Selasa, 08 Februari 2011

BANI BUWAIH


BANI BUWAIH
by sariono sby
posted-http://referensiagama.blogspot.com

PENDAHULUAN
Negeri Dailam atau negeri Jilan terletak di barat daya Laut Kaspia dan diduduki oleh suatu kaum yang dinamakan Dayalimah atau Jil. Negeri ini tunduk di bawah pemerintah Islam sejak zaman Khalifah Umar Ibnul Khattab, tetapi rakyatnya masih tetap berpegang kepada agama mereka dan lebih suka membayar jizyah.

Di tenggara Laut Kaspia itu terletak negeri Tabarestan. Berbeda dari negeri Dailam, di Tabaristan agama Islam telah tersebar luas dikalangan rakyatnya.

Sebuah perselisihan terjadi di antara Tabarestan dengan golongan Tahiriyah yang memerintah di Khurasan, dan rakyat Tabarestan meminta seorang dari golong an Alawiyah bernama Al- Hasan bin Zaid supaya memimpin mereka. Al-hasan berhasil membawa kemenangan atas rakyat Tabarestan dan mendirikan beberapa kerajaan.

Pengaruh rohaniyah Al-Hasan luar biasa telah menyerap ke seluruh negeri Dailam. Negeri Dailam telah membantu negeri Tabarestan menentang golongan Tahiriyah, semuanya telah bergabung di bawah pimpinan Al-Hasan bin zaid. Dari sinilah agama Islam tersebar dikalangan rakyat ngeri Dailam.





PEMBAHASAN
1. Latar belakang berdirinya Bani Buwaih
Kehadiran Bani Buwaih berawal dari tiga orang putera Abu Syuja' Buwaih, pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk keluar dari tekanan kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu dipandang banyak mendatangkan rezeki. Pada mulanya mereka bergabung dengan pasukan Makan ibn Kali, salah seorang panglima perang daerah Dailam. Setelah pamor Makan ibn Kali memudar, mereka kemudian bergabung dengan panglima Mardawij ibn Zayyar al-Dailamy .Karena prestasi mereka, Mardawij mengangkat Ali menjadi gubernur al-Karaj, dan dua saudaranya diberi kedudukan penting lainnya. Dari al- Karaj itulah ekspansi kekuasaan Bani Buwaih bermula. Pertama-tama Ali berhasil menaklukkan daerah-daerah di Persia dan menjadikan Syiraz sebagai pusat pemerintahan. Ketika Mardawij meninggal, Bani Buwaih yang bermarkas di Syiraz itu berhasil menaklukkan beberapa daerah di Persia seperti Ray, Isfahan, dan daerah-daerah Jabal. Ali berusaha mendapat legalisasi dari khalifah Abbasiyah, al-Radhi Billah dan mengirimkan sejumlah uang untuk perbendaharaan negara. Ia berhasil mendapatkan legalitas itu. Kemudian ia melakukan ekspansi ke Irak, Ahwaz, dan Wasith.
Ada dua faktor yang mendorong berdirinya Bani Buwaih yaitu :
a). Kholifah lebih buruk dari sebelumnya.
b). Ada perbedaan aliran antara Bani Buwaih yang beraliran Syi’ah, sementa
ra Bani Abbas beraliran Sunni




Karena keadaan Bagdad semakin buruk, golongan Mamalik dan Amir-Amir Umara’ tidak berhasil menjalankan pemerintahan dengan baik, maka pada tahun 334 panglima-panglima Bagdad telah menulis kepada Ahmad bin Buwaih supaya datang ke Bagdad dan mengambil kekuasaan.
Ahmad merespon permintaan tersebut dan Kholifah Abbasiyah menja
dikannya Amirul Umara’ dengan gelar sebagai berikut :
Ahmad ( Mu’izzud Daulah)
Ali ( Imadud Daulah )
Al-Hasan (Ruknud Daulah )
Dalam beberapa saat, Khalifah-khalifahAbbasiyah telah tunduk kepada Bani
Buwaih, dan nasib dunia Islam berkait rapat dengan golongan baru yang ber
kuasa itu. Para Khalifah tidak lagi mempunyai kekuasaan dan pengaruh,
keagungan serta kehebatan pemerintahan khalifah lenyap sama sekali.
Kholifah-khalifah pada masa Bani Buwaih :
Ø Al-Mustakfi (333-334 H)
Beliau telah menyaksikan pengakhiran zaman orang-orang Turki dan
Kemunculan zaman Buwaih
Ø Al-Muti’ (334-363 H)
Ø At-Ta’tie (363-381 H)
Ø Al-Qadir (381-422 H)
Ø Al-Qa’im (422-467 H)
Al-Qa’im telah menyaksikan pengakhiran zaman Bani Buwaih dan ke
Munculan zaman golongan Saljuqiyah.







2. Perebutan kekuasaan
Ketika pusat pemerintahan Bagdad sedang dilanda kekisruhan politik, akibat perebutan jabatan Amir al-Umara antara wazir dan pemimpin militer. Para pemimpin militer meminta bantuan kepada Ahmad Ibn Buwaih yang berkedudukan di Ahwaz Permintaan itu dikabulkan. Ahmad dan pasukannya tiba di Bagdad pada tanggal Jumadil-ula 334 H/945 M. Ia disambut baik oleh khalifah dan langsung diangkat menjadi Amirul-Umara, penguasa politik negara, dengan gelar Mu'izz al-Daulah. Saudaranya, Ali Ibn Buwaih yang memerintah di bagian selatan Persia dengan pusatnya di Syiraz diberikan gelar Imad al-Daulah, dan Hasan Ibn Buwaih yang memerintah di bagian utara Isfahan dan Rayy, dianugerahi gelar Rukn al-Daulah.
Sejak itu, sebagaimana terhadap para pemimpin militer Turki sebelumnya, para khalifah tunduk kepada Bani Buwaih. Pada masa pemerintahan Bani Buwaih ini, para khalifah Abbasiyah benar-benar tinggal namanya saja. Pelaksanaan pemerintahan sepenuhnya berada di tangan amir-amir Bani Buwaih. Keadaan khalifah lebih buruk daripada masa sebelumnya, terutama karena Bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah, sementara Bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan Bani Buwaih sering terjadi kerusuhan antara kelompok Ahlussunnah dan Syi'ah, pemberontakan tentara, dan sebagainya. Setelah Baghdad dikuasai, Bani Buwaih memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di tengah
kota dengan nama Dar al-Mamlakah. Meskipun demikian, kendali politik yang sebenarnya masih berada di Syiraz, tempat Ali Ibn Buwaih (saudara tertua) bertahta. Dengan kekuatan militer Bani Buwaih, beberapa dinasti
kecil yang sebelumnya memerdekakan diri dari Baghdad, seperti

Bani hamdan di wilayahl Syiria dan Irak,Dinasti Samaniyah, dan Ikhsyidiyah, dapat dikendalikan kembali dari Bagdad.

3. Kemajuan Bani Buwaih
Kemajuan-kemajuan yang pernah dialami oleh Bani Buwaih cukup banyak
terutama bidang Ilmu Pengetahuan, karena memang besar sekali per
hatiannya terhadapa ilmu pengetahuan, hal ini bisa dilihat dari banyak
nya para pemikir besar yang bermunculan pada masa itu, antara lain :
Ø Al-farabi
Ø Ibnu Sina
Ø Al-Biruni
Ø Ibnu Maskawaih
Ø Kelompok studi Ikhwan as-safa
Disamping bidang Ilmu Pengetahuan, tidak ketinggalan pula bidang-
bidang yang lain seperti bidang ekonomi, pertanian, perdagangan,
keagamaan dan kesehatan.

4. Kemunduran Bani Buwaih

Kekuasaan politik bani Buwaih tidak lama bertahan.Setelah generasi
Pertama (yaitu tigabersaudara tersebut).
Kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak mereka,masing-
masing merasa paling berhak atas kekuasaan pusat.
Kondisi sperti ini dipicu oleh beberapa faktor yaitu :







1. Faktor Internal
1.1. Perebutan kekuasaan dikalangan keturunan
Pertikaian antara ‘Izz al- Daulah Bakhtiar, putra Mu’izz al-
Daulah dan ‘Adad al- daulah, putra ‘Imad al-Daulah dalam
Perebutan jabatan amir al-umara
1.2. Kalangan militer
Di tubuh militer sendiri terjadi perpecahan dan permusuhan
yaitu antar golongan yang berasal dari Dailam dengan keturunan
Turki.

2. Faktor Eksternal
2.1. Semakin gencarnya serangan-serangan Bizantium ke dunia Islam
2.2. Semakin banyaknya dinasti kecil yang membebaskan diri dari
kekuasaan Bagdadyaitu :

· Dinasti fatimiyah, memproklamasikan dirinya sebagai
Pemegang jabatan kholifah di Mesir.
· Ikhsyidiyah di Mesir dan Syiria
· Hamdan di Aleppo dan Syiria
· Ghaznawi di Ghazna dekat Kabul
· Dinasti Saljuk
Berhasil merebut kekuasaan dari tangan bani Buwaih
Perpecahan yang telah terjadi dikalanga anak cucu bani Buwaih
Ini seterusnya membuka jalan kearah munculnya suatu kekuatan
Lain yang menyatakan pemisahan diri dari kekuasaan bani
Buwaih.




5. Peristwa-peristiwa penting di masa Bani Buwaih

5.1. Bagdad dan Siraz
Dimasa kekuasaan bani Buwaih, Bagdad kehilangan kepentingan
Nya dari segi politik, karena pusat pemerintahan dipindah ke
Syiraz, yaitu tempat tinggal Ali bin Buwaih yang bergelar Imad al-
Daulah.

5.2.Ikhwan al- shafa
Dimasa bani Buwaih muncul sebuah kelompok yang menamakan
diri Ikhwan al- shafa, yang mengamalkan berbagai falsafah dan
hikmat yang dikatakan bersumber dari mereka.
Ikhwan Al-Shofa adalah pergerakan untuk menggali dan mengkaji ilmu pengetahuan dan filsafat namun bukan untuk kepentingan ilmu pengetahuan dan filsafat. Penggalian dan pengkajiannya disandarkan pada harapan untuk membangun masyarakat spiritual etik di mana elit-elit muslim yang heterogen dapat meredakan ketegangan (perselisihan) yang disebabkan oleh pendekatan, nasionalitas dan madzhab-madzhab yang ada.

5.3. Negeri-negeri yang memisahkan diri dari bani Buwaih
Ketika bani Buwaih berada di puncak kekuatan,sebagian wilayah
Islam yang telah memisahkan diri menyatakan bergabung lagi, namun
disaat bani Buwaih mengalami kemunduran banyak pula kerajaan
yang memisahkan diri dari pemerintahan Khalifah Abbasiyah.
Diantaranya ialah :
§ Kerajaan Imran bin Syahin di Batinah
§ Kerajaan Najahiyah di Yaman
§ Kerajaan ‘Uqailiyah di Mausil
§ Kerjaan kaum Kurd di Diar Bark
§ Kerajaan Mirdasiyah di Aleppo
§ Kerajaan Samaniyah di Khursan
§ Kerajaan Saktiyah di Ghaznah

4. Perselisihan mazhab

Islam datang di Dailam melalui kaumSyi’ah yang diwakili oleh
Al-Hasan bin Zaid ,kemudian oleh al- Hasan bin Ali al-Atrusy.
Dengan demikian segenap pengetahuan negeri tersebut tentang Islam
adalah berdasarkan pemikiran Syi’ah yang pokok ajaran terpenting
ialah Ali diwasiatkan menjadi Khalifah dan jabatan khalifah itu di
khususkan kepada anak-anaknya dari Istri Fatimah.
Karena inilah Khalifah-khalifah Abbasiyah dianggap sebagai peram
pas jabatan khalifah.Pada tahun1055, raja Saljuk, Thughril Beg
memasuki Bagdad dan mengakhiri riwayat kekuasaan Buwaihi.



KESIMPULAN

1. Bani Buwaih berdiri pada tahun 334 H, ketika para panglima menulis kepada Ahmad bin Buwaih agar datang ke Bagdad dan mengambil kekuasaan.
2. Ada dua faktor yang mendorong berdirinya bani Buwaih :
a. Karena kondisi kholifah lebih buruk dari khalifah sebelumnya
b. Adanya perbedaan ideologi antara bani Buwaih yang beraliran Syi’ah, sementara Bani Abbasiyah beraliran Sunni
3. Keberhasilan yang telah dicapai oleh Bani Buwaih meliputi :
a. Bidang Ilmu pengetahuan
b. Bidang Ekonomi, Perdagangan dan pertanian
c. Bidang keagamaan
d. Bidang kesehatan
4. Bani Buwaih megalami kemunduran karena beberapa faktor antara lain:
a. faktor interna
b. faktor eksternal
5. Beberapa peristiwa penting yang terjadi pada masa Bani Buwaih:
a. Bagdad dan Syraz
b. Muncunya kelompok Ikwan al-shafa
c. Negeri-negeri memisahkan diri dari Bani Buwaih
d. Perselisihan mazhab

Tidak ada komentar:

Posting Komentar