Selasa, 25 Januari 2011
MUKJIZAT NABI MUHAMMAD : AL QUR'AN
MUKJIZAT NABI MUHAMMAD : AL QUR'AN
by Sariono Sby
PENDAHULUAN
Salah satu bagian penting lainnya dalam kajian ‘ulumul Qur’an adalah masalah mu’jizat. Persoalan mu’jizat, terutama mu’jzat al-Qur’an, sempat menyeret para theolog klasik dalam perdebatan yang berkepanjangan, terutama antara theolog dari kalangan Mu’tazilah dengan para theolog dari kalangan Ahlussunnah. Rasul dengan perantaraan mu’jizat yang dimilikinya telah menunjukkan dan mengingatkan kepada manusia bahwa para rasul adalah utusan yang mendapat dukungan dan bantuan dari langit. Setiap rasul yang diutus oleh Allah selalu dibekali mu’jizat. Diantara fungsi mu’jizat adalah meyakinkan manusia yang ragu dan tidak percaya terhadap apa yang dibawa rasul tersebut. Mu’jizat ini selalu dikaitkan dengan perkembangan dan keahlian masyarakat yang dihadapi oleh tiap-tiap rasul.
Suatu ummat yang tinggi pengetahuannya dalam ilmu kedokteran misalnya, tidak layak dituntun dan diarahkan dengan mi’jizat dalam ilmu tata bahasa. Begitu pula sebaliknya. Tuntunan dan pengarahan yang ditunjukkan kepada suatu ummat harus berkaitan dengan yang mereka ketahui, karena Allah tidak akan mengarahkan suatu ummat pada hal-hal yang tidak mereka ketahui. Tujuannya adalah tuntunan dan pengarahan Allah itu bermakna. Di situlah letak nilai mu’jizat yang telah diberikan kepada para rasul.
Pada hakekatnya setiap mu’jizat bersifat menantang, baik secara tegas maupun tidak, tantangan tersebut harus dipahami dan dimengerti oleh orang-orang yang ditantangnya. Oleh karena itu mu’jizat yang telah diberikan kepada para rasul selalu disesuaikan dengan keahlian masyarakat yang dihadapinya dengan tujuan sebagai pukulan yang mematikan bagi masyarakat yang ditantang tersebut.. Itulah sebabnya maka mukjizat yang diberikan kepada para rasul memiliki fungsi ganda, yaitu untuk memainkan peranannya dalam mengatasi kepandaian kaumnya serta untuk membuktikan bahwa kekuasaan Allah SWT itu di atas segala-galanya.
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN UMUM TENTANG I’JAZUL QUR’AN
Pengertian mu’jizat dalam kamus bahasa Indonesia diartikan sebagai “ Kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia “ kalau dilihat dari bahasa Arab A’jaza yang berarti “ melemahkan atau menjadikan tidak mampu “ pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkamkan lawan, maka ia dinamai Mu’jizat
Selanjutnya pengertian mu’jizat menurut istilah adalah sesuatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik secara sendiri maupun kolektif untuk mendatangkan sesuatu yang menyerupai/menyamai yang hanya diberikan kepada Nabi/rasul Allah SWT. Mukjizat itu merupakan hal yang tidak biasanya, yang menyebabkan orang tidak dapat mendatangkan atau menyamainya.
Jadi mukjizat itu merupakan barang yang mukjiz, atau yang melemahkan orang sehingga tidak dapat menandinginya. Ada yang berusaha menandinginya, tetapi tidak dapat memenangkan pertandingan itu. Mukjizat merupakan karunia Allah SWT yang diberikan kepada Nabi/Rasul, sehingga tidak mungkin ada manusia yang dapat menandinginya.
Peristiwa-peristiwa alam misalnya yang terlihat sehari–hari, walaupun menakjubkan tidak dinamai mu’jizat karena ia telah merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah sesuatu yang ada diluar jangkauan sebab dan akibat yang diketahui secara umum hukum–hukumnya. Dengan demikian hipnotisme atau sihir, misalnya, walaupun sekilas terlihat ajaib atau luar biasa , namun karena mereka dapat dipelajari maka ia tidak termasuk dalam pengertian luar biasa.
Tidak mustahil terjadi hal–hal diluar kebiasaan pada diri siapapun namun apabila bukan dari seorang yang mengaku Nabi, maka ia tidak dinamai mu’jizat, boleh jadi sesuatu yang luar biasa tampak pada diri seseorang yang kelak menjadi Nabi inipun tidak dinamai mu’jizat tetapi dinamakan irhash. Boleh jadi keluar biasaan terjadi pada seorang yang sangat taat dan dicintai Allah, ini tidak dapat disebut mu’jizat tetapi dinamai karomah atau kekeramatan, dan bahkan tidak mustahil terjadi pada seseorang yang durhaka kepada Allah, yang ini dinamai ihanah ( penghinaan ) atau istidraj ( rangsangan untuk lebih durhaka ).
Bertiti tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad Saw. Adalah Nabi yang terakhir, maka tidak mungkin lagi terjadi suatu mu’jizat sepeninggal beliau, walaupun ini bukan berarti bahwa keluarbiasaan tidak dapat lagi terjadi dewasa ini.
Selanjutnya al Qur’an digunakan oleh Nabi Muhammad saw, untuk menantang orang-orang pada masanya dan genarasi sesudahnya yang tidak percaya terhadap kebenaran al Qur’an sebagai firman Allah SWT (bukan ciptaan Muhammad) dan risalah serta ajaran yang dibawanya tetapi mereka tidak sanggup menghadapinya, padahal mereka sedemikan tingi tingkat fasahah dan balagah-nya. Hal ini tiada lain karena al-Qur’an sebagai mukjizat.
I’jaz adalah menetapkan kelemahan. Kelemahan menurut pengertian umum ialah ketidak mampuan mengerjakan sesuatu, lawan dari Qudroh (potensi , power, kemampuan) apabila mu’jizat muncul, maka nampaklah kemampuan mu’jiz (sesuatu yang melemahkan). Yang dimaksud ijaz dalam pembahasan ini adalah menampakan kebenaran Nabi dalam pengakuanya sebagai seorang Rasul, dengan menampakkan kelemahan orang Arab untuk menghadapi mukjizatnya yang abadi, yaitu al-Qur’an, dan kelemahan generasi–generasi sesudah mereka. Oleh karena itu mu’jizat merupakan suatu hal yang luar biasa yang disertai tantangan dan selamat dari perlawanan.
Perbincangan tentang kemu’jizatan al-Qur’an ini, merupakan satu macam mukjizat tersendiri, dimana para penyelidik tidak bisa mencapai rahasia satu sisi lain yang rahasia. Kemu’jizatanya hanya dapat terungkap oleh zaman.
Unsur-unsur yang terdapat dalam mu’jizat sebagaimana yang dijelaskan oleh Quraish Shihab, adalah sebagai berikut :
1. Hal atau peristiwa yang luar biasa
Peristiwa-peristiwa alam, misalnya yang terlihat sehari-hari, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena merupakan sesuatu yang biasa. Yang dimaksud dengan luar biasa adalah adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab dan akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.
2. Terjadi atau dipaparkan oleh seorang yang mengaku nabi.
Tidak mustahil terjadi hal-hal di luar kebiasaan pada diri siapapun, namun apabila bukan dari seorang yang mengaku nabi, tidak ninamai mu’jizat. Bahkan suatu kejadian luar biasa yang tampak pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi nabipun tidak dinamai mu’jizat, tetapi irhas. Begitu juga apabila keluarbiasaan itu terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah tidak dinamai mu’jizat melainkan karamah. Dan tidak mustahil keluarbiasaan itu terjadi pada seseorang yang durhaka kepana-Nya. Yang inipun tidak bisa dinamai mu’jizat tetapi istidraj (“rangsangan” untuk lebih durhaka lagi).
3. Mengandung tantangan terhadap yang meragukan kenabian.
Tantangan ini harus berbarengan dengan pengakuannya sebagai nabi dan harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan sang nabi.
4. Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani.
Sejarah membuktikan bahwa al Qur’an ternyata gagal ditandingi oleh orang-orang Arab sendiri. Kegagalan itu ditunjukkan oleh beberapa peristiwa sebagai berikut :
1. Abu Al Walid sebagai sastrawan ulung diutus pemimpin Quraisy untuk membuat sesuatu yang mirip dengan al Qur’an. Ketika berhadapan dengan rasulullah saw dan rasul membaca surat Fushshilat, ia tercengang mendengar kehalusan dan keindahan gaya bahasa al Qur’an. Ia kembali dengan tangan hampa.
2. Musailamah bin habib Al Kadzdzab yang mengaku sebagai nabi juga pernah menggubah sesuatu yang mirip dengan ayat-ayat al Qur’an. Ia mengaku bahwa dirinyapun mempunyai al Qur’an yang turun dari langit dan dibawa oleh malaikat yang bernama Rahman. Salah satu gubahannya adalah :
Artinya : “Gajah, apakah gajah, tahukah engkau apa gajah ? Dia mempunyai belalai yang panjang, dan ekor yang mantap. Itu bukanlah bagian dari ciptaan tuhan kita yang kecil”
Gubahan Musailamah di atas, menurut Al Jahiz (seorang sastrawan Arab termasyhur), tidak mempunyai makna sama sekali, bahkan merupakan sastra kotor yang menyelimuti pembuatnya.
Imam Rafi’i mengatakan bahwa Musailamah sebenarnya tidak bermaksud menandingi al Qur’an dari segi bentuk bayan-nya, tetapi bermaksud mengambil cara untuk menundukkan hati kaumnya. Dengan cara itu, ia merasa lebih mudah dan lebih cepat mempengaruhi hati mereka. Hal itu karena Musailamah menganggap orang-orang Arab terlalu mengagungkan dukun-dukun, dan kebanyakan ungkapan dukun itu berbentuk sajak yang dikira berasal dari jin.
3. Abu Al A’la Al Mu’arri, Al Mutanabbi, dan ibnu Al Muqaffa juga berusaha menandingi al Qur’an, namun sebelum memulainya mereka merasa malu sendiri kemudian memecahkan pena dan merobek-robek kertasnya.
B. TUJUAN DAN PERANAN I’JAZ
Memperhatikan pengertian I’jaz dan mu’jizat di atas, dapat diketahui bahwa tujuan dan peranan I’jazil Qur’an adalah sebagai berikut :
1. Membuktikan bahwa pembawa kitab suci al Qur’an itu benar-benar seorang nabi/rasul Allah yang diutus untuk menyempaikan ajaran-ajaran-Nya kepada ummat manusia dan untuk mencanangkan tantangan supaya menandingi al Qur’an kepada mereka yang ingkar.
2. Membuktikan bahwa kitab al Qur’an itu benar-benar wahyu Allh SWT, bukan buatan malaikat Jibril dan bukan tulisan nabi Muhammad saw. Sebab beliau adalah seorang yang ummi (tidak pandai membaca dan menulis), tentu pujanga-pujanga Arab yang professional yang ahli dalam sastra, gramatika bahasa Arab dan balaghahnya akan bisa membuat seperti al Qur’an. Ternyata mereka tidak mampu membuat tandingan seperti al Qur’an.
3. Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah bahasan manusia, karena terbukti pakar-pakar pujangga Arab tidak ada yang mampu mendatangkan kitab tandingan yang sama seperti al Qur’an, yang telah ditantangkan kepada mereka dalam berbagai tingkat dan bagian al Qur’an.
4. Menunjukkan kelemahan daya upaya dan rekayasa ummat manusia yang tidak sebanding dengan keangkuhan dan kesombongannya. Mereka ingkar tidak mau beriman mempercayai kewahyuan al Qur’an dan sombong tidak mau menerima kitab suci itu. Mereka menuduh bahwa kitab itu hasil lamunan dan buatan nabi Muhammad sendiri. Kenyataannya, para pujanga sastra Arab tidak mampu membuat tandingan yang seperti al Qur’an itu , walaupun hanya satu ayat.
C. TAHAPAN-TAHAPAN DAN KADAR MUKJIZAT
Kitab suci al Qur’an ini sudah 15 abad yang lalu mencanangkan tantangan kepada orang-orang yang mengingkarinya, yakni minta untuk ditandingi dengan membuat kitab yang sama seperti al Qur’an itu. Tetapi dari dahulu sampai sekarang belum ada seorangpun yang mampu menandinginya. Padahal para pujangga bahasa Arab yang professional pada waktu turunnya al Qur’an dahulu itu sangat banyak. Mereka sangat pandai dalam bidang sastra dan balaghah Arab. Tantangan itu diungkapkan sendiri oleh al Qur’an melalui tiga tahapan :
1. Menantang mereka untuk mendatangkan al Qur’an secara keseluruhan sebagaimana firman-Nya :
@è% ÈûÈõ©9 ÏMyèyJtGô_$# ߧRM}$# `Éfø9$#ur #n?tã br& (#qè?ù't È@÷VÏJÎ/ #x»yd Èb#uäöà)ø9$# w tbqè?ù't ¾Ï&Î#÷WÏJÎ/ öqs9ur c%x. öNåkÝÕ÷èt/ <Ù÷èt7Ï9 #ZÎgsß ÇÑÑÈ
Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan Dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain". (Q.S al Isra’ 88)
2. Menantang mereka dengan sepuluh surat saja firman Allah dalam surat Hud ayat 13
Pr& cqä9qà)t çm1utIøù$# ( ö@è% (#qè?ù'sù Îô³yèÎ/ 9uqß ¾Ï&Î#÷VÏiB ;M»tutIøÿãB (#qãã÷$#ur Ç`tB `ÏiBOçF÷èsÜtGó$# Èbrß «!$# bÎ) óOçFZä. tûüÏ%Ï»|¹
“Bahkan mereka mengatakan, Muhammad telah membuat-buat al Qur’an itu, Katakanlah, (kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat yang dibuat-buat yang menyemainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah, jika kamu memang orang-orang yang benar” (Q.S. Hud 13)
3. Menantang mereka dengan satu surat saja. Firman Allah dalam Al- qur’an surat al-Baqorah ayat 23
bÎ)ur öNçFZà2 Îû 5=÷u $£JÏiB $uZø9¨tR 4n?tã $tRÏö7tã (#qè?ù'sù ;ouqÝ¡Î/ `ÏiB ¾Ï&Î#÷VÏiB (#qãã÷$#ur Nä.uä!#yygä© `ÏiB Èbrß «!$# cÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇËÌÈ
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang kami wahyukan kepada hamba kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. )
Selanjutnya kadar kemu’jizatan al Qur’an tidak hanya meliputi salah satu ayat dari al Qur’an ataupun seluruh ayat dan surat yang ada di dalamnya, melainkan seluruh isi dan kandungannya mulai dari susunan balaghinya, kandungan tasyri’inya, luasnya ilmu pengetahuan yang terkandung di dalamnya sampai dengan adabi atau statistik pembahasan yang ada di dalam al Qur’an.
D. MACAM – MACAM MU’JIZAT AL-QUR’AN
Dalam menjelaskan macam-macam kemu’jizatan al Qur’an, para ulama berlainan pendapat. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing. Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al I’jazu Al Adabi lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa kemu’jizatan al Qur’an itu ada 4 macam, yaitu :
1. Al I’jazul Balaghi
Yaitu kemu’jizatan dari segi sastra balaghahnya yang muncul dan ada pada masa peningkatan mutu sastra Arab.
2. Al I’jazut Tasyri’i
Yaitu kemu’jizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya, yang muncul pada masa hukum-hukum syari’at Islam.
3. Al I’jazul Ilmi
Yaitu kemu’jizatan ilmu pengetahuan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada kebangkitan ilmu dan sain di kalangan ummat Islam.
4. Al I’jazul Adabi
Yaitu kemu’jizatan segi quantity atau matematis/statistic, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang.
Sebagai gambaran berikut ini diberikan beberapa contoh dalam al Qur’an :
- Dalam al Qur’an kata iblis disebutkan sampai 11 kali/ayat, maka ayat yang memerintahkan memohon perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali juga.
- Kata sihir dengan segala bentuk tasrifnya dalam al Qur’an disebutkan sampai 60 kali/ayat, dan kata fitnah yang merupakan sebab dari sihir itu juga disebutkan sampai 60 kali.
- Kata musibah dengan segala bentuk tasrifnya dalam al Qur’an disebutkan sampai 75 kali, yang kata musibah itu sendiri disebut 10 kali. Dan dengan jumlah 75 kali pula lafal syukur dan semua bentuknya yang merupakan ungkapan bahagia terhindar dari musibah itu.
KESIMPULAN
1. Pengertian mu’jizat adalah suatu yang luar biasa yang melemahkan manusia baik sendiri maupun kolektif untuk mendatangkan sesuatu ang menyerupai/menyamainya yang hanya diberikan kepada Nabi/Rasul Allah SWT.
2. Al Qur’an sebagai mu’jizat Rasulullah sepanjang masa diturunkan oleh Allah SWT untuk menantang pujangga-pujangga Arab untuk membuat kitab seperti al Qur’an, tetapi tantangan itu tidak pernah terjawab hingga sekarang.
3. Tujuan dan peranan mu’jizat al Qur’an ialah :
- Membuktikan bahwa nabi Nuhammad saw yang menerima mu’jizat al Qur’an adalah benar-benar seorang Nabi/Rasul Allah.
- Membuktikan bahwa kitab al Qur’an itu benar-benar wahyu Allah SWT bukan tulisan Muhammad atau buatan Jibril
- Menunjukkan kelemahan mutu sastra dan balaghah manusia, karena mereka tidak mampu menandingi al Qur’an
- Menunjukkan kelemahan rekayasa ummat manusia yang tidak sebanding dengan kesombongannya.
4. Tahapan dan kadar mu’jizat al Qur’an melalui tiga tingkatan, yaitu
- Menantang manusia untuk membuat kitab seperti al Qur’an
- Menantang manusia untuk membuat sepuluh ayat saja
- Menantang manusia untuk membuat satu ayat saja
5. Macam-macam mu’jizat al Qur’an ada empat, yaitu :
- Al I’jazul Balaghi
- Al I’jazut Tasyri’i
- Al I’jazul Ilmi
- Al I’jazul Adabi
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pelajaran dan pendidikan akhlak sangat penting bagi pelajar muslim di seluruh Indonesia. Bagi seorang muslim dan muslimah sudah seharusnya Kita memiliki semangat dan ghirah dalam mempelajari bahasa arab. Terlebih lagi bahasa arab dan wasilah bagi kita dalam mengenal ilmu syari.
BalasHapusjelaskan pengertian mukjizat dan irhas Sejarah diturunkannya Al Quran Ufa Bunga SMartphone