AYAT-AYAT TENTANG PENDIDIKAN NABI ISA
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur’an sebagai mukjizat Nabi Muhammad mengandung nilai-nilai transhistoris, artinya Al-Qur’an diturunkan dalam realitas sejarah. Sebab Al-Qur’an turun sebagai respon kongkrit terhadap sejarah, kurun waktu, peristiwa tertentu, dan tempat tertentu. Sementara di sisi lainnya, Al-Qur’an pun memiliki nilai transedental, yang karenanya ia bersifat abadi, nilai-nilainya tidak terikat ruang dan waktu, ia melampaui peristiwa-peristiwa, yang dengannya pula ia diyakini bersifat abadi1. Kajian kisah Al-Qur’an merupakan manifestasi kedua nilai tersebut, yang karenanya ia menjadi wacana yang sangat menarik. Salah satu daya tariknya adalah dari 6342 ayat Al-Qur’an, 1600 diantaranya merupakan ayat-ayat kisah.2
Kisah dalam Al-Qur’an bukan merupakan karya sastra yang bebas, baik dalam tema, teknik pemaparan ataupun setting peristiwa-peristiwanya, sebagaimana terdapat dalam kisah pada umumnya, melainkan sebagai media untuk mencapai tujuan yang mulia. Tema, teknik pemaparan kisah dan setting peristiwa kisa-kisah dalam Al-Qur’an senantiasa tunduk kepada tujuan religius.3
Sebagai petunjuk dan pedoman hidup, maka kisah yang terdapat di dalamnya dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, misalnya dari aspek pendidikan dan selanjutnya dijadikan dasar untuk proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an adalah Maryam dan Nabi Isa. Pada makalah ini penulis akan mengupas sisi historis Maryam dan Isa yang mengandung nilai-nilai kependidikan yang patut kita teladani.
______________________
1 A. Hanafi, Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983), 22.
2 Nurwadjah Ahmad, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Bandung:Marja, 2010), 149.
3 Sayyid Quttub, At-Taswir al-Fann fi al-Qur’an (Cairo: Dar al-Ma’arif, 1975), 11.
BAB II
PEMBAHASAN
Ayat-ayat yang Menjelaskan tentang Maryam dan Isa
Dalam al-Qur’an banyak sekali ayat yang menerangkan tentang Maryam dan Isa. Secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi : 4
Keutamaan Maryam binti Imran (QS. Ali Imran : 37,42,43,45, QS. Al-Maidah : 75, QS. Al-Mu’minun : 50, dan QS. At-Tahrim :12)
Kesucian dan Kehormatan Maryam (QS. Al-Maidah : 47, QS. An-Nisa’ : 156, QS. Maryam : 50, QS. Al-Anbiya’: 91, QS. At-Tahrim : 12)
Keuutamaan Nabi Isa (QS. Ali Imran : 45,48, QS. An-Nisa’: 172, QS. Al-An’am : 85, QS. Maryam : 19,21,30-34, QS. Al-Mu’minun : 50, QS. Az-Zukhruf : 59)
Kisah Kelahiran Nabi Isa (QS. Ali Imran : 45, 47, 59)
Isa Berbicara ketika masih bayi (QS. Ali Imran : 46, QS. Al-Maidah : 110, QS. Maryam 29-33)
Kemunculan Nabi Isa dan Mukjizatnya (QS. Ali Imran : 46, 48, 49, QS. Al-Maidah : 110)
Nabi Isa diutus kepada bani Israil (QS. Ali Imran : 49, QS. Al-Maidah 46,78, QS. Az-Zukhruf : 63, 64, QS. Ash-Shaf : 6,14)
Pengikut-pengikut Nabi Isa meminta hidangan; QS. Al-Maidah : 112, 113)
Rencana Pembunuhan Isa oleh Yahudi ( QS. An-Nisa : 157)
Nabi Isa diangkat ke langit (QS. Al-Maidah : 55, QS An-Nisa’: 158)
Nabi Isa akan turun di akhir zaman (QS. An-Nisa : 159)
Nabi Isa dianggap Tuhan oleh kaumnya ( QS. Al-Maidah : 17, 72, 77, QS. At-Taubah : 31)
_____________________
4 Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis ayat al-Qur’an dan Hadith, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), 414-431.
Nabi Isa suci dari perbuatan kaumnya (QS. Al-Maidah 72, 75, 116, 117, QS. Az-Zukhruf : 59)
Kitab Injil diturunkan kepada nabi Isa (QS. Al-Baqarah : 136, 253, QS. Ali Imran : 3, QS. Al-maidah : 46)
B. Ayat-ayat berhubungan dengan pendidikan Maryam terhadap Isa as.
Pengutaraan kisah Maryam sebagai kejadian yang luar biasa dan ajaib dalam surat Maryam ini, diawali dengan kisah kejadian yang luar biasa dan ajaib pula, yaitu dikabulkannya doa nabi Zakaria a.s. oleh Allah s.w.t., agar beliau dianugerahi seorang putera sebagai pewaris dan pelanjut cita-cita dan kepercayaan beliau, sedang usia beliau sudah sangat tua dan isteri beliau seorang yang mandul yang menurut ukuran ilmu biologi tidak mungkin akan terjadi.
Adapun interaksi pendidikan Maryam terhadap Isa dijelaskan dalam surat Maryam ayat 27 sampai 33. Ayat-ayat tersebut menjelaskan bagaimana Maryam menggendong Isa dibawa ke tengah kaumnya, tuduhan kaumnya atas prilaku perzinaan Maryam, Isa berbicara membawa fakta kebenaran yang pada akhirnya menyelesaikan segala permasalahan antara Maryam dan kaumnya.
______________________________________________
5 Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mushhaf asy Syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Medinah Munawarah:1412H), 465-466.
Tema ayat 27 sampai 33 surat Maryam tersebut di atas secara garis besar sebagai berikut:
a) Maryam melahirkan Isa atas izin Allah.
b) Kaumnya menuduh Maryam berbuat zina.
c) Maryam mempersilahkan kaumnya bertanya langsung kepada Isa.
d) Isa berbicara menjawab tuduhan kaumnya.
e) Materi pembicaraan Isa meliputi penegasan bahwa dirinya hamba dan nabi Allah yang diberi kitab dan membawa syari’at salat, zakat dan akhlak.
C. Pendidikan Maryam terhadap Isa as.
Tema ini mencermati interaksi Maryam terhadap Isa ketika masih kecil. Maryam dilahirkan dari keluarga terhormat memiliki keistemewaan dan sekaligus keajaiban. Yakni ketika harus mengandung bayi Isa atas seizin Allah. Pendidikan Maryam terhadap Isa dimulai sejak lahir dengan berupaya keras untuk menyelamatkan status sosialnya dari tuduhan kaumnya sebagai anak hasil perzinaan.
Di saat krisis identitas sosial menyangkut harga diri Maryam dan Isa itu, solusi datang dari Isa dengan izin Allah menyanggah semua tuduhan kaumnya. Bahkan menegaskan siapa jati dirinya dan misi dalam kehidupannya. Dari perspektif pendidikan, hal ini dipahami sebagai pemberdayaan sumber belajar dan anak didik.
Gambaran di atas merupakan pembahasan integral epistemologi pendidikan anak dalam Al-Qur’an. Konstruksi epistemologi memformulasikan tujuan pendidikan, materi dan metodenya. Demikian pula menguraikan karakter pendidik, etika anak didik. Temuan epistemologi pendidikan anak antara Maryam dan Isa diuraikan sebagai berikut:
Tujuan dan Materi Pendidikan
Tujuan pendidikan dalam Islam diletakkan seirama dengan penciptaan manusia sendiri, yakni berusaha mendidik individu mukmin agar tunduk, bertaqwa, beribadah dengan baik kepada Allah sehingga bisa memperoleh kebahagiaanndi dunia dan di akhirat.6 Dengan pendidikan manusia diharapkan dapat memikul tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan dan sebagai pewaris Nabi.7 Seorang manusia adalah seorang Abdullah dan sekaligus seorang khalifatullah. Manusia yang terdidik secara Islami hanya akan menganbdi kepada Allah dan akan berbuat untuk memakmurkan alam. 8
Tujuan pendidikan anak dalam Al-Qur’an diformulasikan dari muatan materi yang diajarkan oleh masing-masing pelaku pendidikan dalam hal ini Maryam dan Isa. Materi pendidikan dalam kisah ini memuat tiga aspek yaitu 'aqidah, shari‘ah dan akhlaq (QS. Surat Maryam : 30-34). sehingga tujuan yang ingin dicapai adalah keimanan dan ketaqwaan yang kokoh, memiliki kepribadian yang saleh (personal mapun individual) serta tidak sombong.
a) Materi pembicaraan Isa bertujuan untuk misi profetik
Di samping untuk solusi atas permasalahan ibunya, pembicaraan Isa bertujuan untuk misi profetik, ialah pengokohan misi kerasulan yang diutus oleh Allah untuk manusia. Menurut al-Jauhari, perkataan Isa dimulai dengan penegasan bahwa dirinya adalah hamba Allah. Hal ini dimaksudkan untuk menyangkal pendapat yang mengatakan bahwa Isa adalah tuhan (rabb).
_______________________
6 Hery Nor Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam (Jakarta: Friska Agung Insani, 2000), 142
7 Abdul Mujib dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Penddikan Islam (Jakarta: Kencana, 2008), 84.
8 Hilmy Bakar al-Mascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin (Jakarta: Universitas Islam az-Zahra, 2001), 122
Misi kerasulan Isa dikuatkan dengan diberi kitab yang memuat ajaran syari’ah dan akhlak bagi manusia. Aspek syari’ah meliputi perintah salat dan zakat, sedangkan akhlak meliputi akhlak personal dan akhlak sosial. Aklak personal ditujukan pada interaksi pribadi dengan keluarganya. Adapun interaksi sosial secara lebih luas termasuk dalam lingkup akhlak sosial. Pada lingkup sosial ini Isa membawa nilai manfaat dan pembawa berkah bagi kehidupan manusia.
b) Pembicaraan Isa berisi materi profetik.
Meskipun Isa hanya berbicara pada saat itu secara intuitif, menurut al-Qurtubi pembicaraan Isa bertujuan utamanya untuk membebaskan ibunya dari tuduhan perzinaan. Pembicaraan Isa tidak didasarkan pada pertimbangan akalnya sendiri yang mana pada saat itu masih bayi. Oleh karenanya setelah peristiwa tersebut, Isa kembali lagi ke masa bayinya, kemudian berbicara lagi pada masanya mencapai usia anak-anak sebagaimana umumnya.
Materi profetik itu berisi penegasan tentang Isa hamba Allah, diberi kitab dan dijadikan nabi dengan membawa syari’at salat, zakat dan akhlak. Akhlak ini meliputi tindakan yang selalu membawa berkah di masyarakat, berbakti kepada kedua orang tuanya dan menjadi pemimpin yang sukses dan tidak sombong. Kedamaian dan keselamatan selalu menyertai selama hidupnya.
c) Maryam memberdayakan sumber belajar.
Setelah Maryam melahirkan I>sa dan berdiam diri selama 40 hari masa nifa>s, selanjutnya membawa I>sa menuju kaumnya. Tujuan Maryam ini agar kehadiran I>sa dapat diterima dikalangan masyarakat. Namun apa yang terjadi, sebaliknya adalah penghinaan atas Maryam dan penolakan atas status I>sa yang tidak jelas ayahnya.
Pada kondisi sulit itu Maryam berusaha memberikan klarifikasi kepada umatnya atas apa yang terjadi pada dirinya. Namun di saat umat tidak dapat mengerti dengan penjelasan Maryam, maka Maryam berupaya untuk memberdayakan sumber informasi dari I>sa yang berada dalam gendongannya. Maryam memberdayakan sumber belajar semaksimal mungkin, karena fakta dan penjelasan yang dihadirkan pada umatnya tidak mengenai sasaran. Maryam menjadikan I>sa sebagai subyek pendidik. Sementara Maryam menjadi mediator atau fasilitator yang mengarahkan anak didik dapat mengembangkan kemampuan dirinya sesuai dengan minat dan bakat yang dimiliki.
Sampai saat ini proses pendidikan kita masih menjadikan anak didik sebagai obyek pendidikan, padahal sebagaimana ditunjukkan oleh pendidikan Maryam, seharusnya menjadikan anak didik sebagai subyek pendidikan. Seorang guru semestinya banyak memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih kreatif dalam berfikir. Siswa diposisikan menjadi learner (pengajar bagi dirinya sendiri) sehingga menjadi subyek dalam proses belajar mengajar, dan guru memfungsikan diri sebagai motivator kepada siswa untuk lebih kreatif dan inovatif.
d) Isa berbicara secara obyektif.
Ketika Maryam dalam posisi terjepit karena pertanyaan-pertanyaan kaumnya, maka tanpa banyak kata-kata Maryam dengan bahasa isyarat menyuruh kaumnya untuk bertanya langsung kepada Isa. Maryam menggunakan bahasa isyarat karena pada saat itu sedang melakukan puasa tidak berkata-kata. Umatnya sangat marah sebagai reaksi atas sikap Maryam yang cenderung mengejek kepadanya, bagaimana mungkin bayi yang masih dalam gendongan dapat ditanya.
Maryam berkeyakinan bahwa pendidikan harus dilakukan secara intuitif dengan melibatkan Isa sebagai fakta dan data obyektif pendidikan untuk umatnya. Perolehan pendidikan secara intuitif diperlukan saat pendidikan secara natural tidak mungkin membawa hasil. Jalur keilmuan pendidikan diluar batas pengalaman empirik manusia diyakini sebagai fakta obyektif pendidikan. Disinilah obyektifitas perkataan Isa dipandang sebagai pendidikan secara intuitif.
2. Metode Pendidikan
Metode pendidikan di sini dipahami sebagai upaya sosialisasi pengetahuan pendidikan yang diperoleh pendidik ( Maryam) dari sumber pertama (Allah) kepada anak didik (Isa). Perolehan pengetahuan pendidikan diterima pendidik melalui intuisi dan atau wahyu. Pada tahap berikutnya, ditemukan upaya sosialisasi pengetahuan pendidikan yang terformulasikan dalam metode pendidikan. Dari berbagai kisah yang diceritakan dalam Al-Qur’an. Metode pendidikan Maryam atas I>sa menonjolkan metode dialogis-intuitif.
Metode dialogis-intuitif disimpulkan dari pendidikan Maryam kepada I>sa. Metode ini menggambarkan dialog interaktif antara Maryam dan kaumnya yang pada akhirnya melibatkan I>sa. Kehadiran I>sa untuk memberi solusi atas kejumudan komunikasi Maryam dengan kaumnya terjadi karena intuisi dari Allah. Maryam menyadari tidak mungkin menyelesaikan permasalahan yang dituduhkan kaumnya secara ilmiah-alamiah. Maryam mengandalkan kekuatan transendental dari Allah dalam bentuk intuisi kepada I>sa.
Maryam tidak melakukan tindak mendidik kepada Isa secara karena usianya masih bayi. Hanya saja Maryam memperlakukan Isa sebagai mana layaknya bayi, dengan mengasuh dan merawatnya. Dalam keyakinanya, Isa akan menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya. Oleh karenanya Maryam berharap sesuatu kekuatan terjadi pada Isa dalam bentuk mu’jizat.
Perolehan pendidikan melalui cara intuisi ini terjadi pada diri pendidik yang memiliki kualitas moral dan spritual yang tinggi. Dengan kualitas seperti itu mampu mendekatkan diri kepada Allah untuk menghadirkan kekuatan dalam mendidik anak melalui intuisi.
Pendidikan yang dilakukan maryam kepada Isa pada kasus ini -karena usianya yang masih bayi- lebih memiliki arti secara fisik, yaitu mengasuh dan membesarkannya. Menurut penilaian kaumnya yang tidak beriman, pribadi Maryam dan Isa tergolong unik (misterius). Maryam dari golongan terhormat tiba-tiba hamil tanpa ayah dan akhirnya melahirkan Isa. Namun bagi yang beriman memahaminya sebagai bagian dari sesuatu yang luar biasa (mukjizat).
Pengetahuan pendidikan yang diperoleh Maryam diperoleh dari Allah. Pada suatu ketika maryam mendapat pendidikan dari Malaikat (jibril) yang menyerupai profil manusia (surat Maryam ayat 17) Malaikat ini memberitahu Maryam akan mengandung dan melahirkan Isa yang kelak menjadi rasul Allah. Maryam dengan daya rasionalitasnya berargumen bagaimana mungkin terjadi, karena dia sangat menjaga kehormatan dirinya dan tidak pernah berhubungan dengan siapapun (surat Maryam ayat 20). Malaikatpun akhirnya meyakinkan, hal itu akan terjadi seizin Allah (surat Ali ‘Imran ayat 47). Dari peristiwa ini dipahami bahwa terjadi proses dialogis –argumentatif dalam memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, kontek pendidikan mempengaruhi ketentuan pengetahuan teks.
Isa memperoleh pengetahuan pendidikan secara untuisi saat masih bayi. Pada saat Isa sedang menyusu kepada Maryam, ia mendengar perkataan kaumnya yang menuduh ibunya berzina. Seraya Isa menghadap kepada mereka dengan menunjukan jarinya dan berkata “sesungguhnya Aku ini hamba Allah”.
Menurut riwayat al-Dahak, Isa hanya berbicara pada saat itu.9 Kemudian berbicara lagi pada masanya mencapai usia anak-anak (ghilman). Isa berbicara untuk membebaskan ibunya dari tuduhan perzinaan. Bukan berbicara atas pertimbangan akalnya sendiri yang mana pada saat itu masih bayi. Oleh karenanya setelah peristiwa tersebut, Isa kembali lagi ke masa bayinya sebagaimana layaknya manusia.
Karakter pendidik dan etika anak didik
Sifat-sifat dasar (kompetensi) pendidik anak dalam Al-Qur’a>n meliputi bijak, sabar, demokratis, psikologis dan intuitif. Dalam perspektif pendidikan, karakteristik ini dipahami dari eksplorasi pemaknaan terhadap interaksi pendidikan anak yang dilakukan Maryam.
Sifat-sifat dasar (kompetensi) pendidik anak dalam Al-Qur’a>n meliputi bijak, sabar, demokratis, psikologis dan intuitif. Dalam perspektif pendidikan, karakteristik ini dipahami dari eksplorasi pemaknaan terhadap interaksi pendidikan anak yang dilakukan Maryam.
Interaksi pendidikan ini secara tekstual dapat dilihat berikut ini:
Aksi dari Pendidik : Maryam menyuruh kaumnya bertanya kepada Isa
ô møs9Î) Nu$x©r'sù Ï
Reaksi anak didik : Isa Bericara (atas izin Allah)
ttt «!$# ßö7tã ÎoTÎ) A$s%
Hasil pendidikan : Berhasil
Maryam sebagai pendidik yang sangat patuh kepada Allah SWT. Kepatuhan Maryam dan ketaatannya kepada Allah, jaranglah tolak bandingannya di dunia ini, shalihah sejak kecilnya, jadi niat nazar dari ibunya
__________________
9 al-Tabari, Jami’u al-Bayan fiy Ta’wil al-Qur’an (Madinah al-Munawaroh: al-Risalah,2000), 80.
sejak dia masih dikandung, akan dijadikan pemelihara Rumah Allah, diasuh dan dididik oleh seorang Nabi yang Mulia, yaitu Zakariya.10 Menurut sebuah hadis dari Nabi SAW. Adalah tiga perempuan yang amat mulia, pertama Maryam binti Imran, kedua Khadijah binti Khuwailid (isteri Rasulullah saw. yang pertama), ketiga Fathimah binti Muhammad. Tetapi ada juga ahli tafsir lainnya menjelaskan bahwasannya kemuliaan Maryam di atas segala perempuan, bukanlah buat seluruh zaman, melainkan di zamannya saja. Tidak ada tolak perbandingannya.11
Sementara pendidikan Maryam terhadap I>sa lebih menekankan pada karakteristik intuitif. Pendidikan intuitif terjadi karena pendidikan secara natural tidak mungkin dilakukan. Maryam menjadikan I>sa sebagai sarana mendidik umatnya. Maryam sendiri memposisikan I>sa mampu memperoleh pengetahuan secara transendental melalui intuisi. Tindakan Maryam ini didasari atas keyakinannya, bahwa I>sa akan mengemban misi profetik yang memiliki otoritas kepribadian berupa mu’jizat.
Perolehan pendidikan pada kisah I>sa dengan Maryam mengindikasikan pada pendidikan secara intuisi. Etika lsa yang tiba-tiba aktif melakukan interaksi pendidikan dengan kaumnya terjadi karena ada kekuatan transendental yang menggerakkannya. Indikasi ini memberikan makna pada perolehan pendidikan secara intuitif, yakni diperoleh dari wahyu.
_____________________
10 Hamka, Tafsir Al Azhar Juz VI, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 2000), 334.
11 Ibid, Juz III, 233.
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian yang telah dipaparkan oleh penulis di atas, dapat disimpulkan bahwa :
Pelaku Pendidikan dalam kisah Maryam dan Isa adalah Maryam sebagai Pendidik, sedangkan Isa sebagai peserta didiknya.
Materi pendidikan yang dilakukan Maryam kepada Isa meliputi aspek 'aqidah (Keimanan kepada Allah SWT), shari’ah (Salat dan Zakat), dan akhlaq (berbakti kepada orang tua dan tidak Sombong)
Sedangkan tujuannya adalah untuk mengokohkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT, membentuk pribadi saleh (Personal maupun social), serta tidak sombong.
Akhlaq personal ditujukan pada interaksi pribadi dengan keluarganya. Pada lingkup interaksi sosial, Isa menebarkan nilai manfaat dan pembawa berkah bagi kehidupan manusia.
Metode pendidikan Maryam atas I>sa menonjolkan metode dialogis-intuitif.
Metode ini menggambarkan dialog interaktif antara Maryam dan kaumnya . Maryam mengandalkan kekuatan transendental dari Allah dalam bentuk intuisi kepada I>sa.
Kompentensi pendidik (Maryam) sangat baik, dia wanita yang utama, sholihah, dan suci, sedangkan kompetensi peserta didik (Isa) sangat ideal, hamba pilihan Allah yang diberi beberapa kelebihan atas izin Alllah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ja’far Al-Thabary. Jami’u al-Bayan fiy Ta’wil al-Qur’an. Madinah al-Munawaroh: Al-Risalah, 2000.
Hamka, Tafsir Al Azhar Juz III dan VI, Jakarta: Pustaka Panjimas, 2003.
Hanafi, Ahmad. Segi-segi Kesusastraan pada Kisah-kisah Al-Qur’an. Jakarta: Pustaka al-Husna, 1983.
Hery Nor Aly dan Munzier S, Watak Pendidikan Islam. Jakarta: Friska Agung Insani, 2000.
Hilmy Bakar al-Mascaty, Membangun Kembali Sistem Pendidikan Kaum Muslimin. Jakarta: Universitas Islam az-Zahra, 2001.
Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li thiba’at al Mushhaf asy Syarif, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Madinah al-Munawarah:1412H.
Mujib, Abdul dan Yusuf Mudzakkir, Ilmu Penddikan Islam. Jakarta: Kencana, 2008.
Nurwadjah Ahmad. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan. Bandung:Marja, 2010.
Sayyid Quttub, At-Taswir al-Fann fi al-Qur’an. Kairo: Dar al-Ma’arif, 1975.
Yusuf, Ahmad. Ensiklopedi Tematis Ayat Al-Qur’an dan Hadith. Jakarta: Widya Cahaya, 2009.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar