Rabu, 02 Februari 2011

KISAH-KISAH DALAM AL QUR’AN (QASHASHUL QUR’AN)


KISAH-KISAH DALAM AL QUR’AN (QASHASHUL QUR’AN)
by sariono sby


PENDAHULUAN
Al-Qur’an merupakan mukjizat Nabi Muhammad SAW yang terbesar. Al-Qur’an juga merupakan kitab suci agama Islam dan merupakan petunjuk serta pedoman hidup manusia. Semua hal telah ada dalam Al-Qur’an.
Dalam Al-Qur’an banyak dijelaskan berbagai kisah, yaitu seperti kisah-kisah masa lampau, seperti kisah para nabi beserta umat-umatnya dan juga kisah-kisah masa kini maupun masa yang akan datang. Kisah dalam Al-Qur’an bukan hanya digunakan sekedar sebagai pencerita saja, tetapi di balik itu semua ada hikmah yang bisa kita ambil dan kita renungi, dan bisa juga kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Al – Qur’an merupakan Huda (petunjuk) bagi manusia, artinya ajaran yang disampaikan merupakan nasihat-nasihat sehingga menjadi satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam bentuk pribadi manusia dari dahulu sampai dengan sekarang.
Kisah-kisah dalam al-Qur’an itu sarat sekali dengan pesan dan nasihat, baik secara tekstual maupun kontekstual.Dalam menyampaikan pesan dan nasihat-nasihatnya, tidak selalu disampaikan dengan jelas dan gamblang, kadang penyampaiannya berupa sebuah kisah yang harus dikaji terlebih dahulu atau dianalogkan dengan kejadian saat ini.
Biasanya suatu peristiwa yang dikaitkan dengan hukum kausalitas akan dapat menarik perhatian para pendengar. Apalagi dalam peristiwa itu mengandung pesan-pesan dan pelajaran mengenai berita-berita bangsa terdahulu yang telah musnah, maka rasa ingin tahu untuk menyingkap pesan-pesan dan peristiwanya merupakan faktor paling kuat yang tertanam dalam hati. Dan suatu nasihat dengan tutur kata yang disampaikan secara monoton, tidak variatif tidak akan mampu menarik perhatian akal, bahkan semua isinya pun tidak akan bisa dipahami. Akan tetapi bila nasihat itu dituangkan dalam bentuk kisah yang menggambarkan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, maka akan dapat meraih apa yang dituju. Orang pun akan tidak bosan mendengarkan dan memperhatikannya, dia akan merasa rindu dan ingin tahu apa yang dikandungnya. Akhirnya kisah itu akan menjelma menjadi suatu nasihat yang mampu mempengaruhinya.
Dalam Al-quran terdapat beberapa pokok-pokok kandungan. Diantara pokok-pokok kandungan al-Quran adalah aqidah, syariah, akhlak, sejarah, iptek, dan filsafat.Sebagian orang seperti Mahmud Syaltut, membagi pokok ajaran Al-quran menjadi dua pokok ajaran, yaitu Akidah dan Syariah.
Sastra yang memuat suatu kisah, dewasa ini telah menjadi disiplin seni yang khusus di antara seni-seni lainnya dalam bahasa dan kasusastraan.Tetapi “kisah-kisah nyata” Al Qur’an telah membuktikan bahwa redaksi kearaban yang dimuatnya secara jelas menggambarkan kisah-kisah yang paling tinggi nilainya.
Menurut as-Suyuthi, kisah dalam al-Qur’an sama sekali tidak dimaksudkan untuk mengingkari sejarah, lantaran sejarah dianggap salah dan membahayakan al-Qur’an. Kisah-kisah dalam al-Qur’an merupakan petikan-petikan dari sejarah sebagai pelajaran kepada ummat manusia dan bagaimana mereka menarik manfaat dari peristiwa-peristiwa sejarah. Hal ini dapat dilihat bagaimana al-Qur’an secara eksplisit berbicara tentang pentingnya sejarah, sebagaimana tercantum dalam QS Ali Imran: 140
bÎ) öNä3ó¡|¡ôJtƒ Óyös% ô‰s)sù ¡§tB tPöqs)ø9$# Óyös% ¼ã&é#÷VÏiB 4 y7ù=Ï?ur ãP$­ƒF{$# $ygä9Ír#y‰çR tû÷üt/ Ĩ$¨Y9$# zNn=÷èu‹Ï9ur ª!$# šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä x‹Ï‚­Gtƒur öNä3ZÏB uä!#y‰pkà­ 3 ª!$#ur Ÿw =Ïtä† tûüÉKÎ=»©à9$# ÇÊÍÉÈ
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, Maka Sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa.dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada'. dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim,

Muhammad Iqbal menyatakan, “Al Qur’an dalam memperbincangkan kisah ini yang bersifat historis, hampir selama ia bertujuan untuk memberikan suatu pengertian moral atau filosofis yang sifatnya universal.
Ayat-ayat yang berbicara tentang kisah jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat yang berbicara tentang hukum.Hal ini memberikan isyarat bahwa Alquran sangat perhatian terhadap masalah kisah, yang memang di dalamnya banyak mengandung pelajaran (ibrah). Sesuai firman Allah dalam QS.Yusuf : 111
ô‰s)s9 šc%x. ’Îû öNÎhÅÁ|Ás% ×ouŽö9Ïã ’Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# 3 $tB tb%x. $ZVƒÏ‰tn 2”uŽtIøÿム`Å6»s9ur t,ƒÏ‰óÁs? “Ï%©!$# tû÷üt/ Ïm÷ƒy‰tƒ Ÿ@‹ÅÁøÿs?ur Èe@à2 &äóÓx« “Y‰èdur ZpuH÷qu‘ur 5Qöqs)Ïj9 tbqãZÏB÷sムÇÊÊÊÈ “Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. Oleh karena itu kisah/sejarah dalam Alquran memiliki makna tersendiri bila dibandingkan isi kandungan yang lain. Maka perlu kiranya kita sebagai umat Islam untuk mengetahui isi sejarah yang ada dalam Alquran sehingga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu. Secara garis besar makalah ini akan menjelaskan tentang pengertian qashashul quran, macam-macamnya serta manfaat mempelajari qashashul quran. Selain itu dalam makalah ini akan dipaparkan pula beberapa pendapat kaum orientalis yang meragukan keaslian (keoriginalan) kisah-kisah umat terdahulu yang terdapat dalam al-Quran beserta bantahan-bantahan terhadapnya. PEMBAHASAN A. TINJAUAN UMUM TENTANG KISAH Qashash berasal dari bahasa Arab al-qashoshu (yang berarti mencari atau mengikuti jejak. Dikatakan, “qashashtu atsarahu” artinya, “saya mengikuti atau mencari jejaknya.” Kata qashash adalah bentuk masdar dari qashsha yang berarti mencari bekasan atau mengikuti bekasan (jejak). Qashash bermakna urusan, berita, khabar dan keadaan.Qashash juga berarti berita-berita yang berurutan. Qashash Al Qur’an ialah khabar-khabar atau hal ikhwal Al Qur’an tentang keadaan umat yang telah lalu dan nubuwat (kenabian) masa dahulu, peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Al Qur’an banyak mengandung keterangan tentang kejadian masa lalu, sejarah bangsa-bangsa, keadaan negeri-negeri dan menerangkan bekasan-bekasan dari kaum purba serta peninggalan atau jejak umat.Islam, menceritakan semua keadaan mereka dengan cara yang menarik dan mempesona. Dan memiliki beberapa tahapan yang berkesinambungan. Sesunguhnya al-Qur’an banyak memuat peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, Negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu). B. MACAM-MACAM KISAH DALAM AL QUR’AN Materi kisah dalam al-Qur’an secara umum dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : 1. Kisah-kisah tentang para Nabi dan Rasul (qashash al-anbiya’), serta hal-hal yang terjadi pada mereka bersama dengan orang-orang yang beriman dan orang-orang kasfir. Kisah ini mengandung cerita tentang dakwah para Nabi kepada kaumnya, dan mukjizat-mukjizat para Rasul yang memperkuat dakwahnya dan sikap umat-umat yang menentang dan memusuhinya serta marhalah-marhalah (tahapan-tahapan) dakwah dan perkembangannya serta akibat-akibat yang diterima oleh mereka yang mukmin dan golongan-golongan yang mendustakan. Misalnya kisah Nabi Nuh as, Ibrahim, Musa, Harun, Isa, Muhammad saw dan nabi-nabi serta rasul lainnya. 2. Kisah-kisah tentang pribadi-pribadi dan kelompok-kelompok serta hal-hal yang berpautan atau berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi pada masa lalu dan orang-orang yang tidak dapat dipastikan kenabiannya yang mengandung ibrah (pelajaran). Misalnya kisah orang yang keluar dari kampung halaman, yang beribu-ribu jumlahnya karena takut mati, kisah Talut dan Jalut, dua putra Adam, Ashhabul Kahfi, Zulkarnain, Qarun, Ashhabus Sabtu (orang-orang yang menangkap ikan pada hari sabtu), Ashhabul Ukhdud, Ashhabul Fiil (pasukan gajah) dan lain-lain. 3. Kisah yang berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa Rasulullah saw, seperti perang Badar dan Uhud yang diterangkan dalam surat al-Imran, perang Hunain dan Tabuk yang diterangkan di dalam surat at-Taubah, perang Ahzab yang diterangkan dalam surat al-Ahzab dan Hijrah serta Isra’ dan lain-lain. Adapun unsur-unsur kisah dalam al-Qur’an adalah : 1. Pelaku (al-Syaksy). Dalam al-Qur’an para aktor dari kisah tersebut tidak hanya manusia, tetapi juga malaikat, jin dan bahkan hewan seperti semut dn burung hud-hud. 2. Peristiwa (al-Haditsah). Unsur peristiwa merupakan unsure pokok dalam suatu cerita, sebab tidak mungkin, ada suatu kisah tanpa ada peristiwanya. Berkaitan peristiwa, sebagian ahli membagi menjadi tiga, yaitu ; a. Peristiwa yang merupakan akibat dari suatu pendustaan dan campur tangan qadla-qadar Allah dalam suatu kisah b. Peristiwa yang dianggap luar biasa atau yang disebut mukjizat sebagai tanda bukti kebenaran, lalu datanglah ayat-ayat Allah, namun mereka tetap mendustakannya lalu turunlah adzab. c. Peristiwa biasa yang dilakukan oleh orang-orang yang dikenal sebagai tokoh yang baik atau buruk, baik merupakan Rasul maupun manusia biasa. 3. Percakapan (Hiwar). Biasanya percakapan ini terdapat pada kisah yang banyak pelakunya, seperti kisah nabi Yusuf, kisah Musa dsb. Isi percakapan dalam al-Qur’an pada umumnya adalah soal-soal agama, misalnya masalah kebangkitn manusia, keesaan Allah, pendidikan dsb. Dalam hal ini al-Qur’an menempuh model percakapan langsung. Jadi al-Qur’an mencerul Qur’an itakan pelaku dalam bentuk aslinya. 4. Tujuan dan fungsi Qashash Apa sebenarnya tujuan dan fungsi kisah dalam Alquran? Kisah-kisah dalam Alquran merupakan salah satu cara yang dipakai Alquran untuk mewujudkan tujuan yang bersifat agama. Sebab al Quran itu juga sebagai kitab dakwah agama dan kisah menjadi salah satu medianya untuk menyampaikan dan memantapkan dakwah tersebut. Oleh karena tujuan-tujuan yang bersifat religius ini, maka keseluruhan kisah dalam Alquran tunduk pada tujuan agama baik tema-temanya, cara-cara pengungkapannya maupun penyebutan peristiwanya. Namun ketundukan secara mutlak terhadap tujuan agama bukan berarti ciri-ciri kesusasteraan pada kisah-kisah tersebut sudah menghilang sama sekali, terutama dalam penggambarannya. Bahkan dapat dikatakan bahwa tujuan agama dan kesusasteraan dapat terkumpul pada pengungkapan al-Quran. Jadi dapat disimpulkan bahwa tujuan kisah Alquran adalah untuk tujuan agama, meskipun demikian tidak mengabaikan segi-segi sastranya. Adapun tujuan dan fungsi dalam Alquran antara lain adalah: 1. Untuk menunjukkan bukti kerasulan Muhammad saw. Sebab beliau meskipun tidak pernah belajar tentang sejarah umat-umat terdahulu, tapi beliau dapat tahu tentang kisah tersebut. Semua itu tidak lain berasal dari wahyu Allah. 2. Untuk menjadikan uswatun hasanah suri tauladan bagi kita semua, yaitu dengan mencontoh akhlak terpuji dari para Nabi dan orang-orang salih yang disebutkan dalam Alquran. 3. Untuk mengokohkan hati Nabi Muhammad saw dan umatnya dalam beragama Islam dan menguatkan kepercayaan orang-orang mukmin tentang datangnya pertolongan Allah dan hancurnya kebatilan. 4. Mengungkap kebohongan ahli kitab yang telah menyembunyikan isi kitab mereka yang masih murni. 5. Untuk menarik perhatian para pendengar dan menggugah kesadaran diri mereka melalui penuturan kisah. Menjelaskan prinsip-prinsip dakwah agama Allah, yaitu bahwa semua ajaran para Rasul intinya adalah tauhid. C. FAEDAH KISAH-KISAH AL QUR’AN Kisah-kisah dalam al-Quran mempunyai banyak hikmah yang agung diantaranya : 1. Menjelaskan asas-asas dakwah menuju Allah dan menjelaskan pokok-pokok syari’at yang dibawa oleh para Nabi, !!$tBur $uZù=y™ö‘r& `ÏB šÎ=ö6s% `ÏB @Aqß™§‘ žwÎ) ûÓÇrqçR Ïmø‹s9Î) ¼çm¯Rr& Iw tm»s9Î) HwÎ) O$tRr& Èbr߉ç7ôã$$sù ÇËÎÈ “ Dan Kami tidak mengutus seorang Rasulpun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya: "Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, Maka sembahlah olehmu sekalian akan aku". (Al-Anbiya : 25) 2. Qashah yang terdapat didalam al-Qur’an itu merupakan salah satu bentuk sastra yang menarik perhatian dan dapat ditangkap serta dimengerti oleh orang banyak, karena arti-artinya itu masuk akal, masuk kedalam hati sanubari orang yang membacanya itu. 3. Qashash itu dapat menyingkap tabir tentang hakikat mengemukakan yang ghaib kepada orang-orang yang mendengarkannya. 4. Membenarkan para nabi terdahulu, menghidupkan kenangan terhadap mereka serta mengabadikan jejak dan peninggalannya. 5. Memperlihatkan kebenaran Nabi Muhammad saw. Dalam dakwahnya dengan dapat menerangkan keadaan-keadaan umat yang telah lalu. 6. Menyingkap kebohongan ahli kitab dengan cara membeberkan keterangan yang semula mereka sembunyikan, kemudian menantang mereka dengan mengunakan ajaran yaitu sebelum kitab itu diubah dan diganti. D. HIKMAH PENGULANGAN KISAH Al Qur’an banyak mengandung kisah-kisah yang diungkapkan secara berulang kali di beberapa tempat. Sebuah kisah terkadang berulang kali disebutkan dalam al-Qur’an dan dikemukakan dalam berbagai bentuk yang berbeda.Di satu tempat ada bagian-bagian yang didahulukan, sedang ditempat lain diakhirkan.Demikian pula terkadang dikemukakan secara ringkas dan kadang-kadang secara panjang lebar dan sebagainya. Di antara hikmahnya ialah : 1. Menjelaskan ke-balaghan-an al-Qur’an dalam tingkat paling tinggi. Sebab di antara keistimewaan balaghah adalah mengungkapkan sebuah makna dalam berbagai macam bentuk yang berbeda. Dan kisah yang berulang itu dikemukakan di setiap tempat dengan uslub yang berbeda satu dengan yang lain serta dituangkan dalam pola yang berlainan pula, sehingga tidak membuat orang bosan karenanya, bahkan dapat menambah ke dalam jiwanya makna-makna baru yang tidak didapatkan di saat membacanya di tempat lain. 2. Menunjukkan kehebatan mukjizat al-Qur’an.Sebab mengemukakan sesuatu makna dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk dalam berbagai bentuk susunan kalimat di mana salah satu bentuk pun tidak dapat ditandingi oleh sastrawan Arab, merupakan tantangan dahsyat dan bukti bahwa al-Qur’an itu datang dari Allah. 3. Memberikan perhatian besar terhadap kisah tersebut agar pesan-pesannya lebih berkesan dan melekat dalam jiwa. Karena itu pada dasarnya, pengulanganmerupakan salah satu metode pemantapan nilai. Misalnya kisah Musa dengan Fir’aun. Kisah ini menggambarkan secara sempurna pergulatan sengit antara kebenaran dengan kebatilan. Dan sekalipun kisah ini sering diulang-ulang tetapi pengulangannya tidak pernah terjadi dalam sebuah surat. 4. Setiap kisah mempunyai maksud dan tujuan berbeda. Karena itulah kisah-kisah itu diungkapkan. Maka sebagian dari makna-maknanya itulah yang diperlukan, sedang makna-makna lainnya dikemukakan di tempat yang lain, sesuai dengan tuntutan keadaan. E. TUJUAN KISAH DALAM AL-QUR’AN Cerita dalam Al-Qur’an bukanlah suatu gubahan yang hanya bernilai sastra saja akan tetapi cerita dalam Al-Qur’an merupakan salah satu media untuk mewujudkan tujuan aslinya. Bagaimanapun juga Al-Qur’an adalah kitab dakwah dan kitab yang meyakinkan objeknya. Kisah-kisah dalam Al-Qur’an secara umum bertujuan kebenaran dan semata-mata tujuan keagamaan. Jika di lihat dari keseluruhan kisah yang ada maka tujuan-tujuan tersebut dapat dirinci sebagai berikut : 1. Salah satu tujuan cerita itu ialah menetapkan adanya wahyu dan ke-Rasulan. Dalam Al-Qur’an tujuan ini diterangkan dengan jelas diantaranya dalam Q.S. [12] : 2-3 !$¯RÎ) çm»oYø9t“Rr& $ºRºuäöè% $wŠÎ/ttã öNä3¯=yè©9 šcqè=É)÷ès? ÇËÈ ß`øtwU Èà)tR y7ø‹n=tã z`|¡ômr& ÄÈ|Ás)ø9$# !$yJÎ/ !$uZø‹ym÷rr& y7ø‹s9Î) #x‹»yd tb#uäöà)ø9$# bÎ)ur |MYà2 `ÏB ¾Ï&Î#ö7s% z`ÏJs9 šúüÎ=Ïÿ»tóø9$# ÇÌÈ “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (Q.S. Yusuf : 2-3) Dan Q.S. [28] : 3. Sebelum mengutarakan cerita Nabi Musa, lebih dahulu Al-Qur’an menegaskan : (#qè=÷GtR šø‹n=tã `ÏB Î*t7¯R 4Óy›qãB šcöqtãöÏùur Èd,ysø9$$Î/ 5Qöqs)Ï9 šcqãZÏB÷sムÇÌÈ “Kami membacakan kepadamu sebagian dari kisah Musa dan Fir’aun dengan sebenarnya untuk orang-orang yang beriman”(Q.S. Al-Qashash : 3). Dalam Q.S. [3] : 44, pada permulaan diceritakan Maryam disebutkan : y7Ï9ºsŒ ô`ÏB Ïä!$t7/Rr& É=ø‹tóø9$# ÏmŠÏmqçR y7ø‹s9Î) 4 $tBur |MYä. óOÎg÷ƒt$s! øŒÎ) šcqà)ù=ムöNßgyJ»n=ø%r& óOßg•ƒr& ã@àÿõ3tƒ zNtƒötB $tBur |MYà2 öNÎg÷ƒy‰s9 øŒÎ) tbqßJÅÁtF÷‚tƒ ÇÍÍÈ “Itulah berita yang ghaib, yang Kami wahyukan kepadamu.”(Q.S. Ali Imran : 3) 2. Menerangkan bahwa agama dari Allah, dari masa Nabi Nuh sampai dengan masa Nabi Muhammad SAW, bahwa kaum muslimin semuanya merupakan satu ummat, bahwa Allah yang Maha Esa adalah Tuhan bagi semuanya 3. Menerangkan bahwa agama itu semua dasarnya satu dan itu semuanya dari Tuhan Yang Maha Esa. 4. Menerangkan bahwa cara yang ditempuh oleh Nabi-nabi dalam berdakwah itu satu dan sambutan kaum mereka terhadap dakwahnya itu juga serupa.(Q.S. [11] : 17) `yJsùr& tb%x. 4’n?tã 7poYÉit/ `ÏiB ¾ÏmÎn/§‘ çnqè=÷Gtƒur Ó‰Ïd$x© çm÷YÏiB `ÏBur ¾Ï&Î#ö7s% Ü=»tFÏ. #Óy›qãB $YB$tBÎ) ºpyJômu‘ur 4 y7Í´¯»s9'ré& tbqãZÏB÷sム¾ÏmÎ/ 4 `tBur öàÿõ3tƒ ¾ÏmÎ/ z`ÏB É>#t“ômF{$# â‘$¨Y9$$sù ¼çn߉ÏãöqtB 4 Ÿxsù à7s? ’Îû 7ptƒóÉD çm÷ZÏiB 4 çm¯RÎ) ‘,ysø9$# `ÏB y7Îi/¢‘ £`Å3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Y9$# Ÿw šcqãYÏB÷sムÇÊÐÈ
“Apakah (orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang ada mempunyai bukti yang nyata (Al Quran) dari Tuhannya, dan diikuti pula oleh seorang saksi (Muhammad)[715] dari Allah dan sebelum Al Quran itu telah ada kitab Musa yang menjadi pedoman dan rahmat?. mereka itu beriman kepada Al Quran. dan Barangsiapa di antara mereka (orang-orang Quraisy) dan sekutu-sekutunya yang kafir kepada Al Quran, Maka nerakalah tempat yang diancamkan baginya, karena itu janganlah kamu ragu-ragu terhadap Al Quran itu. Sesungguhnya (Al Quran) itu benar-benar dari Tuhanmu, tetapi kebanyakan manusia tidak beriman”. (QS. Hud [11] : 17)

5. Menerangkan dasar yang sama antara agama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad dengan agama Nabi Ibrahim As, secara khusus, dengan agama-agama bangsa-bangsa Israil pada umumnya dan menerangkan bahwa hubungan ini lebih erat daripada hubungan yang umum antara semua agama. Keterangan ini berulang-ulang disebutkan dalam cerita Nabi Ibrahim, Musa dan Isa.
F. ANALISIS PEMAKALAH / PENDAPAT PRIBADI
Qashashul Quran sebagai pemberitaan Al-Quran tentang ha ihwal umat-umat dahulu dan para nabi, serta peristiwa-peristiwa yang terjadi secara empiris. Dan memuat peristiwa-peristiwa masa lalu, sejarah umat-umat terdahulu, negara, perkampungan dan mengisahkan setiap kaum dengan cara shuratan nathiqah (artinya seolah-olah pembaca kisah tersebut menjadi pelaku sendiri yang menyaksikan peristiwa itu), dan bertujuan untuk memberikan pengertian tentang sesuatu yang terjadi dengan sebenarnya dan agar dijadikan ibrah (pelajaran) untuk memperkokoh keimanan dan membimbing ke arah perbuatan yang baik dan benar.

KESIMPULAN
Qashashul Qur’an adalah informasi mengenai suatu kejadian/peristiwa baik pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang secara berperiodik di mana satu sama lainnya saling sambung-menyambung (berangkai). Adapun kisah tersebut dibagi menjadi dua bagian, yaitu:
1. Dilihat Dari Segi Waktu, terdiri dari kisah hal gaib yang terjadi pada masa lampau, masa kini dan masa yang akan datang.
2. Dilihat Dari Materi, terdiri dari kisah pada Nabi dan Rasul, kisah tentang peristiwa yang terjadi masa lampau yang tidak dapat dipastikan kenabiannya, dan kisah yang berpautan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah SAW.
Kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an adalah kisah yang paling benar, baik dan mempunyai banyak manfaat bagi kehidupan umat manusia. Adapun manfaatnya antara lain sebagai peringatan, penjelasan tentang keadilan, karunia Allah SWT kepada umat-Nya.
Tidak diragukan lagi bahwa kisah yang baik dan cermat akan digemari dan dapat menembus relung jiwa manusia dengan mudah sehingga segenap perasaan akan mengikuti alur kisahnya tersebut tanpa merasa jemu atau kesal. Akalpun dapat menelusurinya dengan baik. Akhirnya ia memetik dari keindahannya itu aneka ragam.
Inilah fenomena fitrah jiwa yang tentunya perlu mendapat perhatian para pendidik dalam lapangan pendidikan khususnya pendidikan agama yang merupakan esensi pengajaran dan rambu-rambu pendidikan. http://referensiagama.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar