Senin, 10 Oktober 2011


KETENTUAN PUASA WAJIB
By sariono sby



KETENTUAN PUASA WAJIB
Created and Posted, http://referensiagama.blogspot.com
By sariono sby

1.    Pengertian Puasa Wajib
Istilah puasa berasal dari bahasa Arab, shama-yashumu-shiyaman (shaumun)  yang berarti menahan diri dari segala sesuatu. Menurut istilah ulama Fiqih, puasa adalah menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan syarat-syarat tertentu.
Puasa Wajib artinya puasa yang harus dilakukan oleh setiap muslim yang mukallaf (sudah balligh dan berakal sehat) dan mampu melaksanakannya yang jika dilakukan mendapat pahala dan jika ditinggalkan mendapat dosa. Puasa Wajib terdiri atas :
a.    Puasa Ramadlan
      Puasa Ramadlan adalah puasa yang dilakukan selama satu bulan penuh di bulan Ramadlan.   Puasa Ramadlan mulai diwajibkan pada tahun kedua Hijriyah, yakni dengan turunnya firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 183 :
                  •  …   
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu, ...”.
     Melaksanakan puasa Ramadlan merupakan pengamalan dari rukun Islam, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, بُنِيَ اْلاِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ, وَإِقَامِ الصَّلاًةِ, وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ, وَصَوْمِ رَمَضَانَ, وَحَجَّ الْبَيْتِ (رواه البخاري)
Dari Ibnu Umar Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, “Islam didirikan di atas lima dasar, bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah dan bahwa sesungguhnya Nabi Muhammad Saw. itu utusan Allah, mendirikan shalat yang lima waktu, membayar zakat, berpuasa di bulan Ramadlan dan menunaikan haji ke Baitullah“. (HR. Bukhari).
b.    Puasa Nadzar
Nadzar artinya janji seseorang tentang kebaikan, misalnya seorang siswa bernadzar jika memperoleh rangking satu maka saya akan berpuasa tiga hari. Ternyata nadzar-nya  terkabul,  maka ia wajib berpuasa sesuai dengan nadzar-nya itu.
Puasa Nadzar adalah puasa yang dilakukan oleh orang yang ber-nadzar, jika nadzarnya terkabul maka ia wajib menunaikannya. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Hajj ayat 29 :
…  …    
“...,  dan hendaklah mereka menyempurnakan nadzar-nadzar mereka, ...”.
      Sabda Rasulullah Saw. :
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيْعَ اللهَ فَلْيُطِعْهُ, وَ مَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يُعْصِهِ (رواه البخاري ومسلم)
“Barangsiapa yang bernadzar untuk mentaati Allah maka hendaklah ia kerjakan dan barangsiapa yang bernadzar untuk maksiat kepada Allah maka hendaklah ia tinggalkan“. (HR. Bukhari dan Muslim).
c.    Puasa Kifarat
Kifarat artinya tebusan yang harus dilakukan karena melanggar aturan agama, misalnya melakukan hubungan suami isteri pada siang hari di bulan Ramadlan, membunuh dengan tidak sengaja, melakukan sesuatu yang diharamkan dalam ibadah haji, melanggar sumpah dan melakukan dzihar (menyerupakan isteri dengan ibu saat melakukan hubungan suami isteri).
Puasa Kifarat artinya puasa yang wajib dilakukan oleh seseorang yang melanggar aturan agama. Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 92 :
     •      •                                                       
“dan tidak layak bagi seorang mukmin membunuh seorang mukmin (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja), dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh itu), kecuali jika mereka (keluarga terbunuh) bersedekah,  jika ia (si terbunuh) dari kaum (kafir) yang ada perjanjian (damai) antara mereka dengan kamu, Maka (hendaklah si pembunuh) membayar diat yang diserahkan kepada keluarganya (si terbunuh) serta memerdekakan hamba sahaya yang beriman. barangsiapa yang tidak memperolehnya, maka hendaklah ia (si pembunuh) berpuasa dua bulan berturut-turut untuk penerimaan taubat dari pada Allah. dan adalah Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana“.
Sabda Rasulullah Saw. :
جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِىِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ  :هَلَكْتُ يَارَسُوْلَ اللهِ, قَالَ : وَمَااَهْلَكَكَ,قَالَ  : وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِى فِى رَمَضَانَ, قَالَ  :  هَلْ تَجِدُ مَاتُعْتِقُ رَقَبَةً, قَالَ  :  لاَ, قَالَ  :  هَلْ تَسْتَطِيْعُ أَنْ تَصُوْمَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ, قَالَ  :  لاَ, قَالَ :  هَلْ تَجِدُ مَاتُطْعِمُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا, قَالَ : لاَ, ثُمَّ جَلَسَ فَأُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيْهِ تَمَرٌ, قَالَ  :  تَصَدَّقَ بِهَذَا, قَالَ  :  فَهَلْ اَعَلَى اَفْقَرَ مِنَّا, فَوَاللهِ مَابَيْنَ لاَ بَتَيْهَا اَهْلُ بَيْتٍ اَحْوَجُ اِلَيْهِ مِنَّا, فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  حَتَّى بَدَتْ اَنْيَابُهُ وَقَالَ  :إِذْهَبْ فَأَطْعِمْهُ أَهْلَكَ  (رواه البخارى ومسلم)
“Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah Saw., ia berkata, celaka saya ya Rasulallah, Nabi Saw. bertanya, apakah yang mencelakakan engkau ? laki-laki itu menjawab, saya telah bersetubuh dengan isteri saya pada siang hari di bulan Ramadlan, Nabi Saw. bertanya, sanggupkah engkau memerdekakan budak ? laki-laki itu menjawab, tidak, Nabi Saw. bertanya, kuatkah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut ? laki-laki itu menjawab, tidak, Nabi Saw. bertanya Apakah engkau mempunyai makanan untuk diberikan kepada 60 orang fakir miskin ? laki-laki itu menjawab, tidak, kemudian laki-laki itu duduk, maka Nabi Saw. memberikan bakul besar berisi kurma, Nabi bersabda, sedekahkan kurma ini !, laki-laki itu berkata, kepada siapakah,  kepada orang yang lebih miskin dari saya ? demi Allah tidak ada penduduk kampung yang memerlukan makanan selain dari kami seisi rumah, Nabi Saw. tertawa sehingga terlihat gigi serinya dan beliau bersabda, pulanglah, berikan kurma itu kepada keluargamu“. (HR. Bukhari dan Muslim).
d.    Puasa Qadla
      Qadla artinya pengganti, puasa Qadla artinya puasa yang wajib dilakukan oleh seseorang karena berbuka pada bulan Ramadlan dengan alasan adanya udzur syar’i seperti bepergian jauh, sakit, haid atau nifas. sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah ayat 184 :
…             ...  
“..., maka barangsiapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain.... “.
    Rasulullah Saw. bersabda :
عَنْ عَائِسَةَ كُنَّا نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ (رواه البخارى)
Dari Aisyah Ra. berkata, “Kami disuruh oleh Rasulullah Saw. mengqadla puasa dan tidak disuruhnya untuk mengqadla shalat“. (HR. Bukhari).




2.    Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
       Seseorang diwajibkan berpuasa apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :          
a.    Baligh (dewasa)          
b.    Berakal sehat
رُفَعَ الْـقَلَمُ عَنْ ثَلاَثٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الْمََجْنُوْنِ حَتَّى يَفِيْقَ وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَبْلُغَ (رواه أبو داود والنسائ)
“Tiga orang terlepas dari hukum, orang yang sedang tidur hingga ia bangun, orang gila hingga ia sembuh dan anak-anak hingga ia baligh“. (HR. Abu Dawud dan Nasai).

c.    Mampu berpuasa
...                     ...  
“… dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, ....“. (QS Al Baqarah ayat 185).

Adapun syarat sah berpuasa adalah sebagai berikut :
a.    Beragama Islam
b.    Mumayyiz (dapat membedakan yang baik dan yang buruk)  
c.    Suci dari haidl dan nifas
d.    Masuk waktu berpuasa
عَنْ اَنَسٍ اَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ صَوْمٍ خَمْسَةِ اَيَّامٍ فِى السَّنَةِ, يَوْمِ الْفِطْرِ وَيَوْمِ النَّحْرِ وَثَلاَثَةِ اَيَّامِ التَّشْرِيْقِ (رواه الدرقطنى)
“Dari Anas Ra. Bahwasanya Nabi Saw. telah melarang berpuasa lima hari dalam satu tahun, hari raya Idul Fitri, hari raya haji dan tiga hari tasyriq (tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah)“. (HR. Ad Daruqutni).

3.    Rukun Puasa
a.    Niat berpuasa pada  malam hari sebelum fajar,
      Sabda Rasulullah Saw. :
مَنْ لَمْ يُجْمِعِ الصِّيَامَ قَبْلَ الْفَجْرِ فَلاَ صِيَامَ لَهُ (رواه الخمسه)
”Barangsiapa yang  tidak niat puasa sebelum fajar, maka tiada puasa baginya.” (HR. Lima  perawi utama).
b.    Menahan diri dari semua yang membatalkan puasa mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Firman Allah SWT. dalam surat Al-Baqarah ayat 187 :
...    •               ...  
“...,  dan Makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam , ...”.

4.    Hal-hal Yang Membatalkan Puasa
Orang sedang yang berpuasa harus menghindari dari hal-hal yang dapat membatalkan puasa seperti   :
a.    Makan dan minum dengan sengaja
b.    Muntah dengan sengaja.
c.    Melakukan hubungan suami isteri
d.    Haidh dan nifas, meskipun hanya sesaat sebelum terbenam matahari.
e.    Keluarnya mani dengan sengaja, (onani, masturbasi).    
f.    Gila dan pingsan (tidak sadarkan diri).
g.    Memasukkan suatu benda ke dalam tubuh secara sengaja,
h.    Murtad (keluar dari agama Islam),
i.    Melihat bulan tanggal 1 Syawwal,       
j.    Berniat berbuka puasa dan membatalkan puasa.      
5.    Hal-hal Yang Membatalkan Pahala Puasa
Selain hal-hal yang dapat membatalkan puasa, orang yang berpuasa juga harus menghindari dari hal-hal yang dapat membatalkan pahala puasa seperti   :
a.    Memfitnah atau mencela
b.    Berdusta, menipu dan mencuri
c.    Menggunjing dan marah
d.    Mendengarkan cerita bohong dan keji
e.    Memandang wanita dengan syahwat
f.    Melihat perbuatan-perbuatan syahwat
6.    Hal- hal yang disunnahkan dalam puasa
a.    Menyegerakan berbuka puasa ketika matahari jelas-jelas terbenam,
عَنْ سَهْلِ ابْنِ سَعْدٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَزَّلُوا الْفِطْرَ  (رواه البخارى ومسلم)
Dari Sahl bin Saad Ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda, manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka puasa (HR. Bukhari d
“Dari Anas Ra. berkata, Rasulullah  Saw.bersabda, makan sahurlah kamu, sesungguhnya makan sahur itu mengandung berkah“. (HR. Bukhari dan Muslim).
b.    Mengakhirkan makan sahur,
عَنْ اَبِى ذَارٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, لاَيَزَالُ اُمَّتِىْ بِخَيْرٍ مَا اَخَّرُوا السَّحُوْرَ وَعَزَّلُوا الْفِطْرَ (رواه احمد)
“Dari Abu Dzar Ra. berkata, Rasulullah  Saw.bersabda, umatku senantiasa dalam kebaikan selama mereka mengakhirkan sahur dan menyegerakan berbuka“. (HR. Ahmad).
c.    Memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang puasa,
مَنْ اَفْطَرَ صَائِمًا فَلَهُ أَجْرُ صَائِمٍ وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ صَائِمٍ  شَيْئٌ (رواه الترمذى)
“Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang puasa, maka ia mendapat pahala sebanyak pahala orang yang berpuasa itu, tanpa sedikitpun mengurangi pahala orang tersebut“. (HR. At Tirmidzi).
d.    Memperbanyak shadaqah,
عَنْ اَنَسٍ قِيْلَ, يَارَسُوْلَ اللهِ صَلَّى, أَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ, قَالَ, صَدَقَةٌ فِىْ رَمَضَانَ (رواه الترمذى)
“Dari Anas Ra. berkata, seseorang bertanya kepada Rasulullah Saw., kapankah waktu shadaqah yang lebih baik ?,  beliau menjawab, shadaqah di bulan Ramadlan“. (HR. At Tirmidzi).



e.    Memperbanyak membaca Al Qur’an dan mempelajarinya,
أَفْضَلُ عِبَادَةِ أُمَّتِيْ تِلاَوَةُ ابْقُرْآنِ (رواه البيهقى )
“Sebaik-baik ibadah umatku adalah membaca Al Qur’an“. (HR. Al Baihaqi).
f.    Meninggalkan pembicaraan yang buruk dan tercela.
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّوْرِ وَالْعَمَلَ بِهِ وَالَْجَهْلَ فَلَيْسَ ِللهِ حَاجَةٌ فِىْ أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ (رواه البخارى وابوداود)
“Rasulullah  Saw.bersabda, orang yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dusta serta bodoh, Allah tidak membutuhkan lapar dan dahaga mereka“. (HR. Bukhari dan Abu Dawud).

7.    Orang-orang Yang Boleh Meninggalkan Puasa
a.    Orang yang sakit
b.    Musafir atau orang dalam perjalanan jauh
...                     ...  
“… dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu, ....“. (QS Al Baqarah ayat 185).
    Orang yang sakit dan orang yang dalam perjalanan jauh boleh tidak berpuasa dengan kewajiban mengqadha puasanya sebanyak hari yang ditinggalkannya. Waktu mengqadla puasa adalah setelah bulan Ramadlan dan tidak boleh melewati Ramadlan berikutnya.
c.    Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat berpuasa
…       …  
“… dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.…“ (QS Al Baqarah ayat 184).
    Orang tua yang sangat lemah dan tidak kuat berpuasa atau karena sakit menahun (sakit permanen), boleh tidak berpuasa dengan kewajiban membayar fidyah (shadaqah) sebanyak 3/4 liter beras atau yang disamakan dengan itu kepada fakir-miskin..
d.    Wanita hamil dan menyusui
عَنْ اَنَسٍ قَالَ, قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَضَعَ عَنِ الْمُسَافِرِ الصَّوْمَ وَشَطْرَ الصًّلاَةِ وَعَنِ الْحُبْلَى وَالْمُرْضِعِ الصَّوْمَ (رواه الخمسة)
“Dari Anas Ra. berkata, Rasulullah  Saw. bersabda, sesungguhnya Allah  telah memaafkan setengah shalat dari orang musafir dan memaafkan pula puasanya, dan Dia memberi kemurahan kepada wanita yang sedang hamil dan yang sedang menyusui“. (HR. Lima orang Ahli Hadits).
    Wanita hamil atau menyusui boleh tidak berpuasa dengan kewajiban :
1)    Wajib qadla, jika wanita hamil atau menyusui tersebut takut menimbulkan sakit bagi dirinya dan anaknya.
2)    Wajib qadla dan fidyah, jika wanita hamil atau menyusui tersebut takut menimbulkan sakit bagi anaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar