KITAB LUBAB AL-NUQUUL FI ASBAAB AL-NUZUUL
KARYA IMAM SUYUTHI
KARYA IMAM SUYUTHI
by sariono sby
A. Pendahuluan
Secara umum asba>b al-nuzu>l adalah segala sesuatu yang menjadi sebab turunnya ayat, baik untuk mengomentari, menjawab, ataupun menerangkan hukum pada saat sesuatu atau peristiwa itu terjadi. Mengetahui waktu, tempat, dan dan para pelaku dalam seluk-beluk kisah suatu ayat atau surah mempunyai pengaruh yang besar dalam mengukur kedalaman makna ayat dan mengungkap tabir yang terselubung di dalamnya. Begitu pula sebaliknya, ketidaktahuan terhadap semua itu akan menyebabkan timbulnya kekeliruan, bahkan bisa menimbulkan pengamalan yang berlawanan dengan yang dikehendaki oleh suatu ayat.
Lalu, bagaimana cara mengetahui asba>b al-nuzu>l suatu ayat atau surat? Dalam kitab-kitab ‘Ulu>m al-Qur’a>n—meskipun dengan redaksi yang berbeda— para ulama sepakat bahwa tidak ada cara lain kecuali dengan jalan naql dari riwayat yang s}ah}i>h}, baik itu dari Nabi saw maupun para sahabat yang secara langsung menyaksikan hal itu dan para tabi’in yang menerima berita dari para sahabat. Al-Wa>hidi>—seperti dinukil al-Suyu>t}i> dalam kitabnya ini, pada bagian muqaddimah—menyatakan bahwa tidak diperbolehkan berpendapat mengenai asba>b al-nuzu>l ayat-ayat al-Qur’a>n, kecuali melalui periwayatan, mendengar dari mereka (sahabat) yang menjadi saksi peristiwa turunnya ayat, dan mereka yang meneliti (mencari ilmu) tentang sebab-sebab turunnya. Hal senada dinyatakan pula oleh Ibn al-Daqi>q al-‘I
Para ulama memberikan prioritas yang tinggi terhadap riwayat-riwayat para sahabat, khususnya apabila disebutkan sebab turunnya ayat atau surat dengan jelas, bukan menyebutkan hukum atau dalalah-nya. Maka, mereka menganggap tipe periwayatan semacam itu sebagai periwayatan yang menduduki h}adi>th musnad. Riwayat yang berasal dari tabi’i>n menduduki hadith marfu>' yang dapat diterima apabila sanadnya s}ah}i>h}, dan tabi’i>n tersebut termasuk imam-imam tafsi>r yang mendapatkannya dari sahabat seperti Mujahid, Ikrimah, dan Said bin Jabir.
Demikianlah, begitu pentingnya mengetahui kejadian historis (asba>b al-nuzu>l) yang akan membantu seseorang dalam memahami konteks diturunkannya sebuah ayat. Konteks itu akan memberi penjelasan tentang implikasi sebuah ayat, dan memberi bahan penafsiran dan pemikiran tentang bagaimana mengaplikasikan ayat tersebut dalam situasi yang berbeda. Oleh karena itu, hemat penulis, sangat keliru pendapat yang mengatakan bahwa untuk memahami maksud dan pesan al-Qur’a>n tidak perlu merujuk pada latar belakang historis turunnya suatu ayat (yang memiliki asba>b al-nuzu>l). Cukup dipahami dengan isyarat kalimat, lafaz atau dalalah yang ditunjukkan dan dihubungkan dalam konteks kekinian.
Kitab Lubab al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzul karya al-Suyuti ini merupakan salah satu kitab tafsir populer, yang merupakan ringkasan dari kitab Jawa>mi' al-H}adi>th wa al-Usu>l dan merupakan pilihan dari beberapa tafsir ahl al-nuqu>l. Kitab tafsir ini secara khusus menyajikan sebab-sebab turunnya ayat atau surat dalam al-Qur’an, yang dinuqilnya dari berbagai sumber periwayatan, baik dari hadith, para sahabat, maupun tabi’i>n. Asbab al-nuzul ayat yang ditulisnya dalam kitabnya yang khusus ini, juga dicantumkannya dalam kitab yang lain—ditulis bersama al-Mahalli,—seperti Tafsi>r al-Qur'a>n al-‘Az}i>m, populer dengan sebutan Tafsi>r Jala>lai>n, untuk melengkapi keterangannya dalam menafsir al-Qur'a>n.
B. Biografi Imam al-Suyu>t}}i> (849 – 911 H)
1. Masa Kelahiran dan Pertumbuhannya
Nama lengkap al-Suyu>t}i> ialah Abd al-Rahma>n bin Kama>luddi>n Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddi>n bin al-Fakhr Uthman bin Naziruddi>n Muhammad bin Saifuddi>n bin Najmudi>n Abi al-S}alah Ayyu>b bin Nasiruddi>n Muhammad bin Himamuddi>n al-Hamam al-Khudari al-Suyu>t}i>. Dalam kitab Tafsi>r wa al-Mufassiri>n, nama lengkapnya, al-Ha>fiz Jalaluddi>n Abu Fadl Abd al-Rahma>n bin Bakar bin Muhammad al-Suyuti al-Shafi'i. Beliau terkenal dengan panggilan al-Suyu>t}i>, merujuk kepada Bandar Ashut di Mesir. Al-Suyu>t}i> dilahirkan di Qa>hirah pada bulan Rajab tahun 849 H. Kemudian oleh Bapaknya, Kamaluddi>n, dibawa kepada shaikh Muhammad al-Majdzub, seorang pembesar para wali di samping Mashad al-Nafisi, kemudian beliau mendo’akan al-Suyu>t}i>. Ia tumbuh dalam keadaan yatim dan telah hafal al-Qur’a>n ketika berusia belum genap 8 tahun, juga telah dihafalnya beberapa kitab, seperti kitab al-‘Umdah, kitab Minhaj al-Fiqh, kitab al-Us}u>l, dan kitab Alfiyah Ibn Ma>lik.” Setelah Bapaknya wafat tahun 855 H, al-Suyu>t}i> diserahkan kepada Shaikh Kamaluddi>n bin al-Hammam untuk dipelihara dan dididik.
Al-Suyu>t}i telah berkecimpung dalam dunia pendidikan pada awal tahun 864 H, dengan belajar fiqih, nahwu, balaghah dari beberapa ulama besar, dan khusus belajar ilmu fara’id kepada Sheikh Shihabuddi>n al-Sharmasahi. Dengan berbekal ilmu-ilmu yang dipelajarinya itu, dilanjutkan dengan mengajar bahasa Arab pada awal tahun 866 H dan mulai menulis sebuah kitab. Adapun kitab yang pertama ditulisnya adalah Sharh al-‘Isti’a>zah wa al-Basmalah, dan mewakafkannya kepada Sheikh al-Islam ‘Ilm al-Din al-Bulqaini, kemudian dia menulis kalimat pujian, dan senantiasa menyertakannya dalam fiqihnya sampai dia meninggal, kemudian dilanjutkan oleh anaknya.
2. Keilmuan dan Perannya dalam Ilmu Pengetahuan
Al-Suyu>t}i> sangat cinta dan tekun menggali ilmu-ilmu keislaman di berbagai tempat dan banyak ulama. Pengembaraan intelektualnya menuju Sham, Hijaz, Yaman, India, Maghrib dan Takrur. Dengan ketekunan dan kecerdasannya itu, sehingga oleh para ulama, memberikan ajungan jempol dan dianggap luar biasa di masanya. Beliau ialah sumber dan gudangnya ilmu pengetahuan serta ahli dalam bidang sejarah Islam. Dia telah berusaha untuk mengumpulkan dan merumuskan berbagai macam ilmu di masanya, terbukti dengan karya tulisnya yang begitu banyak. Sheikh Najmuddi>n al-Qurra dalam kitabnya Al-Kawakib al-Sairah bi ’Ayani al-Mi’ah al-’Ashirah berkata: “Tatkala dia (al-Suyu>t}i>) berusia 40 tahun, memfokuskan dan menyibukkan dirinya untuk beribadah kepada Allah, dan menjauhkan diri dari kehidupan dunia, seakan-akan dia tidak mengenal seorangpun. Kemudian dia mulai menulis karya-karyanya—akan diuraikan selanjutnya—dan mengajar sampai dia dipanggil ke pangkuan Ila>hi.
c. Karya-karya Imam al-Suyu>t}i>
Sebagaimana disinggung sebelumnya, Imam al-Suyu>t}i> telah meninggalkan karya-karyanya begitu banyak dalam berbagai disiplin ilmu, dikarenakan beliau rajin menulis kitab sejak usia mudanya. Dia berkata: “Saya mulai menulis buku pada tahun 866 H dan sampai sekarang telah mencapai 300 kitab, selain yang telah saya hapus dan saya perbaiki.” Berikut penulis sebutkan beberapa karyanya yang terkenal, antara lain:
1. Al-Itqa>n fi> ’Ulu>m al-Qur’a>n,
2. Al-Dur al-Mans>ur fi al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r,
3. Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l,
4. Mufahhama>t al-Aqran fi Mubhama>t al-Qur’a>n,
5. Al-Iklil fi Istinba>t al-Tanzi>l,
6. Takammulah Tafsi>r Shaikh Jalaluddi>n al-Mahalli,
7. Hashiyah ’ala Tafsi>r al-Bai>da>wi,
8. Tanasuq al-Durar fi Tanasub al-Suar,
9. Sharh al-Shatibiyyah,
10. Al-Alfiyyah fi al-Qira’at al-Ashr,
11. Sharh Ibn Ma>jah,
12. Tadri>b al-Ra>wi,
13. Is’af al-Mubat}t}a birija>l al-Muwat}t}a,
14. Al-Alai’ al-Mashnu>’ah fi al-Ah}a>di>th al-Maudu>’ah,
15. Al-Naktu al-Badi>’a>t ‘ala al-Maud}u>’at,
16. Sharh al-Shudu>r bi Sharh Hal al-Mau>ta wa al-Qubu>r,
17. Al-Budur al-Safirah ‘An Umu>r al-A
19. Al-Riya>d al-Aniqah fi Sharh Asma>’ Khai>r al-Khali>fah,
20. Al-Ashbah wa al-Nada>ir
21. Jami>’ al-Jawa>mi’,
22. Tarjumah al-Nawa>wi,
23. Diwa>n Shi’r,
24. Tuhfah al-z}arfa’ bi Asma>’ al-Khulafa>’,
25. Ta>rikh al-Khulafa>’.
Akhirnya, Imam Al-Suyu>t}i} wafat tanggal 19 Jumadil Ula 911 H, ketika berusia 62 tahun dan dimakamkan di al-Qarafah. Sebelum meninggal, beliau mengalami sakit selama tiga hari.”
C. Metode, Sistematika, dan Penilaian Kitabnya
1. Sumber Penafsiran
Al-Suyuti menggunakan metode bi al-ma'thu>r dalam menulis kitabnya. Karena dalam menetapkan asba>b al-nuzu>l, beliau mengambil dari berbagai sumber periwayatan, baik dari hadith, riwayat sahabat, dan para tabi’in, dengan menyebutkan sanad-sanadnya. Hal ini sesuai dengan pandangan ulama lain, al-Wa>hidi> misalnya, mengatakan bahwa tidak boleh menetapkan asba>b al-nuzu>l suatu ayat, kecuali berdasarkan riwayat.
Dalam terminologi ’ulu>m al-Qur’a>n juga, asba>b al-nuzu>l merupakan bagian dari tafsi>r al-Qur’a>n, bahkan asba>b al-nuzu>l adalah sebagai the first step of the Quran interpretation (langkah awal menafsirkan al-Qur’an) terhadap ayat-ayat yang tidak dapat dipahami tanpa mengetahui sebab-sebab turunnya ayat atau surat dan hanya diketahui melalui riwayat, sebagaimana disinggung di atas.
Contoh ayat (QS. al-Baqarah: 115) yang asba>b al-nuzu>lnya dari berbagai riwayat, dan ini termasuk ayat yang tidak dapat dipahami tanpa mengetahui asba>b al-nuzu>lnya, yaitu:
¬!ur ä-Ìô±pRùQ$# Ü>ÌøópRùQ$#ur 4 $yJuZ÷r'sù (#q9uqè? §NsVsù çmô_ur «!$# 4 cÎ) ©!$# ììźur ÒOÎ=tæ ÇÊÊÎÈ
"Dan kepunyaan Allah-lah Timur dan Barat, maka kemanapun kamu menghadap, di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha mengetahui.
Dalam mengemukakan asba>b al-nuzu>l ayat di atas, al-Suyu>t}i> mengambil dari beberapa riwayat, antara lain:
a. Dari Imam Muslim, al-Turmudzi dan al-Nasa'i yang bersumber dari ibn Umar yang mengatakan bahwa Nabi saw pernah sholat sunnat di atas kendaraannya menghadap arah kendaraan.
b. Dari al-Hakim yang bersumber dari Ibn Umar yang menerangkan persis sama dengan maksud pada poin (a).
c. Dari Ibn Jari>r dan Ibn Ha>tim dari Ali bin Abi T}alhah yang bersumber dari Ibn Abba>s yang menyebutkan kekecewaan orang Yahudi setelah kiblat pindah kembali Masjid al-Haram Mekah, maka turunlah ayat tersebut.
d. Dari al-Turmudzi, Ibn Majah dan al-Daruqutni yang bersumber dari Ash'ath bin al-Saman dari 'Ashim bin Abdillah dari Abdullah bin Amr bin Rabi'ah dari ayahnya, yang menerangkan meraka dan Nabi saw pernah salat pada malam yang gelap-gulita, tak tahu arah kiblat.
e. Dari al-Daruqutni dan Ibn Mardawaih dari al-Azrami dari Ata' dari Jabi>r yang menyebutkan Nabi saw mengutus pasukan perang, termasuk Jabi>r, ketika akan s}alat, mereka mempunyai permasalahan persis sama pada poin (d).
f. Dari Ibn Mardawaih dari al-Kalabi dari Abi Salih yang bersumber dari Ibn Abba>s yang menerangkan kasus yang tak jauh beda seperti kasus pada poin (d) dan (e).
g. Dari Ibn Jari>r yang bersumber dari Qatadah yang menyebutkan bahwa Nabi saw memerintahkan seseorang untuk salat Jenazah bagi Raja Najashi, yang ketika hayatnya, sang raja s}alat tidak menhadap kiblat.
h. Dari Ibn Jari>r yang bersumber dari Muja>hid bahwa ketika turun ayat (QS. al-Mukmi>n: 60) tentang perintah berdoa kepada Allah. Lalu para sahabat tidak tahu, berdoa menghadap ke arah mana, sehingga turunlah ayat tersebut di atas.
Contoh lain mengenai turunnya ayat tentang persetubuhan suami-isteri dengan cara bagaimanapun, asal pada tempat yang semestinya. Al-Suyu>t}i> menyebutkan sedikitnya ada 8 sumber periwayatan yang menjelaskan sebab turunnya ayat tersebut. Begitu juga terhadap ayat-ayat al-Qur’an lainnya yang memiliki banyak versi periwayatan yang ditulis al-Suyu>t}i> dalam kitabnya tersebut.
2. Keluasan Penjelasan
Sesuai dengan judul kitabnya, Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, maka al-Suyu>t}i> hanya mencantumkan penjelasan mengenai sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya ayat-ayat al-Qur’an, baik berbentuk suatu peristiwa yang terjadi, maupun karena ada sebuah pertanyaan yang diajukan kepada Nabi saw oleh para sahabat dan atau kaum kafir Qurai>sh. Oleh karena itu, kitab ini tidak menjelaskan tafsir al-Qur'a>n, dengan menerangkan arti mufradat, pengertian lafaz, makna atau kandungan kalimat, dan sebagainya, sebagaimana kitab tafsir pada umumnya. Dengan demikian, hemat penulis, al-Suyu>t}i> dalam kitabnya ini menggunakan metode bayani, karena hanya menjelaskan deskripsi asba>b al-nuzu>l–dengan uraian simpel–ayat-ayat al-Qur'a>n, yang merupakan bagian dari tafsir al-Qur’an al-Maji>d.
3. Sasaran dan tertib ayat
Al-Suyu>t}i> dalam menulis kitabnya, menggunakan metode tahlili, karena beliau menerangkan sistematika asba>b al-nuzu>l berdasarkan urutan (tertib) surat yang ada dalam mushaf. Hanya saja dalam kitabnya ini, al-Suyu>t}i memulainya dari surat al-Baqarah, bukan dari surat al-Fa>tihah sebagaimana urutan dalam mushaf. Tidak memulainya dari surat al-Fa>tihah, kemungkinan karena surat itu tidak memiliki asba>b al-nuzu
2. Urutan (tertib) surat sesuai dengan urutan yang tertera dalam mushaf, sehingga memudahkan pembaca untuk menemukan ayat yang dikehendakinya.
3. Menjelaskan yang sahih dengan yang tidak, yang maqbul dengan mardud terhadap sumber riwayat. Hal ini berbeda dengan riwayat yang dikemukakan al-Wa>hidi dalam kitabnya Asba>b al-Nuzu>l, tidak diterangkan kesahihan hadith yang dinukilnya. Misalnya dalam kasus arah kiblat di atas (QS. al-Baqarah:115), dari sekian riwayat yang dicantumkan, al-Suyu>t}i> mengemukakan riwayat yang da'if, yaitu (poin d) riwayat dari al-Turmudzi, Ibn Majah dan al-Daruqutni yang bersumber dari Ash'ath bin al-Saman dari 'Ashim bin Abdillah dan seterusnya. Bahkan dikuatkan oleh ulama lain, seperti al-Turmudzi, berkomentar, bahwa hadith ini hadith gharib, dan Ash'ath dida'ifkan dalam meriwayatkan hadith ini.
4. Menggabungkan antara riwayat yang berlawanan, seperti dikemukakan dalam muqaddimah kitabnya,
5. Memisahkan atau menerangkan ayat yang tidak ada sebab-sebab turunnya. Hal ini telah disebutkan dalam muqaddimahnya.
6. Maraji’ kitabnya diambil dari beberapa kitab yang mu’tabar (seperti al-Kutub al-Sitatah, Sahih Ibn Hibban, Asba>b al-Nuzu>l li al-Wa>hidi>, dan sebagainya) dan diberikan tambahan beberapa riwayat lainnya dengan diberi tanda (huruf ك ) di depan riwayat tambahan itu.
Adapun segi kekurangannya, antara lain:
1. Setelah melalui penelitian, ternyata ada beberapa riwayat yang berupa hadith, namun isinya bukan hadith, karena hanya sebuah ucapan, perbuatan, sikap para sahabat, bukan disandarkan kepada Nabi saw. Hadith-hadith yang dinukil al-Suyu>ti itu memang ada dalam kitab-kitab muktabar, seperti kitab S}ah}i>h} al-Bukha>ri, S}ah}i>h} Muslim, Sunan Abu Da>wu>d dan sebagainya.
Contoh:
أخرج بن جريرعن السدى نحوه قوله تعالى: (نساءكم حرث لكم) الاية روى الشيخان وابوداود
والترميزى عن جابر قال: كانت اليهود تقول: إذا جامعها من ورائها جاء الولد احوال فنزلت
(نساءكم حرث لكم فأتو حرثكم أنى شئتم)
Hadi>th dari Jabi>r yang menerangkan tentang turunnya ayat (QS. al-Baqarah: 223) tersebut diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim, Abu Daud dan al-Turmudzi.
Namun, oleh sebagian kalangan, seperti Prof. Burhan Jamaludin (Guru Besar bidang Hadith, IAIN Sunan Ampel Surabaya), menganggapnya sebagai bukan hadith atau jika dianggap sebagai hadith, ia bernilai da’if. Beliau berargumentasi dari pengertian dasar dari hadith itu sendiri, yaitu sesuatu yang disandarkan kepada Nabi saw, berupa ucapan, perbuatan, taqrir, dan hal-ihwal mengenai Nabi saw. Sementara apa yang dikemukan di atas, bukanlah ucapan, perbuatan, taqrir, dan hal-ihwal beliau, melainkan hanya ucapan atau berita dari Jabir, sahabat Nabi saw.
Menurut penulis, apa yang dikemukakan oleh Burhan Jamaludin tersebut, sebenarnya penilaian (kritikan) beliau terhadap kitab Sahih al-Bukhari, bukan ditujukan langsung pada kitab al-Suyuti ini. Hanya saja karena al-Suyuti menukil hadith tersebut–yang dinilai bermasalah–dari kitab Sahih al-Bukhari, sehingga oleh sebagian ahli menilai kitab al-Suyuti itu terdapat kekurangan, khusus dalam hal sumber periwayatan dimaksud.
2. Sebagian pendapat menilai, tidak semua asba>b al-nuzu>l ayat yang dicantumkan al-Suyuti dalam kitabnya. Hal ini dipahami dari adanya kontradiksi diantara para ulama al-Qur’an tentang jumlah ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l. Akan tetapi, jumlah asba>b al-nuzu>l ayat dengan versinya masing-masing itu, mempunyai hikmah tersendiri, yaitu saling melengkapi antara satu kitab dengan kitab lainnya.
D. Prosentase Ayat yang Memiliki Asba>b al-Nuzu>l Versi al-Suyu>t}i>
Tidak semua ayat dalam al-Qur’a>n yang turun karena suatu sebab atau peristiwa tertentu yang melatarbelakanginya. Bahkan sebagian besar ayat-ayat al-Qur’a>n turun tanpa ada sebab atau peristiwa yang menyebabkan turunnya. Dalam kitabnya, al-Suyu>t}i> menyebutkan ada 711 ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l atau jika diprosentasekan hanya 11,40% dari 6.234 ayat, berdasarkan hitungan pada mushaf al-Qur'a>n al-Kari>m wa Tarjamat al-Indu>nisiyyah, yang diterbitkan oleh Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Lebih jelasnya, pada surat dan ayat berapa, versi al-Suyu>ti>? Penulis akan kemukakan dalam bentuk tabel yang akan disajikan kemudian.
Selanjutnya, sebagai analisa komparasi, penulis menukil dari Prof. M. Roem Rawi, (Guru Besar bidang Tafsir, IAIN Sunan Ampel, Surabaya), yang mengutip pendapat al-Wa>hidi dalam kitab Asba>b al-Nuzu>l-nya, menyebutkan ayat-ayat yang memiliki asba>b al-nuzu>l, yaitu sebanyak 715 ayat (11,46%) dari keseluruhan ayat al-Qur’a>n. M. Roem Rawi juga mengutip Muqbi bin Hadi al-Wadi'i dalam kitab Al-Musnad al-Sahi>h min Asba>b al-Nuzu>l, yang menyebutkan ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l, ada 333 ayat (5,34%).
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l sangat sedikit dibanding dengan jumlah ayat al-Qur’a>n secara keseluruhan. Namun, jumlah surat yang memiliki asba>b al-nuzu>l menurut ketiga ulama tersebut cukup dominan, dari 114 surat al-Qur’a>n. Jumlah surat yang ayat-ayatnya mempunyai asba>b al-nuzu>l sebanyak 82 surat atau 71,90% (al-Wahidi), 103 surat atau 90,35% (al-Suyu>t}i>), dan 55 surat atau 48,24% (Muqbil bin Hadi). Namun tetap tidak signifikan, karena yang menjadi ukuran adalah jumlah ayat-ayat yang mempunyai asba>b al-nuzu>l.
Adapun jumlah surat dan ayat al-Qur’an yang memiliki asba>b al-nuzu>l menurut al-Suyu>t}i> dalam kitab Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, (lebih jelasnya, lihat al-Suyuti dan al-Mahalli, Tafsi>r al-Qur'a>n al-’Az}i>m, hal. 452–455,
E. Penutup
Demikianlah deskiripsi singkat tentang kitab Luba>b al-Nuqu>l fi Asba>b al-Nuzu>l, yang merupakan karya besar al-Suyu>t}i>, dan banyak menjadi rujukan para ulama dan kaum muslimin. Meskipun–menurut sebagian kalangan–masih ada ayat-ayat yang belum diterangkan asba>b al-nuzu>lnya, namun jika betul-betul dikaji akan membawa manfaat yang sangat besar, baik para ulama, sarjana, akademisi, maupun masyarakat muslim pada umumnya. Sebab, di dalamnya banyak ditemukan asba>b al-nuzu>l ayat, yang dinukil dari berbagai sumber periwayatan. Sehingga diharapkan dapat menjadi tangga untuk memahami dan mendalami makna dan pesan al-Qur’an.
http://referensiagama.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar