PERANG SALIB DAN PERIODESASINYA
By Sariono Sby
PENDAHULUAN
Peristiwa gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa Manzikart, tahun 464 H / 1071. Tentara Alp Arselan yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi, Ghuz, Al-Akraj, Al–H{ajr, Prancis dan Armenia, menanamkan benih permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam yang kemudian mencetuskan perang salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti Saljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun 471 H. dari kekuasaan Dinasti Fa>t}imiyyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Saljuk menetapkan beberapa peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana, peraturan itu dirasakan sangat menyulitkan mereka.
Pada tanggal 25 Nopember 1095 M. di Konsili, Clermont, Paus Urban II menyerukan perang salib pertama untuk merebut kota suci Yerussalem dari kaum Muslim. Bagi Eropa Barat, seruan itu merupakan seruan penting dan menentukan. Sambutan terhadap seruan Paus Urban itu sungguh luar biasa. Pada musim semi tahun 1096 M., berangkatlah lima pasukan yang terdiri dari 60.000 tentara dan disusul lagi lima kelompok pasukan terdiri dari 100.000 tentara dan satu pasukan lagi terdiri dari para pendeta dan peziarah.
PEMBAHASAN
A. PERIODISASI PERANG SALIB
Para sejarawan saling berbeda pendapat dalam menetapkan periodisasi perang salib. Ahmad Shalabi> dalam bukunya al-hada>rah al-isla>miyyah membagi periodisasi perang salib menjadi tujuh periode. Sementara itu Philip K. Hitti memandang perang salib berlangsung terus menerus dengan kelompok bervariasi. Meskipun demikian Hitti berusaha membuat periodisasi perang salib dengan menyederhanakan pembagiannya dalam tiga periode. Oleh karena itu penulis disini lebih cenderung pada pendapat Hitti yang membagi periodisasi perang salib menjadi tiga periode.
I. Perang Salib I (1096-1144 M)
Perang salib atau The Crusades atau al-Hurub al Salibiyah merupakan peperangan yang dilakukan oleh orang Kristen dari bagian barat Eropa kepada orang Islam di wilayah Asia Barat (timur tengah) antara tahun 488-690H atau 1095-1291M.
Peperangan ini diberi nama"Perang Salib"karena tentara-tentara Kristen memakai salib di leher atau menulis salib di dada atau memakai selendang merah di bahu dengan gambar salib.
Sejarah peperangan antara orang Islam dengan non-muslim sudah dimulai sejak zaman nabi Muhammad S.A.W antara lain perang Mu'tah dan perang Tabuk, setelah itu diikuti dengan penaklukan Byzantine termasuk Shiria dan Mesir pada zaman Khalifah Umar. Dalam ekspedisi penaklukan ini tentara Islam berhasil menguasai Baitul Maqdis di Palestina, Hal ini membuat orang Kristen marah karena merupakan tanah suci bagi kaum Kristiani.
Pihak Atabeg Seljuk telah menghalangi orang Kristiani menziarahi tanah suci Baitul Maqdis dengan cara mengenakan cukai yang tinggi bagi orang yang melalui wilayah –wilayah sebelum sampai ke Baitul Maqdis. Kemarahan orang Kristen semakin memuncak dengan adanya penghancuran gereja suci oleh kerajaan Fatimiyyah pada tahun 1009 M, dimana gereja tersebut dibangun di atas makam nabi Isa as. Oleh karena motif-motif agama, ekonomi dan juga politik. inilah yang menyebabkan terjadinya perang salib.
Seorang pendeta bernama Peters Amiens dilantik oleh Paus Urban II sebagai propagandis bagi menaikkan semangat orang Kristen di Eropa. Disamping itu Kaisar Alexius Comnenus di Constantinopel juga menyeru seluruh raja di Eropa agar memerangi orang – orang Islam, dengan cara ini kerajaan Byzantine (Romawi Timur) dapat diselamatkan dari tangan tentara Seljuk Islam. Pada tahun 1095M, atas seruan atau khotbah Paus Urban II telah diadakan pertemuan besar-besaran di Clermont (Perancis Selatan) yang dihadiri tokoh-tokoh agama Kristen dan pembesar-pembesar negeri untuk merancang serangan kepada orang islam. Dalam seruannya Paus Urban II menyerukan bahwa setiap orang yang ikut dalam perang akan dilindungi segala harta bendanya oleh pihak gereja dengan demikian kaum keluarganya yang ditinggal akan dilindungi oleh gereja juga, segala dosa dan peluang walau sebesar apapun akan diampuni dan mereka yang berkorban akan dimasukkan ke dalam surga, sehingga ramailah yang mendaftarkan diri untuk pergi berperang baik tua maupun muda.
Sedangkan pada masa itu pemerintahan kerajaan Seljuk dalam keadaan berpecah belah, keadan ini sudah tentu memudahkan kerja tentara salib untuk menghancurkan orang Islam. Bagi pihak kerajaan Fatimiyyah di Mesir merasa gembira dengan serangan-serangan tentara salib ke Shiria karena dengan serangan itu akan berakhir kuasa Seljuk di wilayah itu dan selanjutnya Seljuk yang akan memerintahnya.
Sebelum perang salib terjadi, tentara Norman yang memerintah di selatan Italia telah berhasil menaklukkan pemerintahan Islam di pulau Sicilia pada tahun 1091M. Dengan berhasil menaklukkan pemerintahan Islam di pulau Sicilia kepada tangan Kristen telah memberi perangsang yang kuat kepada mereka untuk meneruskan perluasan daerah jajahan.
Pada tahun 1096M telah berkumpul di ibukota Constantinopel sebanyak 25.000 orang tentara dibawah pimpinan Godfrey of Buillon dan beberapa yang lain diantaranya Baldwin I, Count Raymond, Bohemond, Graaf Toulouse, Tancred, Robert Hertog dan lain-lain.
Pada awal Agustus 1096M tentara salib menyerang selat Bosporus menghadapi tentara Suljuk dalam serangan pertama gagal, akan tetapi mereka berhasil dalam serangan kedua untuk menaklukkan kawasan-kawasan seperti Armenia, Roha, Nicia, Antakiyah (Antioch), Alippo (Halab), dan kawasan-kawasan di hulu sungai al-Furat. Kawasan-kawasan itu telah dikuasai dengan mudah oleh tentara salib karena pihak Seljuk tidak mendapatkan bantuan dari kerajaan pusat Baghdad. Tentara salib telah melakukan keganasan dengan membunuh orang Islam tanpa belas kasihan, seperti tentara Norman atas orang Islam Sicilia.
Pada tahun 1099 M Godfrey dengan mudahnya memasuki kota Baitul Maqdis tanpa mendapat tantangan serius dari tentara Islam, dan tentara Godfrey mendapatkan bantuan 12 kapal perang Italia, pada tahun itu juga beberapa kota lain telah jatuh ke tangan mereka di bawah pimpinan Count Raymond
Godfrey kemudian dilantik menjadi raja di Baitul Maqdis, kemudian digantikan oleh Baldwin I, sedangkan Count Raymond dilantik sebagai pemimpin di Antakiyah. Baldwin I memerintahkan Count Raymond untuk menaklukkan Tripoli dapat ditaklukkan. Dengan demikian hampir seluruh wilayah Shiria, Palestina, dan kawasan-kawasan sekitarnya jatuh ke tangan tentara Kristen. Kemenangan pasukan salib dalam periode ini telah mengubah peta dunia Islam dan situasi di kawasan itu.
II. Perang Salib II (1144-1192 M)
Hampir setengah abad dari tahun 492-542H/1099-1147M Baitul Maqdis diduduki oleh tentara salib , pada masa itu orang Islam hidup menderita di bawah pemerintahan orang Kristen. Kekuatan orang Islam muncul dengan kelahiran seorang tokoh bernama Imad al-Din Zanki seorang politikus yang menjadi gubernur Mawsil, utara Iraq sejak tahun 1127 M. Pada tahun 1144 M Zanki telah berhasil menaklukkan Edessa dan beberapa kawasan di wilayah Shiria dari tangan orang Kristen. Kemudian pada tahun 1146 M Zanki mati dibunuh oleh seorang hambanya, daerah kekuasaannya dibagikan kepada dua orang anaknya yakni: Saif al-Din al-Ghazi dan Nur al-Din Muhammad, Saif al-Din memerintah di Mesopotamia (jazirah), sementara Nur al-Din memerintah di Shiria.
Nur al-Din sebagai pemimpin Islam patuh pada ajaran agama, dan mempunyai semangat jihad yan tinggi untuk membebaskan bumi Palestina dari kekuasaan tentara Kristen. Nur al-din telah Berjaya membebaskan semua wilayah Edessa setelah terjatuh kepada tangan tentara salib beberapa tahun setelah kematian Zanki. Penawanan Edessa oleh orang Islam tersebutlah yang membuat kemarahan orang Kristen dan mereka kemudian bergabung dengan St Bernard of Clairvaux dibawah pimpinan Pope Eugene III.
Pada tahun 1146 M raja Louis VII dari Perancis dan Hohenstaufen Conard II turut memberi dukungan moral kepada tentara salib. Dalam perjalanan ke Hongaria banyak tentara Kristen yang menderita sakit dan hanya sebagian kecil yang dapat meneruskan perjalanan ke Baitul Maqdis dan disana mereka merancang untuk menyerang Damsyik dimana ketika itu Damsyik dipimpin oleh Mu’in al-Din Anar, seorang keturunan Mamluk wakil kerajaan Buriyah pimpinan Mujr al-Din keturunan Atabeq Seljuk. Pada saat menyerang Damsyik tentara Salib terjadi perpecahan antara sesama mereka, sehingga kesempatan ini digunakan oleh Mu'in al-Din untuk menggempur tentara Salib.
Sedangkan pihak Count Raymond yang memerintah di Tripoli,Shiria telah diancam oleh Count Bertrand of Toulose yang memerintah kawasan Arimah. Raymond meminta bantuan Nur al-Din dan Mu'in al-Din, kesempatan ini diambil untuk menyerang tentara salib. Dalam serangan ini tentara Islam Berjaya menawan Arimah dan menangkap Raymond dan dibawa ke Aleppo.
Pada tahun 564H/ 1169 M., khalifah al-'Adi>d, khalifah kerajaan Fatimiyyah yang terakhir, meminta bantuan Shirkhuh mempertahankan negeri Mesir dari serangan tentara Salib, dalam peperangan ini Shirkuh mencapai kejayaan cemerlang dan seterusnya beliau dilantik menjadi wazir kerajaan Fatimiyyah untuk menggantikan Shawar hanya dua bulan beliau wafat dan digantikan oleh S{ala>h}uddi>n.
Pada periode kedua peperangan dimenangkan oleh umat Islam yang dipimpin oleh S}ala>huddin al-Ayyubi. Beberapa wilayah yang pernah dikuasai tentara Salib dapat direbut kembali. Sehingga perjanjian shulh al-ramlah pada 1192 M. antara kedua belah pihak terjadi, dengan kesepakatan bahwa orang Kristen yang berziaroh ke Baitul Maqdis tidak akan diganggu.
Periode S}ala>huddin al-Ayyubi : Perang Salib terbesar
Nama lengkap S{ala>h}uddi>n Yusuf Bin Amir Najm al-Din Ayyub yang bergelar al-Malik al-Nashr. Sala>huddi>n memiliki kemampuan da energy yang luar biasa, hal ini ditunjukkan dalam kapasitas organisasi dan leadership-nya. Beliau dilantik menjadi wazir kerajaan Fatimiyyah untuk menggantikan Shirkuh dan pada masa itu pula dilantik dengan menjadi panglima tentara Shiria oleh Nur al-Din dan bergelar Saladin.
S{ala>huddi>n dilahirkan di Trakit pada tahun 532H/1138M dari keturunan suku Kurdi,pernah menjadi Gubernur Ba'labaek pada zaman Zanki. S{ala>huddi>n telah terlibat dalam peperangan di kawasan Mesir, Palestina dan Shiria, dan telah menyatukan umat Arab dan Islam serta mengukuhkan mereka yang tidak pernah dilakukan oleh pemimpin-pemimpin sebelumnya untuk menghadapi perang salib.
S{ala>huddi>n mulai terkenal pada tahun 559H/ 1164 pada saat beliau mengikuti perjalanan bersama Shirkuh dibawah Nur al-Din dari Shiria untuk menentang tentara salib. Dalam perjalanan ini tentara S{ala>h}uddi>n berkubu di JIzah sementara tentara salib pimpinan Amaury I berkubu di Fustat dalam peperangan ini S{ala>huddi>n Berjaya menewaskan Amaury I.
Dari jizah, Kaherah, S{ala>h}uddi>n meneruskan ke Iskandariyah bersama Shirkuh dan Iskandariyah ditaklukkan,bersamaan itu Syirkuh melanjutkan ke selatan Mesir dan memerintahkan S{ala>h}uddi>n untuk menjaga Iskandariyah. Sepeninggalan Shirkuh tentara salib menyerang Iskandariyah, namun sebelumnya telah diadakan perjanjian antara orang Islam dan Kristen pada bulan Syawal 562H/Agustus1167M, perjanjian ini diminta pihak Kristen karena mereka takut diserang oleh tentara Nur al-Din dari Shiria.
Pada bulan Muharram 564H/ Nopember1168 M tentara salib melanggar perjanjian dengan menyerang Bilbays dan banyak penduduk dibunuh, sehingga membuat kemarahan dan mempersiapkan serangan balik oleh wazir Mesir bernama Shawar dengan meminta bantuan Nur al-Din tentara salib pimpiunan Amaury mundur pada 1 Rabiulakhir 564H/ 2 Januari 1169M pada saat itu pula Shawar mencoba untuk membunuh Shirkuh hal ini dapat diketahui oleh S{ala>huddi>n dan akhirnya menyerang dan membunuh Shawar.
Setelah kematian Shawar pada 17 Rabiulakhir 564 H/18 Januari 1169 M. Khalifah al-Adid melantik Shirkuh menjadi wazir dan selanjutnya digantikan oleh S{ala>h}uddi>n dan dilantik pula menjadi panglima angkatan tentara Shiria, sejak itu nama S{ala>h}uddi>n menjadi masyhur. Pihak orang Kristen Mesir menyadari bahaya kenaikan S{ala>h}uddi>n menjadi panglima perang, kemudian meminta bantuan dari Eropa seperti Perancis, Jerman, Inggris, dan Italia dan bergabung dengan tentara Byzantine untuk menyerang Mesir. Bagi pihak Mesir S{ala>h}uddi>n mendapat bantuan dari Nur al-Din di Shiria. Pada peperangan ini tentara salib pimpinan Amaury terpaksa menarik diri dan membuat perjanjian damai dengan membayar uang upeti kepada S{ala>h}uddi>n.
Pada tahun 1172 M S{ala>h}uddi>n menyerang pelabuahan Aylan di pantai laut merah untuk merintis jalan ke Palestina dan setelah itu Nur-al Din meminta bantuan S{ala>h}uddi>n untuk menyerang kubu pertahanan tentara salib di kerak dan shawbak yang terletak di timur Yordania, hal ini tidak dapat dilakukan karena S{ala>h}uddi>n harus menyelesaikan pemberontakan di Mesir.
Pada tahun 569 H./1174 M., Nur al-Din meninggal dunia dan tempatnya digantikan oleh anaknya bernama Ismail Malik al-Salih. Karena usianya masih 11 tahun, kekuasaan dipegang oleh penasehat-penasehatnya. Mereka ini kurang yakin terhadap S{ala>h}uddi>n lalu mencari jalan untuk mendapatkan pertolongan dari tentara salib. Akan tetapi S{ala>h}uddi>n dengan cepat menyerang Shiria dan berhasil melawan Hims. Pada akhir tahun 1174 M., Aleppo menyerah kalah. Oleh karena itu Ismail terpaksa menandatangani perjanjian damai dengan S{ala>h}uddi>n. Ia kemudian diberi gelar "Sultan" oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad.
Pada akhir tahun 569 H./1174 M., S{ala>h}uddi>n juga menghadapi serangan Norman dari Sicilia di perairan Iskandariyah selama 3 hari. Tentara Norman akhirnya mundur dan pada saat itu pula raja Amaury I di Baitul Maqdis meninggal dunia dan tempatnya diganti oleh Baldwin IV. Dengan demikian maka kedudukan S{ala>h}uddi>n menjadi semakin kokoh dan meyakinkan
Pada bulan Z{u al-Qa'dah 570 H./Mei 1175 M., Khalifah Abbasiyah mengukuhkan S{ala>h}uddi>n sebagai pemimpin (sultan) Mesir, Nubiah, Yaman, Magribi, Palestina, dan kawasan tengah Shiria, S{ala>h}uddi>n bergelar Sultan al-Isla>m wa al-Muslim.
Pada tahun 577 H./1181 M., Isma>'i>l al-Ma>lik al-S{a>lih} yang memerintah Haleb meninggal dunia. Pada bulan Safar 579 H./Juni 1183 M., seluruh negeri Shiria termasuk Haleb berada di bawah kekuasaan S{ala>h}uddi>n yang dikenal sebagai Saladin di Barat. Peperangan antara tentara Islam dengan tentara Salib terus berlangsung. Pemerintahan Baitul Maqdis ketika itu dibawah pimpinan Guy De Lusignan yang telah menggantikan Baldwin IV. Perjanjian damai yang ditandatangani antara orang Islam dengan orang Kristen selama 2 tahun itu sering dinodai akibat tindakan Raynald of Chatillon yang menjegal perjalanan perniagaan antara Damshik dan H{ija>z dan antara H{ija>z dengan Mesir, juga mengganggu keselamatan orang-orang haji yang hendak pergi malalui H{ija>z. S{ala>h}uddi>n mengumpulkan bala tentara di Tasik Gennesareth (Galilee). Sedangkan pihak Kristen juga mengumpulkan bala tentaranya. Akhirnya terjadi pertempuran di H{it}t}i>n. Dalam peperangan itu, tentara Islam mencapai kemenangan besar dan banyak tentara salib yang ditawan.
Kota Akka, tempat Salahuddin tinggal dikepung selama dua tahun (27 Agustus 1187 – 12 Juli 1191). Kelebihan pasukan Franka terletak pada pasukannya yang segar dan artileri perang terbaru, sedangkan kelebihan pasukan muslim adalah karena mereka di bawah satu komando. Shalah meminta bantuan kepada khalifah, meski bantuan yang diharapkan tidak pernah datang, akhirnya pasukan muslim menyerah. Di kedua belah pihak sama-sama memiliki tawanan masing-masing. Meski Richard telah membunuh 2700 tawanan muslim, Shalah tidak melakukan hal yang sama. Akhirnya kedua pihak sepakat membebaskan sisa tawanan yang ada dan mengadakan perundingan perdamaian.
Kota Akka telah menggantikan kedudukan Yerussalem dalam kepemimpinan perang, dan negosiasi perdamaian yang berlangsung tanpa gangguan antara kedua kelompok yang bertikai. Richard yang sarat dengan ide-ide romantik, mengajukan saudara perempuannya untuk menikah dengan saudara Shalah al-Malik al-Adil, dan keduanya patut menerima Yerussalem sebagai hadiah pernikahan. Peristiwa ini mengakhiri perselisihan antara Kristen dengan Muslim. Hari minggu sebelum Paskah (29 Mei 1192), Shalah membaiat al-Adil, anak al-Malik al-Kamil, sebagai bangsawan dalam sebuah upacara yang meriah. Akhirnya, perdamaian ditetapkan di atas kertas pada 2 Nopember 1192, dengan ketentuan bahwa daerah pantai menjadi milik bangsa latin sedangkan daerah pedalaman menjadi milik umat Islam, dan peziarah yang datang ke kota Suci tidak boleh diganggu. Tahun berikutnya 19 Pebruari 1193 Shalah sakit demam di Damaskus dan pada tanggal 2 Maret 1193 Shalah meninggal dalam usia 55 tahun. Pusaranya yang berdekatan dengan masjid Umayyah, hingga kini masih menjadi daya tarik bagi ibukota Suriah.
III. Perang Salib III (1193-1291 M)
Periode ini merupakan periode dinasti Ayyubiyah. Yang telah dibangun oleh S}ala
Al-Shalih sebagai penguasa terakhir dinasti Ayyubiyah menerima kabar bahwa kota Dimyat terancam lagi, kali ini oleh Louis IX. Kota itu akhirnya menyerah pada 6 Juni 1249 tanpa perlawanan yang berarti. Tetapi ketika tentara Perancis bergerak maju ke Kairo, kemudian ke dataran tinggi sungai Nil-keduanya dipisahkan oleh kanal-wabah menyebar dalam jumlah yang besar, komunikasipun terputus, dan seluruh pasukan itu dihancurkan pada April 1250.
Dalam periode ini telah terukir dalam sejarah munculnya pahlawan wanita yang terkenal gagah berani yaitu Shajar al-dur yang juga merupakan keluarga dari dinasti Ayyubiyah. Ia juga berhasil menghancurkan Raja Louis IX dari Perancis dan sekaligus menangkap Raja dan pasukannya tersebut. Bukan hanya itu, sejarah mencatat bahwa pahlawan wanita gagah perkasa ini telah mampu menunjukkan sikap kebesaran Islam dengan membebaskan dan mengizinkan Raja Louis IX kembali ke negerinya Perancis.
B. SEBAB-SEBAB TERJADINYA PERANG SALIB
Menurut Philip K. Hitti, sebab-sebab terjadinya perang salib adalah :
Reaksi orang Kristen di Eropa terhadap Muslim di Asia yang telah menyerang dan menguasai wilayah Kristen sejak 632 M., tidak hanya di Suriah dan Asia Kecil, tetapi juga di Spanyol dan Sisilia.
Kecenderungan gaya hidup nomaden suku Teutonik-Jerman yang telah mengubah peta Eropa sejak mereka memasuki babak sejarah.
Perusakan makam suci milik gereja, tempat ziarah ribuan orang Eropa yang kunci-kuncinya telah diserahkan pada 800 M. kepada Charlemagne dengan berkah dari uskup Yerussalem oleh al-H{a>kim.
Sebab utama adalah permohonan kaisar Alexius Comnesus kepada Paus Urban II pada 1095 untuk membantunya, karena kekuasaannya di Asia telah diserang oleh Bani Saljuk di sepanjang pesisir Marmora. Paus memandang permohonan itu sebagai kesempatan untuk menyatukan kembali gereja Yunani dan gereja Roma yang sejak 1009 hingga 1054 mengalami perpecahan.
Bandingkan sebab-sebab di atas dengan yang diungkapkan oleh Mahyudin Hj. Yahaya, bahwa perang salib terjadi karena :
Penaklukkan atas Baitul Maqdis, yang dianggap sebagai tanah suci oleh orang Kristen, telah membangkitkan kemarahan mereka. karena dengan penaklukkan itu mereka terhalang melakukan ibadah Haji.
Kemarahan orang Kristen timbul karena kerajaan Fa>t}imiyyah telah membinasakan gereja suci pada tahun 1009 M. Gereja ini diyakini dibangun di atas makam Nabi Isa as. dan dijadikan tempat suci yang dikunjungi umat Kristen setiap tahun.
C. AKIBAT PERANG SALIB
Akibat dari perang berkepanjangan ini tidak hanya menyebabkan perubahan wajah peradaban di wilayah-wilayah Islam, juga demikian halnya dengan yang dialami pihak Kristen. Meski demikian, masih terdapat beberapa fakta yang bisa dikategorikan perkembangan peradaban.
a. Pengetahuan tentang negara Islam
Selama Perang Salib, ribuan orang Kristen tinggal di Shiria. Mereka bebas melakukan pelayaran dan tetap menjalin hubungan dengan negara asal mereka di Eropa. Seluruh pengetahuan ini mereka sampaikan ke negara mereka. Pengetahuan ini pula yang pada akhirnya membuka jalan penjajahan negara Eropa atas wilayah-wilayah Islam. Berawal dari Spanyol, setelah itu Asia Barat, hingga ke timur sampai Nusantara.
S{ala>huddi>n al-Ayyubi juga dikenal pelindung para cendekiawan dan telah membangun kembali Baitul Maqdis. Sebagai pelindung kaum cendekiawan, S{ala>huddi>n al-Ayyubi mendapat tempat istimewa di kalangan ahli geografi dan sarjana-sarjana modern. Diantara cendekiawan yang lahir masa S{ala>huddi>n al-Ayyubi adalah Muhammad al-Katib al-Isfahani, pendamping setia S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi. Juga terdapat nama Baha al-Din bin Shaddad, yaitu hakim tentara S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi di Baitul Maqdis. Ia juga sebagai sekretaris pribadi Sahalahuddin yang kemudian menjadi penulis biografi S}ala>huddin. Ia banyak menulis tentang perkembangan-perkembangan pada jaman S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi tapi sayang tulisan ini hilang.
S}ala>huddin juga mendukung pengembangan kajian teologi, membangun bendungan, menggali kanal, juga membangun sekolah dan masjid. Diantara bangunan dan monumennya yang masih bertahan hingga hari ini adalah Citadel di Kairo, yang dibangun bersamaan dengan benteng kota pada tahun 1183. Untuk pembangunan benteng itu, ia menggunakan batu-batu kecil dari komplek piramida.
S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi juga dikenal penguasa sunni. Meski demikian, sama sekali ia tidak melakukan kekerasan pada kalangan Syiah. Tercatat hanya sekali S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi menghukum mati seorang dari Persia yang tertangkap menyebarkan ajaran Gnosticisme. Konsep Gnosticisme ini membawa ajaran batiniyah yang dipengaruhi oleh ajaran Neo-Platonisme dan Neo-Pythagoreanisme dan juga ajaran Kristen.
b. Perdagangan
Perang Salib juga telah melahirkan jalur perdagangan baru. Para pedagang Eropa telah melakukan aktifitas perdagangan mereka. Mereka mendirikan pusat-pusat perdagangan seperti Akka, Sidon, Ladhikiyyah dan lain sebagainya. Dari pusat-pusat ini mereka mengeskpor barang dari timur menuju Eropa. Oleh karena itu perdagangan abad ke-12 di pantai Shiria dikuasai orang Eropa.
Pada awalnya perdagangan berpusat di kawasan Shiria sebagai pusat kekuasaan tentara salib. Setibanya pasukan Mongol di wilayah itu, aktifitas perdagangan pindah ke wilayah laut merah. Yaitu di Dimyat dan Iskandariyah (Mesir). Pemerintahan Mamluk sangat memuji keterlibatan pedagang luar karena telah memberikan keuntungan yang besar bagi kerajaan Mesir. Akibat dari hubungan perdagangan ini kerajaan Mamluk menjadi kaya raya. Sepanjang pemerintahannya selama abad 13-15 M banyak pembangunan telah dilakukan seperti di Kairo dan Iskandariyah.
c. Politik
Akibat nyata dari Perang Salib dalam bidang politik adalah timbulnya kesadaran pada mayoritas muslimin untuk bersatu mempertahankan kehormatan agama Islam dan Daulah Islam. Meski persatuan ini sebenarnya karena keberadaan beberapa tokoh utama seperti Imam al-Din Zanki, Nuruddin Mahmud dan S{ala>h}uddi>n al-Ayyubi. Juga bisa dimasukkan disini kekuatan kerajaan Mamluk di Mesir yang berhasil menghalau Mongol di Ain Jalut yang juga berarti mempertahankan politik dan peradaban Muslim.
Efek politik yang juga positif dari Perang Salib adalah melemahnya kekuatan Byzantin sebagai benteng utama Kristen. Kelemahan ini karena perebutan kekuasaan Kristen.
Kesan positif dari Perang Salib dapat dilihat dari sudut melemahkan kerajaan Byzantine. Kerajaan Byzantine merupakan benteng pertahanan yang kukuh bagi tentara Kristen selama berabad-abad lamanya. Walaupun pada akhirnya kerajaan Byzantine telah dapat dihidupkan kembali pada tahun 1261 M, tetapi keadaannya terlalu lemah untuk menandingi kekuatan baru Islam di bawah pimpinan kerajaan Turki Uthmaniyyah. Kerajaan Byzantine berakhir pada abad ke-15 M.
Adapun bagi Barat sendiri, dampak dari perang salib ini adalah :
Sejarah telah membuktikan bahwa Eropa Barat pada jaman pertengahan hingga abad ke-11 M masih dalam abad kegelapan. Sementara kaum muslimin sudah berperadaban maju. Dengan tercetusnya Perang Salib menyebabkan keadaan di Eropa Barat berubah menjadi lebih makmur dan maju. Dalam tempo Perang Salib selama 200 tahun itu orang Eropa telah mendapat kesempatan menimba ilmu pengetahuan dari orang-orang Islam. Seperti ketika Shiria dan Mesir diserang oleh tentara Salib, di Spanyol dan Sisilia berlaku kegiatan ilmiah seperti penulisan dan penterjemahan
Bidang sosial politik, di Eropa yang paling mencolok adalah lahirnya golongan feodal dan pedagang. Golongan feodal berusaha meluaskan kawasan tanah dan wilayah kekuasaan mereka. Golongan saudagar juga berlomba-lomba mencari barang-barang perdagangan dan pasar serta membuat berbagai urusan dan perjanjian perdagangan termasuk dengan negara-negara Islam.
Bidang ekonomi, akibat Perang Salib juga menyebabkan munculnya sistem pajak dalam bentuk baru yang menggantikan sistem lama yang dilakukan oleh golongan feodal. Louis VII adalah yang pertama kali memperkenalkan sistem pajak baru ini. Tujuannya untuk mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya untuk mengganti biaya perang selama Perang Salib kedua. Dengan nama Perang Salib juga Richard the Lion Heart mengenakan pajak satu persepuluh kepada tokoh-tokoh agama. Pajak ini dikenal dengan istilah S{ala>h}uddi>n Tithe. Jelaslah bahwa perang salib membawa implikasi ke arah perubahan sistem ekonomi di Eropa. Dan ini merupakan awal lahirnya perpajakan modern.
Dalam bidang agama, golongan Paus adalah penggagas dilaksanakannya perang salib. Oleh karenanya, Perang Salib tidak hanya mengalahkan umat Islam dan merebut Baitul Maqdis tapi juga dalam rangka untuk menyebarkan agama Kristen di wilayah-wilayah Islam. Pada awal abad 13 penyebaran agama Kristen berubah arah dari cara kekerasan menjadi cara diplomasi dengan mengirim para penginjil ke negara-negara Islam. Para penginjil ini untuk melancarkan aksinya mempelajari bahasa Arab dan bahasa-bahasa Persi. Maka pada tahun 1311 M mereka telah mendirikan enam buah institut bahasa untuk belajar bahasa-bahasa Timur Tengah. Cara diplomasi ini digunakan karena mereka menyadari kekalahannya dalam Perang Salib. Meskipun gerakan ini gagal mempengaruhi orang Islam dan Mongol yang pada akhirnya memeluk Islam, tetapi mereka berhasil mendapatkan banyak penganut dari agama Budha dan yang lainnya.
Dalam bidang pengetahuan geografi, walaupun tentara salib gagal dalam Perang Salib tapi mereka mendapatkan pengetahuan geografi tentang negeri-negeri Islam. Pengetahuan geografi itu pula yang telah menunjukkan mereka peta-peta negara-negara Islam selama berlangsungnya Perang Salib. Pengetahuan geografis ini tidak hanya menunjukkan rute-rute yang bisa dilalui tapi juga bentuk bumi, gunung-gunung, sungai, cuaca dan lain sebagainya. Pada waktu berikutnya, pengetahuan geografis digunakan untuk misi penginjil.
KESIMPULAN
Dari eksplorasi di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa :
1. Perang salib merupakan peristiwa penting dalam sejarah Barat.
2. Sebab utama perang salib adalah pendudukan Seljuk di Syria yang sebelumnya dikuasai Fathimiyah pada tahun 1070 M.
3. Periodesasi perang salib bisa dikelompokkan menjadi tiga periode sebagaimana penulis jelaskan di atas.
4. Perang salib ini memberikan hikmah yang tidak ternilai kepada Kristen Eropa karena mereka bisa mengenal kebudayaan dan peradaban Islam yang sudah maju.
5. Sala>huddin al-Ayyubi atau yang dikenal dengan Saladin merupakan tokoh terpenting dalam peristiwa perang salib.
6. Akibat perang salib itu bisa dilihat dari perkembangan peradaban baik dalam pengetahuan, perdagangan dan politik.
HTTP://REFERENSIAGAMA.BLOGBPOT.COM/JANUARI/2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar