Rabu, 26 Januari 2011
DINASTI MUGHOL DI INDIA
DINASTI MUGHOL DI INDIA
by sariono sby
Pendahuluan
Kerajaan Mughal di India yang pernah ada, berkembang dan mencapai zaman keemasanya dan telah memberikan kontribusi bagi perkembangan peradaban Islam. Kerajaan Mughal berdiri, berkembang dan mengalami masa keemasan kemudian mengalaami masa kemunduran dan kehancuran.
Kerajaan Mughal yang didirikan oleh Zahiruddin Babur yang kemudian digabung menjadi sebuah istilah dan digunakan untuk menunjuk pada suatu masa atau Dinasti. Adalah Kerajaan / Dinasti Mughal yang terletak di India yang berkuasa sejak tahun 1526 -1707 merupakan salah satu warisan peradaban Islam. Sebelum kedatangan Islam, India telah mempunyai hubungan perdagangan dengan masyarakat Arab. Pada saat Islam hadir, hubungan perdagangan antara India dan Arab masih diteruskan. Akhirnya India pun perlahan-lahan bersentuhan dengan agama Islam. India yang sebelumnya berperadaban Hindu, sekarang semakin kaya dengan peradaban yang dipengaruhi Islam.
Dengan hadirnya Kerajaan Mughal, maka kejayaan India dengan peradaban Hindunya yang nyaris tenggelam, kembali muncul. Dinasti Mughal berdiri tegak selama kurang lebih satu setengah abad (1526–1707 M) di India. Dalam kurun waktu tersebut, Islam telah memberi warna tersendiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas memeluk agama Hindu. Walau kini, gaung kebesaran Islam warisan dinasti Mughal memang sudah tidak terdengar lagi. Tetapi, lahirnya Negara Islam Pakistan tidak terlepas dari perkembangan Islam pada masa dinasti tersebut.
Dalam Makalah ini penulis akan mengkaji dan mendiskripsikan “ Dinasti Mughal” dengan membatasi pembahasan tentang sejarah berdiri dan kemunduranya.
P E M B A H A S A N
I. Berdirinya Dinasti Mughal di India
Asal-usul Kerajaan Mughal merupakan kelanjutan dari kesultanan Delhi, sebab ia menandai puncak perjuangan panjang untuk membentuk sebuah imperium India muslim yang didasarkan pada sebuah sintesa antara warisan bangsa Persia dan bangsa India.
Sejak Islam masuk ke India pada masa Umayyah, yakni pada masa Khalifah al-Walid I (705-715) melalui ekspedisi yang dipimpin oleh panglima Muhammad Ibn Qasim, peradaban Islam mulai tumbuh dan menyebar di anak benua India. Di sebelah Timur Muawiyah dapat menguasai daerah khusaran sampai ke sungai Oxus dan Afganistan samapi ke Kabul. Angkatan lautnya melakukan serangan – serangan ke Ibu Kota Bizantium. Konstantinopel. Ekspansi ke timur yang dilakukan Muawiyah kemudian dilanjutkan oleh Kholifah Abd al-Malik. Dia mengirim tentara menyeberangi sungai Oxus dan dapat berhasil menundukkan Balkh Bukharo Kawarizm Ferghana dan Samarkand. Tentaranya bahkan sampai ke India dan dapat menguasai Balukhistan Sind dan daerah Punjab sampai ke Maltan.
Kemudian pasukan Ghaznawiyah dibawah pimpinan Sultan Mahmud mengembangkan kedudukan Islam di wilayah ini dan berhasil menaklukkan seluruh kekuasaan Hindu dan serta mengislamkan sebagian masyarakat India pada tahun 1020 M”. Setelah Gaznawi hancur muncullah beberapa dinasti kecil yang menguasai negeri India ini, seperti Mamluk (1206-1290M), Khalji (1296-1316 M ), Tuglug (1320-1412 M ), dan dinasti-dinasti lain.
Hal ini menunjukkan bahwa Kerajaan Mughal bukanlah kerajaan Islam pertama di India. Jika pada dinasti-dinasti sebelumnya Islam belum menemukan kejayaannya, maka kerajaan ini justru bersinar dan berjaya.
Keberadaan kerajaan ini dalam periodisasi sejarah Islam dikenal sebagai masa kejayaan kedua setelah sebelumnya mengalami kecemerlangan pada dinasti Abbasiyah.
Kerajaan ini didirikan oleh Zahiruddin Babur, seorang keturunan Timur Lenk (1482-1530 ) . Ayahnya bernama Umar Mirza adalah penguasa Farghana, sedang ibunya keturunan Jenghis Khan. Ayahnya bernama Umar Mirza, penguasa Ferghan. Menurut Abu Su'ud, Timur Lenk pernah ke India pada tahun 1399, namun karena iklim yang tidak cocok ia akhirnya meninggalkan India.
Babur bukanlah orang India. Syed Mahmudunnasir menulis, "Dia bukan orang Mughal. Di dalam memoriarnya dia menyebut dirinya orang Turki. Akan tetapi, cukup aneh, dinasti yang didirikannya dikenal sebagai dinasti Mughal. Sebenarnya Mughal menjadi sebutan umum bagi para petualang yang suka perang dari Persia di Asia tengah. "Ensiklopedia Islam bahkan menyebutkan “Mogul (Mughal-pen) didirikan oleh seorang penjajah dari Asia Tengah, Muhammad Zahiruddin Babur dari etnis Mongol.”
Dari pendapat di atas, sesuatu yang dapat disepakati bahwa Kerajaan Mughal merupakan warisan kebesaran Timur Lenk, dan bukan warisan keturunan India yang asli. Meskipun demikian, Dinasti Mughal telah memberi warna tersendiri bagi peradaban orang-orang India yang sebelumnya identik dengan agama Hindu
Babur mewarisi daerah Ferghana dari orang tuanya ketika ia masih berusia 11 tahun. Ia berambisi dan bertekad akan menaklukkan Samarkand yang menjadi kota penting di Asia masa itu. Pada mulanya ia mengalami kekalahan tetapi karena mendapat bantuan dari Raja Safawi Ismail I, akhir¬nya ia berhasil menaklukkan Samarkand tahun 1494 M. Pada tahun 1504 M ia menduduki Kabul, ibu kota Afghanistan.
Zahiruddin Babur mengambil alih kekuasaan dari Dinasti Lodi pimpinan Ibrahim Lodi yang tengah berkuasa di India. India pada saat itu tengah dilanda krisis sehingga stabilitas pemerintahan menjadi kacau. Alam Khan, paman dari Ibrahim Lodi, bersama-sama Daulat Khan, Gubernur Lahore, mengirim utusan ke Kabul, meminta bantuan Babur untuk menjatuhkan pemerintahan Ibrahim di Delhi.
Babur berhasil menaklukkan Punjab pada tahun 1525 M. Kemudian pada tahun 1526, dalam pertempuran di Panipat, Babur memperoleh kemenangan dari tangan Ibrahim Lodi. Ibrahim sendiri terbunuh pada pertempuran itu”. Babur bersama pasukannya memasuki kota Delhi untuk menegakkan pemerintahan di kota ini. Dengan ditegakkannya pemerintahan Babur di kota Delhi, maka berdirilah Kerajaan Mughal di India pada tahun 1526 M.
Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor berdirinya Kerajaan Mughal adalah: Ambisi dan karakter Babur sebagai pewaris keperkasaan ras Mongolia Sebagai jawaban atas krisis yang tengah melanda India.
Zahiruddin Babur (1526-1530 M) adalah raja pertama sekaligus pendiri Kerajaan Mughal. Masa kepemimpinannnya digunakan untuk membangun fondasi pemerintahan. Awal kepemimpinannya, Babur masih menghadapi ancaman pihak-pihak musuh, utamanya dari kalangan Hindu yang tidak menyukai berdirinya Kerajaan Mughal. Orang-orang Hindu ini segera menyusun kekuatan gabungan, namun Babur berhasil mengalahkan mereka dalam suatu pertempuran. Sementara itu dinasti Lodi berusaha bangkit kembali menentang pemerintahan Babur dengan pimpinan Muhammad Lodi. Pada pertempuran di dekat Gogra, Babur dapat menumpas kekuatan Lodi pada tahun 1529 M . Setahun kemudian yakni pada tahun 1530 M. Babur meninggal dunia.
Sepeninggal Babur, tahta Kerajaan Mughal diteruskan oleh anaknya yang bernama Humayun. Humayun memerintah selama lebih dari seperempat abad (1530-1556 M). Pemerintahan Humayun dapat dikatakan sebagai masa konsolidasi kekuatan periode I. Sekalipun Babur berhasil mengamankan Mughal dari serangan musuh, Humayun masih saja menghadapi banyak tantangan. Ia berhasil mengalahkan pemberontakan Bahadur Syah, penguasa Gujarat yang bermaksud melepaskan diri dari Delhi. Pada tahun 1450 M. Humayun mengalami kekalahan dalam peperangan yang dilancarkan oleh Sher Khan dari Afganistan. Dia melarikan diri ke Persia
Di pengasingan ia kembali menyusun kekuatan. Pada saat itu Persia dipimpin oleh penguasa Safawiyah yang bernama Tahmasp. Setelah lima belas tahun menyusun kekuatannya dalam pengasingan di Persia, Humayun berhasil menegakkan kembali kekuasaan Mughal di Delhi pada tahun 1555 M. Ia mengalahkan kekuatan Khan Syah. Setahun setelah itu, yakni pada tahun 1556 M. Humayun meninggal dunia karena terjatuh dari tangga perpustakaanya, Din Panah Ia digantikan oleh putranya Akbar.
Akbar (1556-1605 M) pengganti Humayun adalah raja Mughal paling kontroversial. Masa pemerintahannya dikenal sebagai masa kebangkitan dan kejayaan Mughal sebagai sebuah dinasti Islam yang besar di India.
Ketika menerima tahta kerajaan ini Akbar baru berusia 14 tahun, sehingga seluruh urusan pemerintahan dipercayakan kepada Bairam Khan, seorang penganut Syi'ah. Di awal masa pemerintahannya, Akbar menghadapi pemberontakan sisa-sisa keturunan Sher Khan Shah yang masih berkuasa di Punjab. Pemberontakan yang paling mengancam kekuasaan Akbar adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Himu yang menguasai Gwalior dan Agra. Pasukan pemberontak berusaha memasuki kota Delhi. Bairam Khan menyambut kedatangan pasukan tersebut sehingga terjadilah peperangan dahsyat yang disebut Panipat II pada tahun 1556 M. Himu dapat dikalahkan dan ditangkap, kemudian dieksekusi. Dengan demikian, Agra dan Gwalior dapat dikuasai penuh.
Setelah Akbar dewasa ia berusaha menyingkirkan Bairam Khan yang sudah mempunyai pengaruh sangat kuat dan terlampau memaksakan kepentingan aliran Syi'ah. Bairam Khan memberontak, tetapi dapat dikalahkan oleh Akbar di Jullandur tahun 1561 M. Setelah persoalan-persoalan dalam negeri dapat diatasi, Akbar mulai menyusun program ekspansi. Ia berhasil menguasai Chundar, Ghond, Chitor, Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh, Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Wilayah yang sangat luas itu diperintah dalam suatu pemerintahan militeristik.
Keberhasilan ekspansi militer Akbar menandai berdirinya Mughal sebagai sebuah kerajaan besar. Dua gerbang India yakni kota Kabul sebagai gerbang ke arah Turkistan, dan kota Kandahar sebagai gerbang ke arah Persia, dikuasai oleh pemerintahan Mughal. Menurut Abu Su'ud, dengan keberhasilan ini Akbar bermaksud ingin mendirikan Negara bangsa (nasional). Maka kebijakan yang dijalankannya tidak begitu menonjolkan spirit Islam, tetapi bagaimana mempersatukan berbagai etnis yang membangun dinastinya. Keberhasilan Akbar mengawali masa kemajuan Mughal di India.
Kemajuan yang dicapai Akbar masih dapat dipertahankan oleh tiga Sultan berikutnya, yaitu Jehangir ( 1605 – 1628 M ), Syah Jehan ( 1628 – 1658 M ), dan Aurangzeb ( 1658 – 1707 M ). Tiga Sultan pnerus Akbar ini memang terhitung raja – raja yang besar dan kuat. Setelah itu, kerajaan Mughal tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
II. Kemunduran Dinasti Mughal
Pada masa Aurangzeb, pemberontakan terhadap pemerintah pusat memang sudah muncul, tetapi dapat diatasi pemeberontakan itu bermula dari tindakan – tindakan Aurangzeb yang dengan keras menerapkan pemikiran puritanismenya. Setelah ia wafat, penerusnya rata – rata lemah dan tidak mampu menghadapi problema yang ditinggalkannya. Sepeninggal Aurangzeb (1707 M), tahta kerajaan di pegang oleh Muazzam, putra tertua Aurangzeb yang sebelumnya menjadi penguasa di Kabul. Putra tertua Aurangzeb ini kemudian bergelar Bahadur Syah ( 1707 – 1712 M). ia menganut aliran Syi’ah pada masa pemerintahannya yang berjalan selama lima tahun, ia dihadapkan pada perlawanan penduduk Lahore karena sikapnya yang terlampau memaksakan ajaran Syi’ah kepada mereka (Ikram, 1967:254-255). Setelah Bahadur Syah meninggal, dalam jangka waktu yang cukup lama, terjadi perebutan kekuasaan di kalangan keluarga istana. Bahadur Syah diganti oleh anaknya, Azimus Syah. Akan tetapi, pemerintahannya ditantang oleh Zulfiqar Khan, putra Azad Khan, Wazir Aurangzeb. Azimur Syah meninggal tahun 1712 M, dan digantikan oleh putranyam Jihandar Syah, yang mendapat tantangan dari Farukh Siyar, adiknya sendiri. Jihandar Syah dapat disingkirkan oleh Farukh Siyar tahun 1713 M. Farukh Siyar berkuasa sampai 1719 M dengan dukungan kelompok Sayyid, tapi ia tewas di tangan para pendukungnya sendiri (1719M). sebagai penggantinya diangkat Muhammad Syah (1719-1748 M). Namun ia dan pendukungnya terusir oleh suku Asyafar di bawah pimmpinan Nadir Syah yang sebelumnya telah berhasil melenyapkan kekuasaan Safiwi di Persia. Keinginan Nadir Syah untuk menundukkan kerajaan Mughal terutama karena menurutnya, kerajaan ini banyak sekali memberikan bantuan kepada pemberontak Afghan di daerah Persia (Hamka, 1981:163). Oleh karena itu, pada tahun 1739 M, dua tahun setelah menguasai Persia, ia menyerang kerajaan Muaghal.
Muhammad Syah tidak dapat bertahan dengan mengaku tunduk kepada Nadir Syah. Muhammad Syah kembali berkuasa di Delhi, setelah ia bersedia memberi hadiah yang sangat banyak kepada Nadir Syah. Kerajaan Mughal baru dapat melakukan resrorasi kembali, terutama setelah jabatan wazir dipegang oleh Chin Qilich Khan yang bergelar Nizam al – Mulk (1722-1732 M). kerena mendapat dukungan dari Marathas. Akan tetapi tahun 1732 M, Nizam Al – Mulk meninggalkan Delhi menuju Hiderabad dan menetep di sana.
Konflik – konlfik yang berkepanjangan mengakibatkan pengawasan terhadap daerah lemah. Pemerintah daerah satu persatu melepaskan loyalitasnya dari pemerintah pusat, bahkan cenderung memperkuat posisi pemerintahannnya masing – masing. Hiderabad dikuasai Nizam al – Mulk, Marathas di kuasai Shivaji, Rajput menyelenggarakan pemerintahan sendri di bawah pimpinan Jai Singh dari Amber, Punjab di kuasi oleh kelompok Sikh. Oudh dikuasai oleh Sadat Khan, Bengal dikuasai oleh Syuja’al Din menantu Mursyid Qulli, penguasa Bengal yang diangkat Aurangzeb. Sementara wilayah – wilayah pantai banyak di kuasai para pedagang asing, terutama EIC dari Inggris.
Setelah Muhamamad Syah meninggal, tahta kerajaan dipegang oleh Ahmad Syah ( 1748 – 1754 M ) Kemudian diteruskan oleh Almaghir II ( 1754 – 1759M), dan kemudian dteruskan oleh Syah Alam (1761 – 1806 M). pada tahun 1761 M, kerajaan Mughal diserang oleh Ahmad Khan Durrani dari Afghan. Kerajaan mughal tidak dapat bertahan dan sejak itu Mughl berada di bawah kekuasaan Afghan. Meskipun Syah Alam tetap diijinkan memakai gelar sultan.
Ketika kerajaan Mughal memasuki keadaan yang lemah seperti ini, pada tahun itu juga, perusahaan Inggris (EIC) yang sudah semakin kuat mengangkat senjata melawan pemerintah kerajaan Mughal. Peperangan berlangsung berlarut – larut. Akhirnya, Syah Alam membuat perjanjian damai dengan menyerahkan Qudh, Bengal dan Orisa kepada Inggris (Hamka, 1981 : 163). Sementara itu, Najib al - Daula, wazir mungal di kalahkan oleh aliansi Sikh – Hindu, sehingga Delhi di kuasai oleh Sindhia dari marathas. Akan tetapi Sindhia dapat dihalau kembali oleh Syah Alam dengan bantuan Inggris ( 1803 M) (( Ikram, 1967 : 286).
Syah alam meninggal tahun 1806 M. tahta kerajaan selanjutnya dipegang oleh Akbar II ( 1806 – 1837 M). Pada masa pemerintahannya Akbar memberi konsesi kepada EIC untuk mengembangkan usahanya di anak benua India sebagaimana yang diinginkan Inggris, tapi pihak perusahaan harus menjamin kehidupan raja dan keluarga istana. Dengan demikian, kekuasaan sudah berada di tangan Inggris, meskipun kedudukan dan gelar sultan dipertahankan. Bahadur Syah ( 1837 – 1858M), penerus Akbar tidak mnerima isi perjanjian antara EIC dengan ayahnya itu, sehingga terjadi konflik antara kedua kekuatan tesebut.
Pada waktu yang sama , pihak EIC mengalami kerugian, karena penyelenggaraan administrasi perusahaan yang kurang efisien, padahal mereka harus tetap menjamin kehidupan istana. Untuk menutupi kerugian dan sekaligus memenuhi kebutuhan istana, EIC mengadakan pungutan yang tinggi terhadap rakyat secara ketat dan cenderung kasar. Karena rakyat merasa di tekan maka mereka, baik beragama Hindu maupun Islam bangkit mengadakan pemberontakan. Mereka meminta kepada Bahadur Syah untuk menjadi lambang perlawanan itu dalam rangka mengembalikan kekuasaan kerajaan Mughal di India. Dengan demikian, terjadilah perlawan rakyat India terhadap kekuatan inggris pada bulan Mei 1857 M. Perlawanan mereka dipatahkan dengan mudah, karena inggris mendapat dukungan dari beberapa penguasa local Hindu dan Muslim. Inggris kemudian menjatuhkan hukuman yang kejam terhadap para pemberontak. Mereka diusir dari kota Delhi. Rumah – rumah ibadah banyak yang dihancurkan, dan Bahadur Syah, raja Mughal terakhir, diusir dari istana (1858M). Dengan demikian berakhirlah sejarah kekuasaan Dinasti Mughal di daratan India dan tinggallah disana umat Islam yang harus berjuang mempertahankan esitensi mereka.
P E N U T U P
1. Dinasti Mughal adalah sebuah kerajaan yang didirikan oleh “Muhammad Zahiruddin Babur”, seorang keturunan Timur Lenk, Ayahnya bernama “ Umar Mirza adalah penguasa Fergana, dan ibunya keturunan Jengis Khan. Pada masa kepemimpinan “Akbar” ( 1556-1605 M ), kerajaan Mughal mencapai masa keemasan dan kemajuan, dan masih dapat dipertahankan oleh tiga penerusnya, yaitu : “ Sultan Jehangir “ ( 1605-1628 M ), “Sultan Syah Jehan ( 1628-1658 M), dan “Sulatan Aurangzeb” ( 1658-1707 M). Ketiga Sultan penerus Akbar, memang terhitung “raja – raja besar dan kuat” namun tidak dapat dipertahankan oleh raja-raja berikutnya.
2. Kekuasaan Dinasti Mughal berakhirr pada masa pemerintahan Bahadur Syah tahun 1858 M, setelah tidak mampu untuk mengadakan perlawanan terhadap kekuatan Inggris. Runtuhnya kekuasaan Mughal ini terjadi karena beberapa faktor yang membawa kepada kehancurannya, antara lain
- Terjadinya stagnasi dalam pembinaan kekuatan militer sehingga tidak mampu memantau operasi militer Inggris.
- Kemerosotan moral dan hidup mewah dikalangan elite politik
- Para pewaris tahta kerajaan pada paro terakhir adalah orang-orang yang lemah dalam bidang kepemimpinan
http://referensiagama.blogspot.com
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar