Selasa, 08 Februari 2011

PEMIKIRAN TASAWUF IBNU ARABI


PEMIKIRAN TASAWUF IBNU ARABI
by sariono sby

posted, http://referensiagama.blogspot.com

PENDAHULUAN
Tasawuf atau sufisme sebagaimana halnya mistisisme di luar agama Islam,mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada di hadirat Tuhan. Intisari dari mistisisme, termasuk di dalamnya sufisme, ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkontemplasi. Kesadaran berada dekat dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad,( bersatu dengan Tuhan)
Teori pengenalan merupakan salah satu pintu penting dari taswuf Islam,sekaligus merupakan salah satu landasan yang terbesr.


PEMBAHASAN

A. Sejarah singkat Ibnu Arabi.
1. Biografi Ibnu Arabi

Ibnu Arabi yang nama lengkapnya sebagaimana dinukil oleh Prof.Dr.Mukhtar solihin M.Ag dalam bukunya Ilmu Tswuf adalah Muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah Ath-Tha’i Al-Haitami. Ia lahir di Murcia, Andalusia Tenggara, Spanyol tahun 560 H dari kalangan berpangkat , hartawan dan ilmuwan. Namanya biasa disebut tanpa “ Al”untuk membedakan dengan Abu Bakar ibn Al-‘Arabi, seorang qadhi dari Seville yang wafat ada tahun 543 H. Di Seville (spanyol) iamempelajari Al-qur’an, hadis serta fiqih pada sejumlah murid seorang fqih Andalusia terkenal, yakni Ibn Hazm Al-Zhahiri. Ia berasal dari suku al-Taiy, satu rumpun Arab al-hatimi yang pada umumnya terdiri dari keluarga-keluarga saleh. Orang tuanya sendiri adalah seorang sufi yang punya kebiasaan berkelana.Pada usia delapan tahun, Ibnu arabi sudah merantau ke Lissabon untuk belajar agama dari seorang ulama, Syekh abu Bakar Khalaf.Selesai belajar Ulumul Quran dan hukum Islam, ia pindah lagi ke Seville yang pada masa itu merupakan pusat pertemuan para sufi di Spanyol. Ia menetap di sana selama 30 tahun untuk memperluas pengetahuan dbidang hukum Islam dan Ilmu Kalam serta mulai belajar tasawuf. Dari Sevilla ia sering berkunjung ke Cordoba dengan tujuan utama untuk menimba ilmu dari Ibnu Russyd, kunjungan inibiasanya ia lanjutkanke wilayah Tunisia dan Maroko.

Pada tahun 1201 M/598 H Ibnu Arabi meninggalkan Spanyol karena situasi politik pada masa itu tidak menguntungkan baginya serta tasawuf yang dianutnya tidak disukai di kawasan itu.Barangkali dengan tujuan utama untuk ibadah haji, ia berangkat menuju kawasan timur. Mesir adalah negeri pertama yang ia singgahi untuk beberapa lama, tetapi ternyata di daerah itu aliran tasawufnya tidak diterima masyarakat. Oleh karena itu ia melanjutkan pengembaraanya melalui Jerussalem dan menetap di Mekah untuk beberapa lama.
Di kawasan Saudi ternyata ia ditterima penguasa dan masyarakat dengan baik. Akan tetapi ia tidak menetap di kota suci itu, karena ternyata pengembaraan itu berakhir di Damaskus sebagai tempat menetapnya sampai ia meninggal tahun 1240 M/638 H dan dimakamkan di kaki gunung Qosiyun. Ia mempunyai dua orang putera yang seorang terkenal sebagai penyair sufi, namanya Sa’duddin dan yang satu lagi Imaduddin, keduanya dimakamkan berdekatan dengan Ibnu Arabi
Ibnu Arabi adalah penulis yang produktif, yang menurut Browne ada 500 judul karya tulis dan 90 judul diantaranya asli tulisan tangannya tersimpan di Perpustakaan Negara Mesir. Tetapi menurut Sya’roni, Ibnu Arabi menulis buku sekitar 400 judul buku saja termasuk Fusus dan Futuhat. Produktifitasnya dalam menulis terutama ia bermukim di Mekkah dan Damaskus atau sekitar 20 tahun terakhir masa hidupnya.

2. Guru-guru dan hasil karya Ibn Arabi
Ketika berusia 30 tahun, ia mulai berkenalan ke berbagai kawasan Andalusia dan kawasan Islam bagian barat. Diantara deretan guru-gurunya adalah
· Abu Madyan Al-Ghauts Al-talimsari
· Yasymin Musyaniyah ( seorang wali dari kalangan wanita )
Keduanya banyak mempengaruhi ajaran-ajaran Ibn Arabi, dikabarkan juga ia pernah berjumpa dengan Ibn Rusyd, filosof muslim dan tabib Istana dinasti Barbar dari Alomohad di Kordoba. Adapun hasil karya Ibn Arabi antara lain :
· Masyahid Al-Asrar
· Mathali’ Al-Anwar Al-Ilahiyah
· Hilyat Al-Abdal
· Kimiya Al-Sa’adat
· Muhadharat Al-Abrar
· Kitab Al-akhlaq
· Majmu’Al-rasa’il Al-Ilahiyah
· Mawaqi’Al-Nujum
· Al-Ma’rifah Al-Ilahiyah
· Al-Isra’Ila Maqam Al-Atsna.
Selain kitab-kitab tersebut ada karya beliau yang monumental yaitu, Al futuhat Al-Makiyyah yang ditulis pada tahun 1201 M, ketika ia sedang menunaikan ibadah haji dan Tarjuman Al-Asuywaq yang ditulisnya untukmengenang kecantikan, ketakwaan dan kepintaran seorang gadis cantik dari keluarga seorang sufi dari Persia.

B. Ajaran Tasawufnya
Ajaran sentral Ibn Arabi adalah tentang wahdat Al-wujud (kesatuan wujud). Meskipun demikian, istilah wahdat Al-wujud yang dipakai untuk menyebut ajaran sentralnya itu, tidaklah berasal dari dia, tetapi berasal dari Ibnu Taimiyah, tokoh yang paling keras dalam mengecam dan mengkritik ajaran sentral tersebut. Setidaknya ibnu Taimiyah yang telah berjasa dalam mempopulerkan Wahdat Al-wujud ke tengah masyarakat Islam, meskipun tujuannya negatif. Meskipun semua orang sepakat menggunakan istilah Wahdat Al-wujud untuk menyebut ajaran sentral Ibn ‘Arabi, mereka berbeda pendapat dalam memformulasikan pengertian wahdat Al-wujud
Menurut Ibnu Taimiyah, wahdat Al-wujud adalah penyamaan Tuhan dengan alam. Menurutnya orang yang berfaham ini mengatakan bahwa wujud itu sesungguhnya hanya satu dan wajib Al-wujud yang dimiliki oleh khaliq adalah juga adalah mumkin Al-wujud yang dimiliki oleh makhluk. Selain itu ,orang-orang yang mempunyai faham ini juga mengatakan bahwa wujud alam sama dengan wujud Tuhan,tidak ada kelainan dan tidak ada perbedaan.
Paham ini merupakan perluasan dari paham hulul nya Husen Ibnu Mansur al-Hallaj.karena nasut yang ada dalam hulul diubah oleh Ibn ‘Arabi menjadi khalq (makhluk) dan lahut menjadi haq (tuhan). Khalq dan haq adalah dua aspek bagi sesuatu. Aspek yang sebelah luar disebut khalq dan aspek sebelah dalam disbut haq. Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai dua aspek. Aspek luar merupakan ,ard dan khalq yang mempunyai sifat kemakhlukan, dan aspek dalam merupakan jauhar dan haq yang mempunyai sifat ketuhanan. Dengan kata lain dalam tiap-tiap yang berwujud itu terdapat sifat ketuhanan atau haq dan sifat kemakhlukan atau khalq.
Menurut Ibn ‘Arabi , wujud semua yang ada ini hanyalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula. Tidak ada perbedaan antara keduanya (khalik dan makhluk) dari segi hakikat. Adapun kalau ada yang mengira adanya perbedaan wujud khalik dan makhluk, hal itu dilihat dari sudut pandang pancaindra lahir dan akal yang terbatas kemampuannya dalam menangkap hakikat apa yang ada pada dzat-Nya dari kesatuan dzatiyah, yang segala sesuatu berhimpun padan-Nya. Hal ini tersimpul dalam ucapan Ibn Arabi berikut ini :


“Mahasuci Tuhan yang telah menjadikan segala sesuatu dan Dia sendiri adalah hakikat segala sesuatu”.

Menurut Ibn Arabi, wujud alam pada hakikatnya adalah wujud Allah, dan Allah adalah hakikat alam. Tidak ada perbedaan antara wujud yang qadim yang disebut khalik dengan wujud yang baru yang disebut makhluk. Tidak ada perbedaan antara ‘abid (menyembah) dengan ma’bud (yang disembah). Antara yang menyembah dan yang disembah adalah satu. Perbedaan itu hanyalah pada bentuk dan ragam dari hakikat yang satu. Untuk pernyataan tersebut Ibn ‘Arabi mengemukakannya lewat syairnya berikut ini :
“Hamba adalah Tuhan dan Tuhan adalah hamba
Demi syu’ur (perasaan) ku, siapakah yang mukallaf ?
Jika engkau katakan hamba, padahal dia (pada hakikatnya)Tuhan juga
Atau engkau katakan, lalu siapa yang dibebani taklif”

Kalau antara khaliq dan makhluk bersatu dalam wujudnya,mengapa terlihat dua ? menurut Ibn Arabi, manusia tidak memandangnya dari sisi yang satu, tetapi memandang keduanya bahwa keduanya adalah khalik dari sisi yang satu dan makhluk dari sisi yang lain. Jika mereka memandang keduanya dari sisi yang satu,atau keduanya adalah dua sisi untuk hakikat yang satu,mereka pasti mengetahui hakikat keduanya,yakni dzatnya satu yang tidak terbilang dan berpisah.
Sehubungan dengan hal ini, Ibn Arabi pun menyatakan dalam syairnya sebagai berikut :
“Pada satu sisi, Al-Haq adalah makhluk,maka pikirlah.
Pada sisi lain, Dia bukanlah makhluk, maka renungkanlah.
Siapa saja yang menangkap apa yang aku katakan, penglihatannya tidak pernah kabur.
Tidak ada yang dapat menangkapnya, kecuali orang yang memiliki penglihatan.
Satukan dan pisahkan(bedakan), sebab ‘ain (hakikat) itu sesungguhnya hanya satu
Hakikat itu adalah yang banyak,yang tidak kekal (tetap) dan yang tidak pula buyar”
Dari keterangan di atas terkesan bahwa wujud Tuhan adalah juga wujud alam dan wujud alam yang dalam istilah barat disebut panteisme, atau yang didefinisikan Henry C. Theissen berikut ini :
“Panteisme adalah teori yang menyatakan bahwa segala sesuatu yang terbatas adalah aspek modifikasi atau bagian dari satu wujud yang kekal dan ada dengan sendirinya. Ia memandang Tuhan sebagi satu dengan natural (alam). Tuhan adalah semuanya, semuanya adalah Tuhan. Ia muncul dalm berbagai bentuk masa kini yang diantaranya mempunyai pula unsur-unsur atestik,polteistik,dan teistik.

Apabila dilihat dari segi adanya kesamaan antara wujud Tuhan dan wujud alam serta antara wujud Tuhan bersatu dengan wujud alam,kemudian membandingkan dengan pengertian panteisme di atas, pemahaman Ibnu Taimiyah tentang wahdat Al- wujud ada benarnya. Meskipun demikian perlu diingat pula bahwa wujud yang disebut oleh Ibn Arabi maksudnya adlah wjud yang mutlak, yaitu wujud Tuhan. Satu-satunya wujud menurut Ibn Arabi adalah wujud Tuhan, tidak ada wujud selain wujud-Nya.
Selanjutnya Ibn Arabi menjelaskan hubungan antara Tuhan dengan alam, menurutnya , alam ini adalah bayangan Tuhan aatau bayangan wujud yang hakiki.Alam tidak mempunyai wujud sebenarnya. Oleh karena itu, alam merupakan tempat tajali dan mazhar (penampakan ) Tuhan.
Ketika Allah menciptakan alam ini ,Ia juga memberikan sifat-sifat ketuhanan pada segala sesuatu. Alam ini seperti cermin yang buram dan seperti badan yang tidak bernyawa. Allah menciptakan manusia untukmemperjelas cermin itu. Dengan kata lain, alam ini merupakan mazhar (penampakan) dari asma dan sifat Allah yang terus menerus. Tanpa alam, sifat dan asma-Nya itu kehilangan maknanya dan senantiasa dalam bentuk zat yang tinggal dalam ke-mujarrad-an (kesendirian)-Nya yang mutlak yang tidak dikenal oleh siapapun.
Dalam Fushush Al-Hikam, Ibn Arabi menjelaskan hal tersebut dengan ungkapan syairnya :




“Wajah itu sebenarnya hanya satu, tetapi jika anda perbanyak cermin, ia pun menjadi banyak”
Untuk memperkuat pendiriannya, Ibn Arabi mrujuk sebuah hadits Qudsi yang artinya:



“Aku pada mulanya adalah perbendaharaan yang tersembunyi, kemudian Aku ingin dikenal,maka kuciptakan makhluk lalu dengan itulah mereka mengenal Aku”

Selanjutnya Ibn Arabi dalam sya’irnya menjelaskan tentang tanzih dan tasybih pada Tuhan :

“Jika engkau berkata tanzih, engkaumengikat-Nya. Jika engkau hanya berkata dengan Tasybih, engkau membatasi-Nya.”
Jika engkau berkata dengan kedua-duanya, engkau adalah benar dan engkau adalah imam dan tuan dalam berbagai pengetahuan.
Siapa saja yang berkata dengan dualistis Tuhan dan alam adalah musyrik, dan sipa saja yang berkata dengan pemisahan Tuhan dari alam, adalah muwahhid. Karena itu, berhati-hatilah terhadap tasybih jika engkau mengakui dualistis, dan berhati-hatilah engkau terhadap tanzih jika engkau megakui monoistis.
Engkau bukanlah Dia, tetapi engkau adalah Dia dan engkau melihatnya dalam ‘ain segala sesuatu baik sebagai sesuatu yang lepas maupun sebagai sesuatu yang terikat”

Ibn ‘Arabi kemudian menjelaskan bahwa firman Allah,

Mengandung pengertian, Tanzihkanlah Dia, sedangkan firman-Nya,

Mengandung pengertian, Tasybihkanlah Dia.Dengan demikian, firman Allah,



Mengandung pengertian, “Tasybihkanlah Dia dan jadilah dualistis, dan tanzihkanlah Dia dan jadilah monoistis”



Dari konsep wahda Al-wujud Ibn Arabi ini, muncul dua konsep yang sekaligus merupakan lanjutan atau cabang dari konsep dari wahdat al-wujud tersebut, yaitu konsep Al-hakikat Al-muhammadiyah dan konsep wahdat Al-adyan (kesamaan agama).

Menurut Ibn Arabi Tuhan adalah pencipta alam semesta. Adapun proses penciptaannya adalah sebagai berikut :
1. Tajalli Dzat Tuhan dalam bentuk a’yan tsabitah.
2. Tanazul Dzat Tuhan dari alam ma’ani ke alam ta’ayyunat (relitas-realitas rohaniyah), yaitu alam arwah yang mujarrad.
3. Tanazul kepada realitas-realitas nafsiyah,yaitu alam nafsiyah berfikir.
4. Tanazul Tuhan dalam bentuk ide materi yang bukan materi, yaitu alam mitsal (ide) atau khayal.
5. Alam materi, yaitu alam indrawi

Ibn Arabi juga menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran Hakikat Muhammadiyah atau Nur muhammad. Menurutnya, tahapan-tahapan kejadian proses kejadian alam dan hubungannya dengan kedua ajaran itu dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu Dzat yang mandiri dan tidak berhajat pada apapun.
2. Wujud hakikat Muhammadiyah sebagai emanasi (pelimpahan) pertama dari wujud Tuhan kemudian muncullah segala yang wujud dengan proses tahapan-tahapannya sebagaimana dikemukakan di atas.

Karenanya, Ibn Arabi menolak ajaran yang mengatakan bahwa alam semesta ini diciptakan dari tiada (cretio ex nihilio). Ia mengatakan bahwa Nur Muhammad itu qadim, dan merupakan sumber emanasi dengan berbagai kesempurnaan ilmiyah dan amaliyah yang terealisasikan pada diri para nabi semenjak Adam sampai Muhammad dan terealisasikan dari Muhammad pada diri para pengikutnya, kalangan para wali, dan insan kamil (manusia sempurna). Ibn Arabi kadang-kadang menyebut hakikat Muhammadiyah tersebut dengan Quthb dan kadang –kadang pula dengan ruh Al-khatam.



KESIMPULAN.

1. Ibn Arabi adalah berasal dari suku al-Taiy, satu rumpun Arab Al-Haitami yang pada umumnya terdiri dari keluarga-keluarga saleh.Dia memiliki nama lengkap muhammad bin ‘Ali bin Ahmad bin ‘Abdullah at-Tha’i Al-Haitami. Lahir di Murcia, andalusia tenggara Spanyol tahun 510 H.
2. Ibn Arabi adalah penulis yang produktif ,yang menurut Browne ada 500 judul karya tulis.Diantara hasil karya yang sangat monumental adalah Al-Futuhat Al-Makiyyah dan Tarjuman Al-Asywaq
3. Ajaran Tasawufnya adalah tentang Wahdat Al-wujud , menurutnya semua yang ada ini adalah satu dan pada hakikatnya wujud makhluk adalah wujud khalik pula.
4. Dalam hubungannya antara Tuhan dengan Alam, dia menjelaskan bahwa alam ini adalah bayangan Tuhan atau bayangan wujud yang hakiki. Alam tidak mempunyai wujud sebenarnya.
5. Ibn Arabi juga menjelaskan bahwa terjadinya alam ini tidak dapat dilepaskan dari ajaran Hakikat Muhammadiyah atau Nur Muhammad.
.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar