HUBUNGAN ILMU PENGETAHUAN DAN MASYARAKAT
by sariono sby
PENDAHULUAN
Tidak dapat sipungkiri lagi bahwa ilmu pengetahuan telah banyak membantu masyarakat. Akan tetapi juga tidak dapat dipungkiri begitu saja adanya dampak negatif.
Tentu saja dampak negatif ilmu pengetahuan tidak seharusnya membuat manusia pesimis bahkan menyerah terhadap perkembangan tersebut. Manusia tidak seharusnya hanya mengekor pada ilmu pengetahuan begitu saja kemudian menjadi budak, akan tetapi ilmu pengetahuan yang harus berada di tangan manusia atau di bawah kendali manusia.
Ilmu pengetahuan dikembangkan oleh dan untuk kepentingan kesejahteraan manusia, maka tidak seharusnya manusia menyerah. Justru dengan ciptaannya manusia harus siap bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya. Ilmu pengetahuan terus menerus dikembangkan untuk membantu kehidupan masyarakat dan memperpanjang tangan manusia.
Untuk itu, dalam makalah ini penulis mencoba mengkaji lebih dalam tentang ilmu pengetahuan dan masyarakat yang ditinjau dari: pengertian ilmu pengetahuan, pengertian masyarakat, dan hubungan antara ilmu pengetahuan dan masyarakat.
PEMBAHASAN
A. Tinjauan tentang Ilmu Pengetahuan
Ilmu pengetahuan selain mengubah cara pandang manusia terhadap realitas, ilmu pengetahuan melalui teknik ilmiah juga telah berhasil menjadi sarana bagi perkembangan kekuasaan serta kontrol terhadap masyarakat.
Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan.
Selain itu, Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Ilmu pengetahuan disini bukan sekedar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Dipandang dari sudut filsafat, ilmu terbentuk karena manusia berusaha berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Ilmu pengetahuan adalah produk dari epistemologi.
Segi-segi ilmu pengetahuan dibatasi agar dihasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu diperoleh dari keterbatasannya.
Contoh: Ilmu Alam hanya bisa menjadi pasti setelah lapangannya dibatasi ke dalam hal yang bersifat bahani (materiil saja) atau ilmu psikologi hanya bisa meramalkan perilaku manusia jika membatasi lingkup pandangannya ke dalam segi umum dari perilaku manusia yang kongkrit. Berkenaan dengan contoh ini, ilmu-ilmu alam menjawab pertanyaan tentang berapa jauhnya matahari dari bumi, atau ilmu psikologi menjawab apakah seorang pemudi sesuai untuk menjadi perawat.
Ilmu Pengetahuan adalah suatu proses pemikiran dan analisis yang rasional, sistematik, logis dan konsisten. Hasilnya dari ilmu pengetahuan dapat dibuktikan dengan percobaan yang transparan
dan obyektif. Ilmu pengetahuan mempunyai spektrum analisis amat luas, mencakup persoalan yang sifatnya super makro, makro, dan mikro. Hal ini jelas terlihat, misalnya pada ilmu-ilmu: fisika, kimia, kedokteran, pertanian, rekayasa, bio-teknologi, dan sebagainya.
B. Tinjauan tentang masyarakat
Manusia adalah makhluk sosial, ia hidup dalam hubungannya dengan orang lain dan hidupnya bergantung dengan orang lain.
Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri, perasaan, keinginan dan sebagainya. Manusia memberi reaksi dan melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pola interaksi sosial dihasilkan oleh hubungan yang berkesinambungan dalam suatu masyarakat.
1. Pengertian masyarakat
Berikut ini adalah beberapa pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia, diantaranya:
- Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan.
- Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
- Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan obyektif pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
- Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok/ kumpulan manusia tersebut.
- Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
- Menurut Ralph Linton masyarakat adalah setiap kelompok manusia yang hidup dan bekerja sama dalam waktu yang relatif lama dan mampu membuat keteraturan dalam kehidupan bersama dan mereka menganggap sebagai satu kesatuan sosial.
2. Unsur-unsur masyarakat
Menurut Soerjono Soekanto alam masyarakat setidaknya memuat unsur sebagai berikut ini:
- Berangotakan minimal dua orang.
- Anggotanya sadar sebagai satu kesatuan.
- Berhubungan dalam waktu yang cukup lama yang menghasilkan manusia baru yang saling berkomunikasi dan membuat aturan-aturan hubungan antar anggota masyarakat.
- Menjadi sistem hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan serta keterkaitan satu sama lain sebagai anggota masyarakat.
3. Komponen masyarakat
Ada beberapa komponen masyarakat diantaranya :
- Populasi dengan aspek-aspek genetik dan demografik
- Kebudayaan sebagai produk dari aktivitas cipta rasa, karsa dan karya manusia. Isi kebudayaan meliputi beberapa sistem nilai, yaitu sistem peralatan (teknologi), ekonomi, organisasi, ilmu pengetahuan, kesenian, dan kepercayaan sistem bahasa.
4. Kriteria masyarakat yang baik
Menurut Marion Levy diperlukan empat kriteria yang harus dipenuhi agar sekumpulan manusia bisa dikatakan / disebut sebagai masyarakat.
- Ada sistem tindakan utama.
- Saling setia pada sistem tindakan utama.
- Mampu bertahan lebih dari masa hidup seorang anggota.
- Sebagian atau seluruh anggota baru didapat dari kelahiran / reproduksi manusia.
Masyarakat tidak begitu saja muncul seperti sekarang ini, tetapi adanya perkembangan yang dimulai dari masa lampau sampai saat sekarang ini dan terdapat masyarakat yang mewakili masa tersebut. Masyarakat ini kemudian berkembang mengikuti perkembangan jaman sehingga kemajuan yang dimiliki masyarakat sejalan dengan perubahan yan terjadi secara global, tetapi ada pula masyarakat yang berkembang tidak seperti mengikuti perubahan jaman melainkan berubah sesuai dengan konsep mereka tentang perubahan itu sendiri.
Dalam mempertahankan kehidupannya, masyarakat beradaptasi dengan lingkungannya. Adapun adaptasi tersebut dibedakan sebagai berikut :
- Adaptasi genetik; setiap lingkungan hidup biasanya merangsang penghuninya untuk membentuk struktur tubuh yang spesifik, yang bersifat turun temurun dan permanen
- Adaptasi somatis yang merupakan penyesuaian secara struktural atau fungsional yang sifatnya sementara (tidak turun temurun). Bila dibandingkan dengan makhluk lainnya, maka manusia mempunyai daya adaptasi yang relatif lebih besar.
C. Hubungan antara Ilmu Pengetahuan dan Masyarakat
Perbedaan antara situasi ilmu pengetahuan dulu dan sekarang tentu tidak terbatas pada kesatuan lebih besar yang menandai ilmu pengetahuan di masa lampau. Terdapat juga perbedaan-perbedaan lain. Antara lain cukup menyolok mata bahwa tempat yang diduduki ilmu pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari dulu sama sekali berbeda, kalau dibandingkan dengan situasi sekarang. Dulu ilmu pengetahuan praktis tidak mempengaruhi hidup sehari-hari. Dan dianggap biasa saja, bila ilmu pengetahuan tidak mempunyai konsekuensi dalam kehidupan kemasyarakatan.
Dalam konteks ini terdapat perkataan Aristoteles yang cukup menarik, umat manusia menjamin urusannya untuk hidup sehari-hari barulah dapat diarahkan perhatiannya kepada ilmu pengetahuan. Jadi, rupanya kegiatan ilmiah tidak bertujuan mempermudah urusan ini atau meningkatkan taraf hidup jasmani. Apalagi, pada waktu itu tidak mungkin orang berpikir untuk meningkatkan taraf hidup, karena tingginya taraf hidup dianggap telah ditentukan oleh alam kodrat dan manusia tidak sanggup mengubah alam kodrat.
Dulu ilmu pengetahuan mempunyai tujuan yang sama sekali berbeda. Ilmu pengetahuan bertujuan memperingatkan manusia bahwa selain makhluk alamiah (makhluk yang tersimpul dalam tata susunan alam), ia masih merupakan sesuatu yang lain, yaitu makhluk yang mengetahui tentang dirinya dan dengan demikian juga tentang perbedaannya dengan alam. Ilmu pengetahuan bermaksud mendalami pengertian tentang diri manusia dan alam itu supaya secara rohani manusia dapat sampai pada inti dirinya. Karena itu ilmu pengetahuan tidak berguna dalam arti bahwa ilmu pengetahuan tidak berusaha mencapai sesuatu yang lain. Ilmu pengetahuan dipraktekkan untuk ilmu pengetahuan itu sendiri.
Kini fungsi kemasyarakatan dari ilmu pengetahuan telah berubah secara radikal. Bahwa ilmu pengetahuan sekarang ini melayani kehidupan sehari-hari masyarakat menurut segala aspeknya. Kegiatan ilmiah dewasa ini didasarkan pada dua keyakinan berikut:
1. Segala sesuatu dalam realitas dapat diselidiki secara ilmiah, bukan saja untuk mengerti realitas lebih baik, melainkan juga untuk menguasainya lebih mendalam menurut segala aspeknya.
2. Semua aspek relitas membutuhkan juga penyelidikan seperti itu. Kebutuhan-kebutuhan yang paling primer, seperti air, makanan, udara, cahaya, tempat tinggal tidak akan cukup tanpa penyelidikan itu.
Tentu saja dapat dikatakan juga bahwa kita sekarang ini berada dalam semacam gerak spiral: di satu sisi kita harus menggunakan ilmu pengetahuan untuk menjamin kebutuhan-kebutuhan kita yang paling elementer dan di lain sisi keharusan itu sebagian disebabkan karena telah mempengaruhi dan mengubah keadaan hidup kita yang natural. Kita sendiri telah menciptakan suatu situasi yang ganjil.
Lebih dahulu kita telah merusak lingkungan hidup yang natural (air, udara, tanah) dan kemudian kita harus membersihkan lagi lingkungan itu. Tidak alasan untuk membanggakan situasi seperti itu. Namun demikian, kita sepatutnya hati-hati dulu dan tidak terlanjur cepat melontarkan penilaian kita. Bagaimanapun juga dulu hanya sejumlah kecil orang sanggup memanfaatkan sumber-sumber alamiah dan dengan berbuat demikian mereka selalu merugikan serta mengorbankan orang lain. Bagi kita sekarang lebih penting adalah pertanyaan bagaimana sampai terjadi bahwa ilmu pengetahuan tidak saja menjadi berguna untuk kehidupan sehari-hari melainkan juga unsur yang tidak mungkin dilepaskan lagi dari hidup kita.
Gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagian akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka meraih ridha Allah.
Mengalir ke masa depan bak banjir cepat yang penuh kekuatan dan daya hidup, dan terkadang menyerupai taman mempesona, alam semesta ini seperti buku yang dipersembahkan kepada kita untuk dipelajari, sebuah pameran untuk disaksikan, dan sebuah amanah yang dipercayakan kepada kita dengan kebolehan mengambil manfaat darinya. Dengan mempelajari makna dan isi amanah ini, kita harus menggunakannya dengan cara yang bermanfaat bagi generasi masa depan serta generasi sekarang. Jika kita mau, kita dapat mengartikan ilmu pengetahuan sebagai hubungan sebagaimana diidamkan di atas antara manusia dan dunia ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan adalah warisan bersama umat manusia, bukan milik pribadi dari orang-orang tertentu. Permulaannya dimulai dengan permulaan umat manusia. Ketika budaya intelektual Eropa mencapai kedewasaan yang memadai, yang sebagian besarnya dicapai melalui prestasi negara-negara selain-Eropa lainnya, ilmu-ilmu eksperimental secara khusus telah matang bagi perkembangan baru menyeluruh melalui Renaissance, Abad Kebangkitan.
Jika ilmu pengetahuan sejati berarti mengarahkan kecerdasan menuju kebahagiaan akhirat tanpa mengharapkan keuntungan materi, melakukan pengkajian tak kenal lelah dan terperinci tentang alam semesta untuk menemukan kebenaran mutlak yang mendasarinya, dan mengikuti metoda yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu, maka ketiadaan hal-hal tersebut memiliki arti bahwa ilmu pengetahuan tidak dapat memenuhi harapan kita.
Sebelum Kristen, Islam adalah pembawa obor pengetahuan ilmiah. Pemikiran agama yang memancar dari kebahagian akhirat, dan cinta serta semangat yang muncul dari pemikiran itu, yang disertai rasa kefakiran dan ketidakberdayaan di hadapan Pencipta Maha Kekal, berada di balik kemajuan ilmiah besar selama 500-tahun yang tersaksikan di dunia Islam hingga akhir abad kedua belas. Gagasan ilmu pengetahuan berdasarkan Wahyu Ilahi, yang mendorong penelitian ilmiah di dunia Islam, dipersembahkan nyaris sempurna oleh tokoh-tokoh terkemuka zaman itu, yang tenggelam dalam pikiran tentang kebahagiaan akhirat, meneliti alam semesta tanpa kenal lelah untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Ketaatan mereka kepada Wahyu Ilahi menyebabkan kecerdasan yang berasal dari Wahyu itu memancarkan cahaya yang memunculkan gagasan baru ilmu pengetahuan di dalam jiwa manusia.
Jika gagasan ilmu pengetahuan, yang diterima dan dimanfaatkan oleh masyarakat seolah merupakan bagian dari risalah Ilahi, dan yang dipelajari dengan semangat ibadah, tidak pernah terkena serangan Mongol yang menghancurkan serta terpaan Perang Salib yang tak berbelas kasih dari Eropa, maka dunia hari ini akan lebih tercerahkan, memiliki kehidupan intelektual yang lebih kaya, teknologi yang lebih sehat, dan ilmu pengetahuan yang lebih menjanjikan. Saya katakan ini karena gagasan Islam tentang ilmu pengetahuan menyatu dengan keinginan mencapai kebahagian akhirat, cita-cita akan manfaat bagi kemanusiaan, dan tanggung jawab dalam rangka meraih ridha Allah.
Cinta akan kebenaran mengarahkan penelitian ilmiah sejati. Ini berarti mendekati alam semesta tanpa pertimbangan keuntungan materi dan balasan duniawi, dan mengamati dan mengenalinya sebagaimana kenyataan sebenarnya. Sementara mereka yang dilengkapi dengan cinta seperti itu dapat mencapai tujuan akhir dari penelitian mereka, mereka yang terkena syahwat duniawi, cita-cita materi, prasangka ideologis, dan taklid buta terhadapnya, serta tidak mampu mengembangkan rasa cinta akan kebenaran apa pun, akan gagal, atau lebih buruk lagi, mengalihkan jalannya penelitian ilmiah dan menjadikan ilmu pengetahuan sebagai senjata mematikan untuk digunakan melawan kemampuan terbaik umat manusia.
KESIMPULAN
1. Ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
2. Menurut Koentjaraningrat masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu rasa identitas yang sama.
3. Tidak dapat dipungkiri Ilmu pengetahuan telah banyak membantu masyarakat dan mempermudah segala urusan masyarakat. Akan tetapi juga tidak dapat dipungkiri begitu saja adanya dampak negatif.
4. Tentu saja dampak negatif ilmu pengetahuan tidak seharusnya membuat manusia pesimis bahkan menyerah terhadap perkembangan tersebut. Manusia tidak seharusnya hanya mengekor pada ilmu pengetahuan begitu saja kemudian menjadi budak, akan tetapi ilmu pengetahuan yang harus berada di tangan manusia atau di bawah kendali manusia. http://referebsiagama.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar