR ILMU PENGETAHUAN

1. Pengertian Struktur Ilmu

Ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘alima sama dengan kata dalam bahasa Inggris, science yang berasal dari bahasa latin, Scio atau Scire yang kemudian di Indonesiakan menjadi sains.
A. Thomson dalam Sidi Gazalba menggambarkan ilmu adalah pelukisan fakta-fakta pengalaman secara lengkap dan konsisten dalam istilah-istilah yang sesederhana mungkin. Pelukisan secara lengkap dan konsisten itu melalui tahap pembentukan definisi, melakukan analisa, melakukan pengklasifikasian dan melakukan pengkajian.
Jujun S. Suriasumantri menggambar dengan sangat sederhana namun penuh makna, ilmu merupakan pengetahuan yang kita gumuli sejak bangku sekolah dasar sampai pendidikan lanjutan dan perguruan tinggi.
Beerling Kwee, Mooij dan Van Peursen menggambarkan lebih luas, ilmu timbul berdasarkan atas hasil penyaringan, pengaturan, kuantifikasi, obyektivasi, singkatnya berdasarkan atas hasil pengolahan secara metodologi terhadap arus bahan-bahan pengalaman yang dapat dikumpulkan.
Dengan demikian ilmu adalah kumpulan pengetahuan secara holistic yang tersusun secara sistematis yang teruji secara rasional dan terbukti empiris. Ukuran kebenaran ilmu adalah rasionalisme dan empirisme sehingga kebenaran ilmu bersifat rasional dam empiris.

Fungsi dari ilmu atau pengetahuan ilmiah adalah menjelaskan, meramal dan mengontrol. Sebagai contoh kaitan hutan gundul dengan banjir memungkinkan kita untuk meramalkan apa yang akan terjadi sekiranya hutan-hutan terus ditebang sampai tidak tumbuh lagi. Sekiranya kita tidak menginginkan timbulnya banjir sebagaimana diramalkan oleh penjelasan tadi maka kita harus melakukan kontrol agar hutan tidak dibiarkan menjadi gundul. Demikian juga jika kita mengetahui bahwa hutan-hutan tidak dtebang sekiranya ada pengawasan, maka untuk mencegah banjir kita harus melakukan kontrol agar kegiatan pengawasan dilakukan, agar dengan demikian hutan dibiarkan tumbuh subur dan tidak mengakibatkan banjir.
Pengetahuan tentang kaitan antara hutan gundul dengan banjir memungkinkan kita untuk bisa meramalkan apa yang akan terjadi dan berdasarkan ramalan tersebut kita bisa melakukan upaya untuk mengontrol agar ramalan itu menjadi kenyataan atau tidak.
Secara garis besar ada empat jenis pola penjelasan :
1. Deduktif
Mempergunakan cara berfikir deduktif dalam menjelaskan suatu gejala dengan menarik kesimpulan secara logis dari premis-premis yang telah ditetapkan sebelumnya.
Contoh klasik misalnya, semua manusia adalah fana. Socrates adalah manusia. Oleh sebab itu Socrates adalah fana.
2. Probalitas
Merupakan penjelasan yang ditarik secara induktif dari sejumlah kasus yang dengan demikian tidak memberi kepastian dimana penjelasan bersifat peluang seperti: kemungkinan, kemungkinan besar, atau hamper dapat dipastikan.
Misalnya jika ditanya, mengapa presiden John Kenedy dibunuh? Kita bisa saja menjawab "mungkin pembunh itu gila.

3. Fungsional/teleologis
Merupakan penjelasan yang meletakkan sebuah unsur dalam kaitannya dengan system secara keseluruhan yang mempunyai karakteristik atau arah perkembangan tertentu.
Dalam Antropologi ini sering digunakan, misalnya mengapa anak-anak sekolah menghormati bendera? Penjelasan fungsional mungkin akan menjawab bahwa penghormatan tersebut akan menjadikan anak-anak itu lebih patriotik.
4. Genetik
Mempergunakan factor-faktor yang timbul sebelumnya dengan menjelaskan gejala yang muncul kemudian.
Misalnya untuk menerangkan mengapa seorang anak mempunyai tipe rambut tertentu, yakni dengan memakai faktor keturunan yang dihubungkan dengan karakteristik orang tua si anak tersebut.

Tidak satupun dari pola-pola tersebut di atas mampu menjelaskan secara keseluruhan suatu kajian keilmuan dan oleh sebab itu dipergunakan pola yang berbeda untuk menjelaskan masalah yang berbeda pula.

Sedangkan stuktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun; susunan; bangunan; yang disusun dengan pola tertentu.
Peter R Senn dalam buku Ilmu dalam Perspektif (Jujun S Suriasumantri, Jakarta, 1981,h.110-128) meskipun tidak secara gambling ia menyampaikan bahwa ilmu memiliki bangun struktur.
Van Peursen mengambarkan lebih tegas bahwa ilmu itu bagaikan bangunann yang tersusun dari batu bata. Batu atau unsure dasar tersebut tidak pernah lansung didapat di alam sekitar. Lewat observasi ilmiah batu-batu sudah dikerjakan sehingga dapat dipakai kemudian, digolongkan menurut kelompok tertentu sehingga dapat dipergunakan. Susunan limas ilmu yang menyeluruh akan makin jelas bahwa teori secara berbeda-beda meresap sampai dasar ilmu.teori hukum hipotesa Hasil observasi (konsep ilmiah) Persepsi sehari-hari (bahasa sehari-hari)














Skema struktur dan proses pengetahuan ilmiah

Teori merupakan pengetahuan iilmiah yang mencakup penjelasan mengenai suatu factor tertentu dari sebuah disiplin keilmuan.10 umpamanya dalam ilmu ekonomi dikenal teori ekonomi makro dan mikro sedang dalam ilmu fisika ada teori mekanika Newton dan teori relativitas Einstein. Sebenarnya tujuan akhir setiap disiplin keilmuan adalah mengembangkan sebuah teori kelimuan yang bersifat utuh dan konsisten.
Sebuah teori biasanya terdiri dari hukum-hukum. Hukum pada hakekatnya merupakan pernyataan yang menyatakan hubungan antara dua variable atau lebih dalam suatu kaitan sebab akibat. Misalnya dalam teori ekonomi mikro terdiri dari hukum penawaran dan permintaan.
Dengan demikian dapat diambil pengertian bahwa teori adalah pengetahuan ilmiah yang memberikan penjelasan tentang mengapa suatu gejala-gejala terjadi

sedangkan hukum memberikan kemampuan kepada kita untuk meramalkan tentang “apa” yang mungkin terjadi. Dimana teori dan hukum merupakan alat kontrol gejala alam yang bersifat universal.
Ilmu teoritis terdiri dari sebuah system pernyataan. Dimana beberapa ilmu teoritis ini disatukan dalam sebuah konsep dan dinyatakan dalam sebuah teori. Makin tinggi tingkat keumuman suatu konsep maka makin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis suatu konsep maka makin jauh pernyataan yang dikandungnya bila dikaitkan dengan gejala-gejala fisik yang tampak nyata.

Proposisi adalah suatu pernyataan yang berisi banyak konsep kompleks, yang merentang dari yang subketif individual sampai yang obyektif. Atau dengan kata lain proposisi adalah berbagai keterangan mengenai obyek sebenarnya yang dituangkan dalam pernyataan-pernyataan, petunjuk-petunjuk atau ketentuan-ketentuan mengenai apa yang perlu berlansung atau sebaiknya dilakukan dalam hubungannya dengan obyek sederhana itu.
Dapat dibedakan menjadi tiga ragam proposisi yaitu asas, kaidah dan teori.
1. Asas Ilmiah
Suatu asas atau prinsip adalah sebuah proposisi yang mengandung kebenaran umum berdasarkan fakta-fakta yang telah diamati.
2. Kaidah Ilmiah
Suatu kaidah atau hukum dalam pengetahuan ilmiah adalah sebuah proposisi yang mengungkapkan keajegan atau hubungan tertib yang dapat diperiksa kebenarannya diantara fenomena.
3. Teori Ilmiah
Suatu teori dalam scientific knowledge adalah sekumpulan proposisi yang saling berkaitan secara logis untuk memberi penjelasan mengenai sejumlah fenomena.


Disamping hukum maka teori keilmuan juga mengenal kategori pernyataan yang disebut prinsip. Prinsip dapat diartikan sebagai pernyataan yang berlaku secara umum bagi sekelompok gejala-gejala tertentu, yang mampu menjelaskan kejadian yang terjadi. Dalam ilmu ekonomi kita mengenal prinsip ekonomi dan dalam fisika kita mengenal prinsip kekekalan energy. Dengan prinsip-prinsip ini kita mampu menjelaskan kejadian-kejadian yang terjadi dalam ilmu ekonomi dan fisika.
Beberapa disiplin keilmuan sering mengembangkan apa yang disebut postulat dalam menyusun teorinya. Postulat merupakan asumsi dasar yang kebenarannya kita terima tanpa dituntut pembuktiannya. Kebenaran ilmiah pada hakikatnya harus disahkan lewat sebuah proses yang disebut motede keilmuan. Postulat ilmiah ditetapkan tanpa melalui prosedur ini.
Bila postulat dalam pengajuannya tidak memerlukan bukti tentang kebenarannya maka hal ini berlainan dengan asumsi yang harus ditetapkan dalam sebuah argumentasi ilmiah. Asumsi harus merupakan pernyataan yang kebenarannya secara empiris dapat diuji. Sebagai contoh umpamanya kita dapat mengambil cara orang mengemudikan mobil dijalan raya. Sekiranya orang itu beranggapan bahwa keadaan jalan raya pada waktu pagi buta adalah aman disebabkan karena jarangnya kendaraan yang lalu lalang, maka kemungkinan besar orang itu akan mengendarai mobilnya secara kurang hati-hati, toh asumsinya bahwa jalanan adalah aman bukan? Sebaliknya mungkin juga terdapat orang lain yang mempunyai pendapat yang berbeda. Menurut penilainnya justru pada pagi butalah keadaan jalanan adalah sangat tidak aman disebabkan banyak orang mengendarai mobil secara sembrono. Oleh sebab itu maka dia memilih asumsinya bahwa keadaan jalan raya adalah tidak aman. Itulah sebabnya maka asumsi ini harus dibuktikan kebenarannya sebab dengan asumsi yang tidak benar kita akan memilih cara yang tidak benar pula.

B. KLASIFIKASI ILMU PENGETAHUAN

Para filosof muslim membedakan ilmu kepada ilmu yang berguna dan tak berguna. Kategori ilmu yang berguna mereka memasukkan ilmu-ilmu duniawi, seperti kedokteran, fisika, kimia, geografi, logika, etika, bersama disiplin-disiplin yang khusus mengenai keagamaan. Ilmu sihir, alkemi dan numerology (ilmu nujum dengan menggunakan bilangan) dimasukkanke dalam golongan cabang ilmu yang tidak berguna. Klasifikasi ini memberikan makna implisit menolak adanya sekularisme, karena wawasan Yang Kudus tidak menghalang-halangi orang untuk menekuni ilmu-ilmu pengetahuan duniawi secara teoritis dan praktis.
Secara umum ada tiga basis yang sangat mendasar dalam menyusun secara hirarkis ilmu-ilmu metodologis, ontologis, dan etis. Hampir ketiga kriteria ini dipakai dan diterima oleh para ilmuwan muslim sesudahnya membuat klasifikasi ilmu-ilmu.
Al-Farabi membuat klasifikasi ilmu secara filosofis ke dalam beberapa wilayah, seperti ilmu-ilmu matematis, ilmu alam, metafisika, ilmu politik, dan terakhir yurispedensi dan teologi dialektis. Beliau memberi perincian ilmu-ilmu religius (Ilahiyah) dalam bentuk kalam dan fikih lansung mengikuti perincian ilmu-ilmu filosofis, yakni matematika, ilmu alam, metafisika dan ilmu politik.
Sedangkan Al-Ghazali secara filosofis membagi ilmu ke dalam ilmu syar’iyyah dan ilmu aqliyyah. Oleh Al-Ghazali ilmu yang terakhir ini disebut juga sebagai ilmu ghair syar’iyyah. Begitu juga Quthb al-Din membedakan jenis ilmu menjadi ulum hikmy dan ulum ghair hikmy. Ilmu nonfilosofis menurutnya dipandang sinonim dengan ilmu religius, karena dia menganggap ilmu itu berkembang dalam suatu peradaban yang memiliki syar’iyyah (hokum wahyu).16


Pemakaian istilah ghair oleh Al-Ghazali dan Quthb al-Din untuk ilmu intelektual berarti, bagi keduanya ilmu syar’iyyah lebih utama dan lebih berperan sebagai basis (landasan) untuk menamai setiap ilmu lainnya.
Dr. Muhammad Al-Bahi membagi ilmu dari segi sumbernya terbagi menjadi dua, pertama; ilmu yang bersumber dari Tuhan, kedua; ilmu yang bersumber dari manusia. Al-Jurjani membagi ilmu menjadi dua jenis, yaitu, pertama, ilmu Qadim dan kedua ilmu hadis (baru). Ilmu Qadim adalah Ilmu Allah yang jelas sangat berbeda dari ilmu hadis (baru) yang dimiliki manusia sebagai hamba-Nya.
Namun di sini Penulis menganggap perlu mengemukakan klasifikasi Al-Ghazali, karena Al-Ghazali-lah sebagai peletak dasar filosofis pertama kali teori iluminasionis dalam arti pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui pencerahan dan penyinaran. Dan dia berpendapat bahwa pengetahuan intuisi (ma’rifah) yang dating dari Allah lansung kepada seseorang adalah pengetahuan yang benar.
Klasifikasi Al-Ghazali tentang ilmu syar’iyyah dan ilmu ‘aqliyyah:
I. Ilmu Syar’iyyah
1. Ilmu tentang prinsip-prinsip dasar (al-Ushul)
1) Ilmu tentang keesaan Tuhan (al-Tauhid)
2) Ilmu tentang Kenabian
3) Ilmu tentang akhirat atau eskatologis
4) Ilmu tentang sumber pengetahuan religius. Yaitu al-Qur’an dan al-Sunnah (primer), ijma’, dan tradisi para sahabat (sekunder), ilmu ini terbagi menjadi dua kategori;
i. Ilmu-ilmu pengantar (ilmu alat)
ii. ilmu-ilmu pelengkap, terdiri dari ilmu Qur’an, ilmu riwayat al-Hadis, ilmu ushul fiqih, dan biografi para tokoh.
2. Ilmu tentang Cabang-cabang (Furu’)
1) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada Tuhan (Ibadah)
2) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada masyarakat
3) Ilmu tentang kewajiban manusia kepada jiwanya sendiri (ilmu akhlak)

II. Ilmu Aqliyyah
1. Matematika: aritmatika, geometri, astronomi, dan astrologi, music
2. Logika
3. Fisika /Ilmu alam: kedokteran, meteorologi, mineralogi, kimia
4. Ilmu tentang wujud di luar alam, atau metafisika:
Ontologi
1) Pengetahuan tentang esensi, sifat, dan aktifitas Ilahi
2) Pengetahuan tentang substansi-substansi sederhana
3) Ilmu tentang dunia halus
4) Ilmu tentang kenabian dan fenomena kewalian ilmu tentang mimpi
5) Teurgi (nairanjiyyat), ilmu ini menggunakan kekuatan-kekuatan bumi untuk menghasilkan efek tampak seperti supernatural

Sejarah perkembangan ilmu pasca Al-Ghazali mengalami pengaruh cukup signifikan. Bahwa pemikiran ilmu di dunia Islam cenderung kurang rasionalistik dan lebih selaras dengan pandangan dunia al-Qur’an. Oleh karena itu banyak pemikir dan filosof sesudahnya mengembalikan peran nalar pada posisi seimbang. Seperti Quthb al-Din memberikan klsifikasi jenis ilmu secara garis besar menjadi ilmu Hikmat (filosofis) dan ghair hikmat (nonfilosofis). Al-Ghazali yang sebenarnya berusaha meratakan jalan bagi penyebaran madzhab filsafat iluminasionis (isyroqi). Sedangkan Quthb al-Din mengacu lebih dari sekali pada basis Qur’anik Hikmat. Filsafatnya adalah filasafat iluminasionis (Hikmat Dzauqi) yang didasarkan pada pengalaman suprarasional atau iluminasi intelek, tetapi pada saat yang sama, dia memanfaatkan sebaik-baiknya penalaran Diskursif.
Dalam diskursus pemikiran jenis-jenis ilmu dalam Islam tersebut di atas, pemikiran falsafi yang sangat berbeda dengan Barat. Bentuk-bentuk pemikiran seperti Empirisme, rasionalisme, dan ilmu nasionisme telah banyak disinggung oleh para pemikir Islam sejak awal dengan basis landasan wawasan bahwa sumber pengetahuan adalah Yang Kudus. Namun penyebab perbedaan di antara hal ini adalah adanya concern dan penekanan metodologis, ontologism, dan etis dan yang memiliki kapasitas yang berbeda dan bersifat relatif.
Karena semua bentuk pengetahuan yang bersifat empiris, rasionalis, dan iluminasionis, ketiganya bersumber dari manusia yang bersifa relatif. Relatifitas itu tidak saja dari pemikiran, tetapi juga perangkat yang dimiliki oleh manusia dalam memperoleh pengetahuan, seperti pancaindra, akal, dan wahyu. Oleh karena itu, hanya adanya wawasan Yang Kudus-lah yang membedakan pemikiran Islam dengan Barat.
Khususnya di abad komtemporer, upaya integrasi terus dilakukan guna mencapai upaya Islamisasi ilmu. Dan perihal yang perlu diketahui bahwa yang membedakan antara upaya pengembangan pembidangan ataupun klasifikasi jenis dan bentuk ilmu di Barat dan di dunia Islam adalah Islam mengenal visi, heararki kelilmuan. Yakni Islam memandang terdapat hirarki dalam obyek yang diketahui dan subyek yang mengetahui. Adanya pengakuan wawsan Yang Kudus dan kemudian terjabarakan secara hirarkis ke dalam perbagai bidang kelimuan. Dan masing-masing ilmu memiliki visi, teoritas dan religius.
Struktur ilmu -ilmu Islam ideal secara teoritis tak dapat ditemukan. Masing-masing klaisfikasi yang disodorkan oleh sarjan dan ilmuan muslim yang telah ada memiliki corak dan penekanan yang berbeda.
Sejak abad ke-19 dunia Islam telaah merasakan perbenturan dengan Barat. Sebagaimana yang disinggung oleh Fazlur Rahman. Bahwa hegemoni Barat dengan membawa nilai sekularnya pun menembus pada sendi-sendi, struktur-struktur ilmu-ilmu Islam, seperti di tingkat teoritis berupa gejala rasionalis buta yang tidak mengindahkan nuansa religius, dan akhirnya merambat ke tingkat praktisi. Oleh karena itu format ideal struktur ilmu-ilmu keislaman seharusnya disusun ulang secara komprehensif, dengan merumuskan adanya pengakuan secara sadar-atau menuju kmepada kesadaran Ilahiyah-terhadap sumner ilmu yang bersifat Esa. Yang diwahyukan dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.



KESIMPULAN


1. Struktur ilmu dalam filsafat ilmu merupakan bagain yang penting dipelajari mengingat ilmu merupakan suatu bangunan yang tersusun bersistem dan kompleks.
2. Melalui ilmu kita dapat menjelaskan, meramalkan dan mengontrol setiap gejala –gejala alam yang terjadi.
3. Struktur ilmu terdiri atas konsep, istilah, definisi, proposisi, teori, hukum, dan asumsi
4. Makin tinggi tingkat keumuman suatu konsep, maka semakin teoritis konsep tersebut. Makin teoritis suatu konsep, maka semakin jauh pernyataan yang dikandungnya.
5. Para ilmuan berbeda-beda dalam mengklasifikasi ilmu, ada yang berdasarkan dikotomi yang berlawanan, ada yang didasarkan pada urutan tata jenjang, asas ketergantungan, dan ukuran kesederhanaan, ada juga yang didasarkan pada ilmu yang berguna dan tak berguna, ada yang mendasarkan ilmu syar’iyah dan aqliyah dan ada pula yang mendasarkan pada sumbernya.
6. Akal budi manusia tidak mungkin berhenti berpikir, hasrat mengetahui ilmuan tidak padam, dan keinginan berbuat seseorang tidak bisa dihapuskan. Ini berarti perkembangan ilmu pengetahuan akan berjalan terus dan pembagian ilmu yang sistematis yang akan melahirkan sub-sub ilmu pengetahuan baru bahkan ke arah ilmu pengetahuan yang lebih khusus lagi (spesialisasi).

KHULAFA’ AL-RASYIDUN ( PEMBENTUKAN DAN PEKEMBANGAN KHILAFAH)


KHULAFA’ AL-RASYIDUN ( PEMBENTUKAN DAN PEKEMBANGAN KHILAFAH) by sariono sby


PENDAHULUAN

Wafatnya Nabi Muhammad sebagai pemimpin agama maupun negara menyisakan persoalan pelik. Nabi tidak meninggalkan wasiat kepada seorang pun sebagai penerusnya. Akibatnya, para sahabat mempermasalahkan dan saling berusaha untuk mengajukan calon pilihan dari kelompoknya.
Ahmad Amin mencatat sedikitnya ada tiga kelompok yang berkeinginan menjadi penerus Nabi, yaitu :


No. Kelompok/Golongan Calon Sebab
1 Ahl Bait Ali bin Abi Thalib Yang paling berhak adalah ahl-bait Rasulullah sendiri
2 Anshar Saad bin Ubadah Anshar merupakan golongan penolong Nabi di saat nabi teraniaya di Makkah dan beliau pun meninggal dalam keadaan puas terhadap Anshar
3 Kaum Muhajirin Abu Bakar al-Shidiq Kaum Muhajirin merupakan kaum yang pertama mempercayai ajaran Nabi dan selalu menemani beliau dalam suka dan duka

Perselisihan tersebut berdampak pada tertundanya pemakaman Rasulullah serta terjadinya peristiwa Saqifah , dimana Abu Bakar di baiat sebagai penerus Nabi. Abu Bakar terpilih sebagai penerus Nabi karena beliau tokoh yang disegani, arif dan bijaksana dalam menyelesaikan masalah termasuk mengenai pengganti Rasulullah.

Masa Khulafa’ al-Rasyidun merupakan masa keemasan, zaman ideal, dimana pemerintahan dijalankan seperti halnya pemerintahan masa Nabi. Indikator yang dapat dilihat adalah :

a. Pembentukannya dengan suara rakyat
b. Kepala Negaranya merupakan pilihan rakyat
c. Pemerintahan dijalankan dengan musyawarah
d. Kedaulatan Hukum Ilahi daplikasikan dalam kehidupan bernegara, sehingga terdapat keyakinan bahwa segala gerak-gerik dipertanggungjawabkan kepada Allah
e. Kekuasaan negara tidak didominasi oleh satu kelompok ataupun golongan.

Selain mampu menciptakan tatanan pemerintahan ideal, masa Khulafa’ al-Rasyidun terkenal dengan kemampuannya mengalahkan 2 imperium besar sebelumnya yaitu Persia dan Roma.

B. Proses Pengangkatan
Berbicara mengenai Khulafa’ al-Rasyidun, pastilah semua sudah memahami betapa sosok-sosok khalifahnya merupakan sahabat terpercaya dan terbaik Nabi. Namun demikian tetaplah kita perlu mengetahui model pengangkatan mereka sebagai khalifah yang didasarkan pada prinsip musyawarah meskipun dengan teknik atau cara yang berbeda. Teknik yang dimaksud adalah :


No. Nama Khalifah Teknik yang Digunakan
1 Abu Bakar al-Shidiq Pembaiatan dilakukan perorangan (Umar bin Khattab) yang disetujui oleh semuanya
2 Umar bin Khattab Penunjukan Abu Bakar sebelum ia wafat yang diawali dengan konsultasi dengan pemuka-pemuka masyarakat



3 Usman bin Affan Pemilihan dari formatur yang ditunjuk Umar yang terdiri dari Usma bin Affan, Ali bin Thalib, Talhah, Zubair ibn Awwam, Saad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf
4 Ali bin Abi Thalib Sebagian besar penduduk Madinah

Lebih lanjut penjelasan proses pengangkatan Khulafa’ al-Rasyidun sebagai berikut :
a. Bersifat Penunjukan
Ini digunakan pada saat pemilihan khalifah Abu Bakar. Kronologis pemilihan Abu Bakar bukannya tanpa pro kontra. Banyak orang menganggap terutama bani Hasyim yang menganggap bahwa pemilihan Abu Bakar tersebut tidak sah dikarenakan beberapa alasan, (1) yang pantas menggantikan adalah dari pihak keluarga Nabi yaitu Ali, ini merupakan konsekuensi logis dari watak bangsa Arab yaitu ashabiyah, (2) belum sempurnanya pengurusan jenazah Nabi. Sekelompok orang sudah meributkan tentang pengganti Nabi. Untuk hal ini banyak orang yang menentangnya, diantaranya Umar bin Khtattab.
b. Bersifat akad atau perjanjian dari khalifah ke yang lainnya.ini digunakan pada pemilihan Umar bin Khattab.
c. Adanya panitia pemilihan yang digunakan pada pemilihan khalifah Usman
Hal ini berangkat dari kekhawatiran Umar sehingga ia mengangkat suatu Panitia pemilihan sesaat sebelum ia wafat.

Sedangkan cara proses pemlihan Ali dapat dipastikan salah satu dari ke-3 hal tersebut, hal ini sesuai dengan yang apa yang dikatakan Ali, “ Urusan ini adalah bukan urusan kalian tetapi ini adalah urusan tokoh-tokoh ahli syuura bersama pejuang Badr. Dan siapa saja yang disetujui oleh ahli syuura dan bekas pejuang Badr itulah dia yang berhak. Karena itu kami akan berkumpul dan memikirkan persoalan ini “.
Dari proses pengangkatan di atas dapat dipahami bahwa ke-4 khalifah selalu mengedepankan prinsip musyawarah dalam mengambil keputusan seperti yang dicontohkan Nabi sehingga merekapun layak mendapatkan laqab Khulafa’ al-Rasyidun.

C. Model Pemerintahan
Berbicara masalah model pemerintahan maka haruslah lebih dahulu diketahui masa pemerintahan para khulafa’. Adapun masa pemerintahan khulafa’ adalah sebagai berikut :

No. Nama Mulai Berakhir Lama Umur
1 Abubakar 11 H /632 M 13 H/634 M 2 th, 3 bln 63 th
2 Umar 13 H/634 M 23 H/644 M 10 th, 6 bln 63 th
3 Usman 23 H/644 M 35 H/655 M 12 th 82 th
4 Ali 35 H/655 M 40 H/661 M 4 th, 9 bln 63 th

Adapun indikator model pemerintahan Khulafa’ al-Rasyidun yang merupakan model pemerintahan ideal dapat diketahui dari, (1) pidato pembaiatan sebagai kholifah, (2) gaya kepemimpinan.

a. Pidato pembaiatan sebagai kholifah dapat dipahami berikut ini :

No. Nama Isi Pidato
1 Abu Bakar Saudara sekalian saya telah dipilih untuk memimpin kalian. Jika saya berada di jalan yang benar, bantulah saya. Kebenaran adalah kepercayaan dan kebohongan adalah pengkhianatan. Orang yang lemah diantara kalian adalah kuat di mata saya, setelah saya memberikan haknya. Insya Alllah orang yang kuat adalah lemah di mata saya, sesudah saya menjalankan keadilan baginya, Insya Allah. Apabila ada orang yang meninggalkan perjuangan di jalan Allah , maka Allah akan menimpakan kehinaan terhadapnya. Bilamana menurunkan bencana. Patuhilah saya selama saya taat kepada perintah Allah dan RasulNya. Tetapi jika saya melanggar perintah Allah dan RasulNya, maka kalian tidak usah mematuhi saya. Laksanakan shalat Allah merahmati kalian.



3 Usman Amma ba’du, sesungguhnya tugas ini telah dipikulkan kepadaku dan aku telah menerimanya, dan sesungguhnya aku adalah seorang mutabi’ (yakni pengikut sunnah Rasul saw) dan bukan seorang mubtadi’ (yakni seorang yang berbuat bid’ah). Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai 3 hal selain kitab Allah dan Sunnah Nabi saw, yakni mengikuti apa yang telah dilakukan oleh orang orang sebelumku dalam hal-hal yang kamu kalian telah bersepakat dan telah kamu jadikan sebagai kebiasaan baru yang layak bagi para ahli kebajikan dalam hal-hal yang belum kamu jadikan sebagai kebiasaan dan mencegah diriku dari bertindak atas kamu kecuali dalam hal-hal yang kamu sendiri telah menyebabkannya
4 Ali ......... adalah wajib atas kamu sekalian taat kepada, baik dalam urusan yang kamu senangi atau yang kamu benci selama aku memerintahkan kamu dalam hal ketaatan kepada Allah. Tapi apabila aku memerintahkan kalian bermaksiat kepada Allah maka tidak ada kewajiban taat atas seseorang di dalam hal maksiat. Ketaatan hanyalah wajib dalam perbuatan kebaikan.9

Deskripsi pidato pembaiatan di atas secara otomatis telah memahamkan kita tentang model atau konsep pemerintahan yang dijalankan khulafa’. Para khulafa’, secara bersama-sama menjunjung tinggi kedaulatan rakyat dan proses demokrasi. Indikator yang dapat dilihat, para khulafa’ secara tidak lansung menghilangkan jarak antara penguasa dengan rakyat dengan menekankan pentingnya kritik bila melakukan kesalahan sehingga hukum Allah dapat selalu ditegakkan.
b. Gaya Kepemimpinan
Berdasarkan indikator serta pidato pembaiatan khulafa’ al-Rasyidun setidaknya telah dapat diraba gaya kepeminpinannya. Namun lebih jelasnya dapat dipahami berikut ini :

No. Gaya Kepemimpinan Contoh
1 Kesederhanaan 1. Abubakar masih menjadi pedagang pakaian setelah menjadi khalifah
2. Ali pernah menggigil kedinginan karena pakaiannya sudah usang


2 Jiwa demokrasi, keberanian mengkritik pemimpin 1. Umar adalah khalifah yang sering dikritik rakyatnya seperti Salman al-Farisi, namun beliaupun tidak marah
2. Ali yang menghadapi cercaan kaum khawarij

D. Ekspansi Wilayah
Sepeninggalan Nabi para penggantinya pun tetap berupaya untuk menjalankan dakwah Islam dengan jalan melakukan ekspansi atau perluasan wilayah. Ekspansi di sini tidak identik dengan kekerasan. Islam dikembangkan perdamaian. Adapun rincian ekspansi yang para khalifah adalah sebagai berikut :

a. Khalifah Abu Bakar
Masa khalifah Abu Bakar lebih banyak terpakai untuk menstabilkan politik dalam negeri dengan adanya kemunculan Nabi palsu ataupun kelompok yang murtad sepeninggal Nabi. Mereka beranggapan ketika Nabi meninggal maka tidak perlu lagi megikuti ajaran yang dibawa. Untuk itu khalifah Abu Bakar mengirim 11 Panglima untuk menstabilkan politik. Adapun 11 khalifah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

No. Nama Tugas
1 Khalid bin Walid Memerangi Tulaihah bin Khuwailid yang mengaku Nabi palsu dan pemberontakan di Battah Arab Selatan yang dipimpin Malik bin Nuwairah
2 Ikrimah bin Abu Jahal Memerangi Musailamah al-Kadzab yang mengahku sebagai Nabi dari Bani Hanifah yang terletak di pesisir timut Arab
3 Syurahbil bin Hasanah Membantu Ikrimah
4 Muhajir bin Umayyah Menundukkan pengikut Aswad al-Insa, orang yang pertama kali mengaku Nabi di daerah Yaman, dan memadamkan pemberontakan di daerah Hadramaut yang dipimpin Kais bin maksyuh
5 Huzaifah bin Muhsin al-Galfani Mengamankan daerah Daba karena pemimpinnya mengaku sebagai Nabi
6 Arfajah bin Harsamah Mengembalikan stabilitas daerah Oman dan Muhrah
7 Suwaid bin Muqarin Mengamankan daerah Tihamah yang terletak sepanjang Laut Merah


8 Al-Alla’ bin Hadrami Memadamkan pemberontakan kaum Riddah di daerah Bahrein
9 Amr bin As Memadamkan pemberontakan suku Kuda’ah dan Wadhi’ah
10 Khaid bin Sa’id Memadamkan pemberontakan suku-suku besar dekat perbatasan Suriah dan Irak
11 Maan bin Hajiz Memadamkan kaum Riddah dari suku Salim dan Hawazin di daerah Taif

Setelah ke-11 panglima di atas mampu menstabilkan politik dalam negeri maka khalifah Abu Bakar memfokuskan ekspansi ke luar yitu Persia dan Romawi Timur. Adapun panglima yang ditugaskan untuk ekspansi ke luar adalah :


No. Nama Tugas
1 Musanah bin Harisah al-Syaibani Menaklukkan beberapa wilayah Persia
2 Khalid bin Walid Membantu pasukan Musanah menaklukkan pusat kekerasan Persia dan berhasil dan setiap daerah taklukan diangkat seorang amir
3 Abu Ubaidah bin Jarah Menaklukkan daerah Romawi yaitu Homs Suriah Utara dan Antokia
4 Amr bin As Menaklukkan wilayah Palestina
5 Syurahbil bin Hasan Menundukkan Tabuk dan Yordania
6 Yazid bin Abu Sofyan Menaklukkan Damaskus dan Suriah Selatan

Ekspansi ke luar masa khalifah Abu Bakar ini menghasilkan 2 perang besar yaitu (1) perang Yarmuk, peperangan kaum muslimin di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid dengan pasukan Romawi (2) perang Mauqiah Zat as-Salasil, peperangan kaum muslimin dengan tentara Persia.

b. Khalifah Umar
Ekpansi masa ini berlansung sekitar 10 tahun dengan hasil yang gemilang, baik dikarenakan panglima maupun kebijakan khalifah. Adapun panglima yang diutus untuk ekspansi adalah sebagai berikut :

No. Nama Tugas
1 Abu Ubaidah bin Jarrah pengganti Khalid bin Walid Melumpuhkan kekuatan Romawi di Suriah, Palestina dan Yerussalem dengan hasil yang gemilang dimana Patriach Sophorius menyerahkan Yerussalem ke Umar



2 Yazid bin Abu Sufyan Menaklukkan daerah sekitar Palestina seperti Gaza, Askalon Caesara
3 Khalid bin Walid Menaklukkan Mesir yang beribukotakan Iskandariah
4 Muawiyah bin Abi Sofyan Menguasai Latkia dan Sidon
5 Sa’ad bin Abi Waqqas Memadamkan perlawanan pasukan Persia yang dipimpin panglima Rustam yang kemudian dikenal dengan perang Qadisiah. Sa’ad berhasil menaklukkan Babilon, Ctesiphon ibu kota Persia

Ekspansi masa khalifah Umar keseluruhan difokuskan ke luar negeri. Hal ini dikarenakan kestabilan politik dalam negeri tidak terdapat gangguan sehingga sangatlah wajar bila ekspansi masa ini merupakan yang paling gemilang.

c. Khalifah Usman bin Affan
Ekspansi masa ini lebih banyak bersifat merebut kembali wilayah yang sudah ditaklukkan pasukan Islam sebelumnya. Perebutan kembali kota Iskandariah yang dulu ditaklukkan Khalid bin Walid dibawah kepemimpinan Amr bin Ash adalah bukti adanya bentuk ekspansi masa Khalifah Usman. Namun demikian masa Usman wilayah Tripoli di Barat sampai seluruh Asia Tengah di Timur, Yaman, Azerbaijan, Turkistan dapat dikuasai.

d. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Masa ini tidak terjadi ekspansi, khalifah Ali lebih banyak disibukkan oleh perpecahan di kalangan umat Islam sejak terbunuhnya Usman. Waqiah al Jamal atau perang unta dan peristiwa Tahkim merupakan bukti adanya kejadian dalam negeri yang harus segera diselesaikan.

E. Intisari
Pembahasan di atas dapat diintisarikan seperti di bawah ini dengan tujuan untuk mempermudah memahami proses pembentukan dan perkembangan Islam di masa Khulafa’ al-Rasyidun. Adapun gambaran komplit dapat dipahami berikut ini:

No Item Abu Bakar Umar Usman Ali
1 Proses Pengangkatan Inisiatif Umar Wasiat
Abu Bakar Forrnatur
Umar Ahl Madinah
2 Peristiwa
Penting Adanya tindakan pembersihan/
perang Riddah,
nabi palsu dan kaum murtad Ditaklukan
nya Persia Pembunuh Usman Banyaknya konflik internal, seperti perang Shiffin, Tahkim
3 Ekpsansi Lebih banyak terkosentrasi
dalam pemadaman pemberontakan
Damaskus, Suriah, Mesir dan Irak Afrika,
Siprus
Armenia
Kanul
Farghanah
4 Kontribusi Mengumpulkan al-qur’an 1. Pembenahan admisnist negara
2. Penanggalan Islam dari awal hijrah Nabi Penyusunan al-Qur’an Mushaf Usmani, perluasan masjid Nabawi Dapat menjaga kestsbilan dalam negeri
5 Meninggal Sakit Dibunuh Abu Lu’luah, budak Persia Dibunuh dalam upaya konspirasi diantaranya Ghafiqi Dibunuh oleh Aburrahman bin Muljam
6 Pribadi15 Bijaksana, saleh Berani, adil Lembut, Agamis Berani, bersikap ilmiah


F. Catatan Merah terhadap Kepemimpinan Masa Khulafa’ Al-Rasyidun
Laqab khulfa’al-Rasyidun (khalifah yang adil dan benar) merupakan jaminan terjadinya kekhalifahan ideal. Hali ini tercermin dengan adanya ciri khas dalam pemerintahan masa ini, dintaranya:
1. Khilafah berdasarkan pemilihan
2. Pemerintahan berdasarkan musyawarah
3. Baitul mal dianggap sebagai amanat bukan milik pribadi
4. Undang-undang Ilahi di atas segalanya

Keidealan kekhilafahan ini disebabkan para khalifahnya merupakan sosok sahabat terdekat Nabi sehingga kredibilitasnya tidak diragukan lagi oleh berbagai kalangan. Namun demikian, kita pun tidak dapat memungkiri adanya beberapa peristiwa yang dianggap “noda” dalam sejarah peradaban yang kemudian menjadi perbincangan sampai saat ini.
Kembalinya semangat ashabiyah atau kesukuan merupakan penyebab utama terjadinya maslah ini. Hal ini bermula dari pengangkatan kerabat Usman dalam tatanan pemerintahan, padahal Umar secara tegas mengingatkan hal ini dengan mengatakan “ Bertakwalah kepada Allah dan jangan mengangkat kaummu sebagai pejabat-pejabat yang berkuasa secara sewenang-wenang atas rakyat.
Penyimpangan Usman terhadap kebijakan sebelumnya dalam hal pengangkatan sanak saudara untuk menduduki jabatan penting dalam pemerintahan yang memicu kritikan rakyat adalah sebagai berikut:


No. Nama Kerabat Uraian
1 Marwan Memperoleh khumus (seperlima) dari ghanimah
2 Marwan bin Uqbah bin Abi Muaith- saudaranya seibu Untuk menggantikan Sa’’ad bin Abi waqqas sebagai gubernur Kufah
3 Abdullah bin Amir putra pamannya Dengan memecat abu Musa al-Asari sebagai gubernur Bashrah
4 Abdullah bin Sa’ad bib Abi Sarh – saudara sepersusuan Menggantikan Amru bin Ash sebagai gubernur Mesir
5 Muawiyah Memegang kekuasaan bukan hanya di Damaskus tapi juga daerah lain seperti palestina, Yordania dan Libanon
6 Marwan bin Hakam Sebagai sekeretaris Jenderal Negara



Abul A’la juga menjelaskan lebih lanjut bahwa selain diangkatnya sanak saudara di atas ada sebab lain yang memicu kekacauan dan kerusuhan, yaitu :

1. Anggota keluarga yang ditunjuk Usman tersebut merupakan kaum thulaqa’ (orang-orang yang dibebaskan dari tawanan: yakni keluarga-keluarga penghuni Makkah yang sampai saat-saat terakhir menunjukkan permusuhan dan perlawanan terhadap dakwah Nabi)
2. Dianggap tidak layak menempati jabatan pemerintahan karena mereka tidak berkesempatan bersahabat dengan Nabi
3. Perilaku sebagaian besar orang tersebut di atas sama sekali tidak menunjukkan perilaku ketakwaan dan kebersihan jiwa seperti perilaku
al-walid bin Uqbah yang pernah ditugaskan Nabi untuk mengumpulkan zakat dan sedekah dari Bani Musthalaq namun karena suatu hal dia lansung kembali ke Madinah tanpa berhadapan dengan mereka namun dengan berani ia melaporkan kepada Nabi bahwa Bani Musthalaq telah menolak pembayaran zakat dan hampir-hampir membunuhnya. Ia juga diduga pernah shalat subuh dalam keadaan mabuk, masa kepemimpinan khalifah sebelumnya.

Namun demikian uraian di atas setidaknya tidak mengurangi rasa takdzim kita pada kepemimpinan masa Khulfa’ al-Rasyidun. Sampai saat ini model kepemimpinan Khulafa’ merupakan model kepemimpinan ideal yang sampai saat kapanpun dan oleh siapapun ingin diterapkan sampai saat ini.