Selasa, 25 Januari 2011

FILSAFAT ILMU DAN TUJUANNYA


FILSAFAT ILMU DAN TUJUANNYA
by sariono sby


PENDAHULUAN

Filsafat dan ilmu adalah dua kata yang saling terkait, baik secara substansial maupun historis karena kelahiran ilmu tidak lepas dari peranan filsafat, sebaliknya perkembangan ilmu memperkuat keberadaan filsafat. Filsafat telah berhasil merubah pola pikir bangsa Yunani dan ummat manusia dari pandangan mitosentris menjadi logosentris. Awalnya bangsa Yunani dan bangsa lain di dunia beranggapan bahwa semua kejadian di alam ini dipengaruhi para dewa. Karena itu para dewa harus dihormati dan sekaligus ditakuti kemudian disembah. Dengan filsafat pola pikir yang selalu tergantung pada dewa diubah menjadi pola pikir yang bergantung pada rasio. Kejadian alam seperti gerhana tidak lagi dianggap sebagai kegiatan dewa yang tertidur., tetapi merupakan kejadian alam yang disebabkan oleh matahari, bulan, dan bumi pada garis yang sejajar, sehingga bayang-bayang bulan menimpa sebagian permukaan bumi.
Ternyata perubahan pola pikir mitosentris ke logosenris membawa implikasi yang tidak kecil. Alam dengan segala gejalanya yang selama ini ditakuti kemudian didekati dan bahkan dieksploitasi, sehingga ditemukan hukum-hukum alam dan teori-teori ilmiah yang menjelaskan perubahan yang terjadi, baik di jagat alam raya (makrokosmos) maupun alam manusia (mikrokosmos) . Dari penelitian jagat alam raya muncul ilmu astronomi, kosmologi, fisika, kimia dan sebagainya, sedangkan dari manusia muncul ilmu biologi, psikologi, sosiologi dan sebagainya. Ilmu-ilmu itu kemudian lebih spisifik dalam bentuk yang lebih kecil dan sekaligus semakin aplikatif dan terasa manfaatnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, Ilmu terbagi dalam beberapa disiplin, yang membutuhkan pendekatan, sifat, obyek, tujuan dan ukuran yang berbeda antara disiplin ilmu yang satu dengan yang lainnya. Pada gilirannya cabang ilmu semakin subur dengan segala variasinya. Namun tidak dapat disangkal bahwa ilmu yang terspisialisasi itu semakin menambah sekat-sekat antara disiplin ilmu dengan disiplin ilmu yang lain, sehingga muncul arogansi ilmu yang satu denga ilmu yang lain. Tidak hanya sekedar sekat-sekat antar disiplin ilmu dan arogansi ilmu, tetapi yang terjadi adalah terpisahnya ilmu dengan nilai luhur ilmu itu sendiri, yaitu untuk menyejahterakan ummat manusia. Bahkan tidak mustahil terjadi ilmu menjadi bencana bagi kehidupan ummat manusia, seperti pemanasan global dan dehumanisasi.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa satu sisi ilmu berkembang dengan pesat, di sisi lain timbul kekhawatiran yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu itu sendiri, karena tidak ada seorang pun atau lembaga yang memiliki otoritas untuk menghambat implikasi negatif dari ilmu. John Naisbitt mengatakan bahwa era informasi seperti sekarang ini menimbulkan gejala mabuk teknologi, yang ditandai dengan beberapa indikator, yaitu :
1. Masyarakat lebih menyukai penyelesaian masalah secara kilat.
2. Masyarakat takut dan sekaligus memuji teknologi.
3. Masyarakat mengaburkan perbedaan antara yang nyata dan yanag semu.
4. Masyarakat menerima kekerasan sebagai sesuatu yang wajar.
5. Masyarakat menyukai teknologi dalam bentuk mainan.
6. Masyarakat menjalani kehidupan yang berjarak dan terrenggut.
Ilmu dan teknologi dalam kontek itu kehilangan ruhnya yang fundamental karena ilmu kemudian mengeleminir peran manusia dan bahkan manusia tanpa sadar menjadi budak ilmu dan teknologi. Oleh karena itu filsafat ilmu berusaha mengembalikan ruh dan tujuan luhur ilmu agar ilmu tidak menjadi bumerang bagi kehidupan ummat manusia. Disamping itu tujuan filsafat ilmu adalah untuk mempertegas bahwa ilmu dan teknologi adalah instrumen bukan tujuan.
Sebagai suatu disiplin, filsafat ilmu pertama-tama berusaha menjelaskan unsur-unsur yang terlibat dalam proses penelitian ilmiah yaitu : prosedur-prosedur pengamatan, pola-pola argumen, metode penyajian dan penghitungan, praandaian-praandaian metafisik dan seterusnya. Selanjutnya mengevaluasi dasar-dasar validitasnya berdasarkan sudut pandang logika formal, metodologi praktis dan metafisika.
Dalam bentuk kontemporer filsafat ilmu kemudian menjadi suatu topik bagi analisis dan diskusi eksplisit yang setara dengan cabang-cabang filsataf lainnya yaitu : etika, logika dan epistemologi (teori pengetahuan).
Karena cakupan permasalahannya sangat luas, filsafat ilmu telah menarik perhatian banyak orang dari latar belakang dan minat-minat professional yang sangat berbeda-beda. Pada titik ekstrim yang satu filsafat ilmu dimasukkan ke dalam sejenis ilmu populer yang bersifat sepintas lalu (sweepeng). Hal ini terdapat dalam tulisan-tulisan Ernest Haeckel, seorang penganut evolusi Darwin. Pada titik ekstrim lainnya filsafat ilmu diperlukan sebagai perluasan dari logika formal dan analisis konseptual. Hal ini dilakukan oleh Positivisme Logis atau Empirisme Logis abad ke 20, aliran filsafat terkemuka yang memandang bahwa pengetahuan hanyalah sesuatu yang dapat diverifikasi secara ilmiah. Filsafat ilmu yang berada di kedua ekstrim ini terdapat dalam cara kerja para ilmuwan seperti pakar astrofisika Ingris, Arthur Eddington, dan pakar fisikan kuantum Jerman, Werner Heisenberg. Karya mereka telah mengantar hingga ke tapal batas pokok-pokok masalah dan menghadapkan mereka secara langsung kepada persoalan-persoalan eksistensi, status dan konsep teoritis yang sedang mereka geluti.














PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat
Sebelum membahas tentang definisi filsafat ilmu terlebih dahulu penulis uraikan tentang pengertian filsafat dan ilmu.
Kata filsafat dalam bahasa Inggris yaitu : philosophy, adapun istilah filsafat berasal dari Yunani : philosophia, yang terdiri atas dua kata : philos (cinta) atau philia (persahabatan, tertarik kepada) dan spohos (’hikmah’, kebijaksanaan, pengetahuan, keterampilan, pengalaman praktis, intelegensi). Jadi secara etimologi, filsafat berarti cinta kebijaksanaan atau kebenaran (love of wisdom). Orangnya disebut filosof yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.
Harun Nasution mangatakan bahwa kata filsafat berasal dari bahasa Arab falsafa dengan wazan (timbangan) fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian menurut harun Nasution, kata benda dari falsafa seharusnya falsafah dan filsaf. Menurutnya dalam bahasa Indonesia banyak terpakai kata filsafat, padahal bukan dari kata Arab falsafah dan bukan dari bahasa Inggris philosophy. Harun Nasution mempertanyakan apakah kata fil berasal dari bahasa Inggris dan safah diambil dari kata Arab, sehingga terjadilah gabungan keduanya, yang kemudian menimbulkan kata filsafat ?
Harun Nasution berpendapat bahwa istilah filsafat berasal dari bahasa Arab karena orang Arab lebih dahulu datang dan sekaligus mempengaruhi bahasa Indonesia dari pada orang dan bahasa Inggris. Oleh karena itu, dia konsisten menggunakan kata falsafat, bukan filsafat. Buku-bukunya mengenai ”filsafat” ditulis dengan falsafat, seperti Falsafat Agama dan Falsafat dan Mistisisme dalam Islam.
Kendati istilah filsafat yang lebih tepat adalah falsafat yang berasal dari bahasa Arab, kata filsafat sebenarnya bisa diterima dalam bahasa Indonesia. Sebab sebagian kata Arab yang diindonesiakan mengalami perubahan dalam huruf vokalnya, seperti masjid menjadi mesjid dan karomah menjadi keramat. Kerena itu perubahan huruf a menjadi i dalam kata filsafat bisa ditolelir. Lagi pula, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata filsafat menunjukkan pengertian yang dimaksud, yaitu pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segala yang ada, sebab, asal, dan hukumnya.
Istilah ”falsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni :
1. Segi semantik : perkataan filsafat berasal dari kata Arab falsafah, yang berasal dari bahasa Yunani, philosophia, yang berarti philos = cinta, suka (loving) dan sophia = pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran. Maksudnya setiap orang yang berfilsafat akan menjadi bijaksana. Orang yang cinta kepada pengetahuan disebut philosopher, dalam bahasa Arab failasuf. Pecinta pengetahuan ialah orang yang menjadikan pengetahuan sebagai tujuan hidupnya, atau dengan perkataan lain, mengabdikan diri pada pengetahuan.
2. Segi praktis : dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ”alam pikiran” atau ”alam berpikir” Berfilsafat artinya berpikir. Namun, tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh. Sebuah semboyan mengatakan bahwa ”setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab semua manusia berpikir. Akan tetapi, secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak semua manusia yang berpikir adalah filsuf.
Filsuf hanyalah orang yang memikirkan hakikat segala sesuatu dengan sungguh-sungguh dan mendalam. Tegasnya filsafat adalah hasil akal seorang manusia yang mencari dan memikirkan sesuatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya. Dengan kata lain : Filsafat adalah ilmu yang mempelajari dengan sungguh-sungguh hakekat kebanaran segala sesuatu.
Adapun pengertian pokok tentang filsafat menurut kalangan filosof adalah :
1. Upaya spekulatif untuk menyajikan suatu pandangan sistematik serta lengkap tentang seluruh realitas.
2. Upaya untuk melukiskan hakekat realitas akhir dan dasar serta nyata.
3. Upaya untuk menentukan batas-batas dan jangkauan pengetahuan sumbernya, hakekatnya, keabsahannya, dan nilainya.
4. Penyelidikan kritis atas pengandaian-pengandaian dan pernyataan-pernyataan yang
diajukan oleh berbagai bidang ilmu pengetahuan.
5. Disiplin ilmu yang berupaya untuk membantu Anda melihat apa yang Anda katakan
dan untuk mengatakan apa yang Anda lihat.
Karena sangat luasnya lingkungan pembahasan ilmu filsafat, maka tidak mustahil kalau banyak diantara ahli filsafat memberikan pengertian secara terminologi dengan berbeda-beda, baik dalam ungkapan maupun titik tekanannya. Bahkan Moh. Hatta dan Langeveld mengatakan bahwa definisi filsafat tidak perlu diberikan karena setiap orang memiliki titik tekan sendiri dalam definisinya. Oleh karena itu, biarkan saja seseorang meneliti filsafat terlebih dahulu kemudian menyimpulkan sendiri.
Pendapat ini ada benarnya, sebab intisari berfilsafat itu terdapat dalam pembahasan bukan pada definisi. Namun, definisi filsafat untuk dijadikan patokan awal diperlukan untuk memberi arah dan cakupan obyek yang dibahas, terutama yang terkait dengan filsafat ilmu. Karena itu, di sini dikemukakan beberapa definisi dari para filosof terkemuka yang cukup representatif, baik dari filsuf yang mewakili Barat maupun Timur.
1. Pythagoras (572-497 SM) adalah filosof yang pertama kali menggunakan kata filsafat, dia mengemukakan bahwa manusia dapat dibagi ke dalam tiga tipe ; mereka yang mencintai kesenangan, mereka yang mencintai kegiatan, dan mereka yang mencintai kebijaksanaan. Tujuan kebijaksanaan dalam pandangannya menyangkut kemajuan menuju keselamatan dalam hal keagamaan. Sophia mengandung arti yang lebih luas dari pada kebijaksanaan, yaitu : kerajinan, kebenaran pertama, pengetahuan yang luas, kebajikan intelektual, pertimbangan yang sehat, dan kecerdikan dalam memutuskan hal-hal yang praktis. Dengan demikian asal mula kata filsafat itu sangat umum, yang intinya adalah mencari keutamaan mental (the pursuit of mental excellence).
2. Plato (427-347 SM) mengatakan bahwa obyek filsafat adalah penemuan kenyataan atau kebenaran absolut (keduanya sama dalam pandangannya), lewat dialektika (metode metafisika dan mendatangkan atau menghasilkan pengetahuan tertinngi).
3. Al-Farabi (Wafat 950 M) seorang filosof Muslim terbesar sebelum Ibnu Sina berkata, ”Filsafat adalah lmu tentang alam maujud dan bertujuan menyelediki hakekatnya yang sebenarnya”.
4. Ibnu Rusyd (1126-1198 M) berpendapat bahwa filsafat atau hikmah merupakan pengetahuan ”otonom” yang perlu dikaji oleh manusia karena dia dikaruniai akal. Al-Qur’an filsafat mewajibkan manusia berfilsafat untuk menambah dan memperkuat keimanan kepada Tuhan.
Uraian di atas menunjukkan dengan jelas ciri dan karakter berpikir secara filosofis. Intinya adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran - sebagai alat utamanya - untuk menemukan hakekat segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.

B. Pengertian Ilmu
Ilmu berasal dari bahasa Arab : ’alima, ya’lamu, ’ilman, dengan wazan fa’ila, yaf’alu, yang berarti : mengerti, memahami dengan benar. Dalam bahasa Inggris disebut science; dari bahasa Latin scientia (pengetahuan)-scire (mengetahui). Sinonim yang paling dekat dengan bahasa Yunani adalah episteme. Jadi pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengatahuan) itu.
Adapun beberapa ciri utama pengertian ilmu menurut terminologi antara lain adalah :
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan bersifat koheren, empiris, sistematis, dapat diukur, dan dibuktikan.
2. Ilmu tidak pernah mengartikan kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling berkaitan secara logis.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya sendiri hepotesis-hepotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan..
4. Yang berkaitan dengan konsep ilmu (pengetahuan ilmiah) adalah ide bahwa metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus terbuka kepada semua pencari ilmu.
5. Ilmu adalah metodologi, sebab kaitan logis yang dicari ilmu tidak dicapai dengan penggabungan tidak teratur dan tidak terarah dari banyak pengamatan dan ide yang terpisah-pisah. Tetapi ilmu menuntut pengamatan dan berpikir metodis, tertata rapi. Alat bantu metodologis yang penting adalah terminologi lmiah. Yang disebut belakangan ini mencoba konsep-konsep ilmu.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan obyeknya.

Adapun beberapa definisi ilmu menurut para ahli, di antaranya adalah :
- Mohammad Hatta mengatakan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang teratur tentang pekerjaan hukum kausal dalam suatu golongan masalah yang sama tabiatnya, maupun menurut kedudukannya tampak dari luar, maupun menurut bangunannya dari dalam.
- Ralph Ross dan Ernest Van Den Hag, mengatakan ilmu adalah yang empiris, rasional, umum dan sistematik, dan keempatnya serentak.
- Karl Person, mengatakan ilmu adalah lukisan atau keterangan yang konprehensif dan konsisten tentang fakta pengalaman dengan istilah yang sederhana.
- Ashley Montagu, menyimpulkan bahwa ilmu adalah pengetahuan yang disusun dalam satu sistem yang berasal dari pengamatan, studi dan percobaan untuk menentukan hakekat prinsip tentang hal yang sedang dikaji.
Dari keterangan para ahli tentang ilmu di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka dan kumulatif (bersusun timbun). Mulyadi Kartanegara berpendapat bahwa objek ilmu tidak mesti selalu empiris, karena realitas itu tidak hanya yang empiris bahkan yang tidak empiris lebih luas dan dalam dibandingkan yang empiris. Karena itu, dia memasukkan teologi adalah ilmu, yang sama dengan ilmu-ilmu lainnya.

C. Pengertian Filsafat Ilmu
Setelah memahami pengertian filsafat, dan ilmu, maka dapat disimpulkan bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar lmu, sehingga filsafat ilmu perlu menjawab beberapa persoalan sebagai berikut :
1. Pertanyaan landasan ontologis:
Obyek apa yang ditelaah? Bagaimana wujud yang hakiki dari objek tersebut? Bagaimana korelasi antara objek tadi dengan daya tangkap manusia (seperti berpikir, merasa dan mengindera) yang menghasilkan ilmu? Dari dasar ontologis ini merupakan dasar untuk mengklasifikasi pengetahuan dan sekaligus bidang-bidang ilmu.
2. Pertanyaan landasan epistemologis:
Bagaimana proses pengetahuan yang masih berserakan dan tidak teratur itu menjadi ilmu? Bagaimana prosedur dan mekanismenya? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar kita mendapatkan pengetahuan yang benar? Apa yang disebut kebenaran itu sendiri? Apakah kriterianya? Cara/teknik/sarana apa yang membantu kita dalam mendapatkan pengetahuan yang berupa ilmu?
3. Pertanyaan landasarn aksiologis:
Untuk apa pengetahuan yang berupa ilmu itu dipergunakan? Bagaimana kaitan antara cara penggunaan tersebut dengan kaidah-kaidah moral? Bagaimana penentuan objek dan metode yang ditelaah berdasarkan pilihan-pilihan moral? Bagaimana korelasi antara teknik prosedural yang merupakan operasionalisasi metode ilmiah dengan norma-norma moral?
Sedangkan apabila dilihat dari sudut pandang lain, filsafat ilmu dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
1. Filsafat ilmu dalam arti luas: menampung permasalahan yang menyangkut hubungan ke luar dari kegiatan ilmiah, seperti :
- implikasi ontologik-metafisik dari citra dunia yang bersifat ilmiah;
- tata susila yang menjadi pegangan penyelengara ilmu;
- konsekwensi pragmatik-etik penyelenggara ilmu dan sebagainya.
2. Filsafat ilmu dalam arti sempit: menampung permasalahan yang bersangkutan dengan hubungan ke dalam yang terdapat dalam ilmu, yaitu yang menyangkut sifat pengetahuan ilmiah, dan cara-cara mengusahakan serta mencapai pengetahuan ilmiah.
Untuk mendapatkan gambaran singkat mengenai pengertian filsafat ilmu menurut Hartono Kasmadi dkk.dapatlah dirangkum tiga medan telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu, yaitu:
1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu, terhadap lambang yang digunakan dan terhadap struktur penalaran tentang sistem lambang yang digunakan. Dalam hal ini yang diutamakan sekali ditelaah adalah ihwal penalaran dan teorinya.
2. Filsafat ilmu adalah upaya untuk mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, sangka wacana, dan postulat mengenai ilmu dan upaya untuk membuka tabir dasar keempirisan, kerasionalan, dan pragmatisan. Aspek filsafat ini erat hubungannnya dengan hal ihwal yang logis dan epistemologis.
3. Filsafat ilmu adalah studi gabungan yang terdiri atas beberapa studi yang beraneka macam yang ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.

D. Tujuan Filsafat Ilmu
Adapun tujuan filsafat ilmu adalah sebagai berikut:
1. Mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami, sumber, hakekat, dan tujuan ilmu.
2. Memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang proses ilmu kontemporer secra historis.
3. Menjadi pedoman bagi para dosen dan mahasiswa dalam mendalami studi di perguruan tingi, terutama untuk membedakan persoalan yang ilmiah dan nonilmiah.
4. Mendorong pada calon ilmuwan dan iluman untuk konsisten dalam mendalami lmu dan mengembangkannya.
5. Mempertegas bahwa dalam persoalan sumber dan tujuan antara ilmu dan agama tidak ada pertentangan.
























KESIMPULAN

1. Walaupun definisi filsafat menurut beberapa ahli berbeda-beda, tetapi secara umum bisa dikatakan bahwa inti dari filsafat adalah upaya secara sungguh-sungguh dengan menggunakan akal pikiran-sebagai alat utamanya-untuk menemukan hakekat segala sesuatu yang berhubungan dengan ilmu.
2. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang mempunyai ciri, tanda, syarat tertentu, yaitu sistematik, rasional, empiris, universal, objektif, dapat diukur, terbuka, dan kumulatif (bersusun tumbun).
3. Bahwa filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam tentang dasar-dasar ilmu, sehingga filsafat ilmu bisa menjawab pertanyaan landasan ontologi, pertanyaan landasan epistemologis dan pertanyaan landasan aksiologis.
4. Tujuan filsafat ilmu adalah untuk mendalami unsur-unsur pokok ilmu, sehingga secara menyeluruh kita bisa memahami sumber, hakekat, dan tujuan ilmu serta memahami sejarah pertumbuhan, perkembangan dan kemajuan ilmu di berbagai bidang, sehingga kita mendapat gambaran tentang ilmu kontemporer secara historis.

http:/referensiagama.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar