KITAB HADITH ENAM (AL- KUTUB AL- SITTAH)
DAN KATAGORINYA
Sariono Sby
I. Pendahuluan
Hadith adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur'a>n dan mempunyai fungsi sebagai penjelas dari apa yang tertuang dalam al-Qur'a>n melalui lisan Rasulullah. Kedua sumber hukum Islam inipun telah banyak diteliti oleh para cendekiawan, yang kemudian banyak memunculkan kitab-kitab 'Ulu>m al-Qur'a>n dan 'Ulu>m al-Hadi>th. Tetapi ada yang membedakan dalam penelitian atas keduanya. Karena al-Qur'a>n mempunyai nilai Qat{'i al-Wuru>d yang artinya tidak diragukan lagi, bahwa kedatangannya memang dari Allah yang maha benar, dan Allah sendiri yang akan menjaga keontetikannya, maka tidak demikian halnya dengan Hadith. Dari segi datang (wuru>d) nya hadith tidak diyakini semuanya berasal dari Nabi, melainkan ada yang yang berasal dari selain Nabi. Hal ini selain disebabkan sifat dari lafal-lafal hadith yang tidak bersifat mu'jizat, juga disebabkan perhatian dalam penulisan hadith pada zaman Nabi agak kurang, bahkan beliau pernah melarangnya karena dikhawatirkan akan bercampur aduk dengan al-Qur'an. Maksud dari pelarangan ini dalam tertib pendidikan adalah untuk mendahulukan yang lebih penting (al-Qur'an) untuk dipelajari
Karena kekhawatiran tersebut, sehingga pada masa pemerintahan Abu> Bakr dan 'Umar sedikit sekali periwayatan hadith sampai pada masa khalifah yang keempat yaitu 'Ali ibn Abi> T{a>lib adalah masa yang tidak menguntungkan untuk penulisan hadith. Namun demikian para sahabat pada masa itu telah menghafal banyak hadith dan menyebarkannya kepada pihak lain. Diantanya adalah : Abd Alla>h ibn Umar 2630 hadith, 'Aishah binti Abi> Bakr 2210 hadith, Abd Alla>h ibn 'Abba>s 1660 hadith, Anas ibn Ma>lik 2276 hadith, dan Abd Alla>h ibn 'Amr 5374 hadith. Mereka meriwayatkan kepada orang lain tanpa sedikitpun mengurangi redaksi hadith tersebut. Kemudian setelah Islam tersebar ke berbagai daerah, adalah Umar ibn 'Abd al-'Azi>z khalifah terakhir Bani Umayyah - memerintah dari tahun 99 H sampai 101 H- yang memprakarsai tadwi>n (kodifikasi) hadith. Hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan hadith Nabi dari hal-hal yang bukan berasal dari Nabi, juga penggunaan hadith untuk kepentingan politik serta madhhab, telah hilangnya faktor yang melarang penulisan hadith dan kekhawatiran hilangnya hadith jika tidak di tadwin
Dengan prakarsa beliau inilah, maka muncul pada abad ke-2 H ini kitab-kitab hadith yang terkenal yaitu, al-Muwat{{ta' karya Imam Malik, Musnad al-Sha>fi'i dan Mukhtalif al-Hadi>th karya Imam al-Shafi'i. Pada abad ke-3 kita mengenal kitab hadith enam tu al-Kutub al-Sittah, yaitu, Sah{i>h{ al-Bukha>ri, Sah{i>h{ Muslim, Sunan Abi> Da>wu>d, Sunan Al-Tirmidhi, Sunan Al- Nasa>'i, dan Sunan Ibn Ma>jah. Jika abad pertama, kedua, dan ketiga hijriah berturut-turut terjadi periwayatan, penulisan, dan penyaringan hadith, maka pada abad ke-4 H para ulama sudah melakukan penyelidikan terhadap kitab-kitab hadith yang disusun oleh ulama sebelumnya. Di samping itu, pada abad ini juga muncul kitab-kitab hadith seperti Mu'jam al-Kabi>r, Mu'jam al-Ausat, Mu'jam al-S{aghi>r karya Imam Sulaiman ibn Ahmad al-T{abrani, dan kitab hadith Sunan al-Da>ruqut{ni karya Imam Abu al-H{asan Ali ibn Umar ibn Ahmad al- Da>ruqut{ni. Tentu masih banyak lagi kitab hadith lainnya yang disusun pada abad ini, tetapi tidak bisa disebutkan secara keseluruhan karena keterbatasan ruang.
Pada abad ke-5 H, para ahli hadith sudah melakukan pengklasifikasian hadith sesuai dengan tema-tema tertentu, kemudian dihimpun ke dalam satu kitab. Lebih dari itu, pada abad ini para ulama juga melakukan pensyarahan (menguraikan dengan luas) dan pengikhtisaran (meringkas) kitab-kitab hadith yang telah disusun pada abad sebelumnya. Kitab-kitab hadith yang lahir pada abad ke-5 H adalah Sunan al-Kubra> karya Abu Bakr Ah{mad ibn H{usain Ali al-Baihaqi, Muntaqa> al-Akhba>r karya Majdu al-Di>n al-Harra>ni, Nail al-Aut{ar karya Muhammad ibn Ali al-Shaukani, dan sebagainya. Pada abad ke-5 H, para ulama hadith juga berusaha menciptakan kamus hadith untuk memudahkan penelusuran satu hadith. Kitab yang membahas masalah itu adalah al-Ja>mi' al-S{aghi>r fi Ah{a>dith al-Bash>ir al-Nazir karya Imam Jala>l al-Di>n al-Suyu>t{i dan al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz{ al-H{adi>th al-Nabawi karya Dr. A.J. Wensinc dan Dr. J.F. Mencing. Keduanya adalah dosen bahasa Arab di Universitas Leiden, Belanda.
Dalam makalah ini akan dibatasi pembahasan tentang Al-Kutub Al-Sittah, biografi singkat penulisnya, serta katagorinya.
A. Al-Kutub Al-Sittah
I. Sahih al-Bukha>ri
I.1. Biografi Imam al-Bukha>ri (194-256 H/810-870 M)
Nama lengkapnya Muhammad ibn Isma>'il ibn Ibra>him ibn al-Mughi>rah ibn Bardizbah al-Bukha>ri al-Ju'fi (nama daerah di Yaman). Lahir pada tanggal 13 Syawal tahun 194 H atau 21 Juli 810 di Bukhara (kini wilayah Uzbekistan) dan wafat pada tahun 265 H. Beliau meninggal setelah shalat 'isha' pada malam 'id al-fitri dan dimakamkan pada siang harinya setelah shalat dhuhur di desa daerah Samarkan. Disebutkan bahwa beliau ketika kembali ke tanah airnya, difitnah telah menciptakan al-Quran baru, kemudian penduduk setempat mengusirnya. Dalam perjalananya itulah beliau wafat. Muhammad ibn Yusuf al-Fibrari mengatakan, bahwa setiap akan menulis sebuah hadith al-Bukhari terlebih mandi dan kemudian Salat dua raka'at.
I.2. Kitab Shahih al-Bukhari
Nama kitab tersebut seperti yang diberikan sendiri oleh al-Bukhari adalah " Al- Ja>mi' al-S{ah{ih{ al-Musnadu al-Mukhtasaru min Hadi>thi Rasu>li Alla>h wa Sunanihi wa Ayya>mihi. Al-Bukha>ri mengumpulkan 600.000 hadith dalm waktu 16 tahun, dan setelah menyeleksinya menjadi 7562 hadith. Bila tanpa pengulangan menjadi 4000 hadith. Menurut Ibn Salah dan al-Nawawi terkandung di dalamnya 7275 hadith dan tanpa pengulangan berjumlah 4000 hadith. Bukhari mengatakan bahwa kitabnya ini hanya memasukkan hadith-hadith sahih, walaun di sana ada hadith Muallaq (hadith yang dihilangkan sanadnya karena hanya mengulang hadith yang telah disebutkan dengan sanad yang muttasil. Ini yang kemudian menimbulkan kritik dari al-Daruqutni yang mengatakan bahwa dalam Sahih Bukhari tidak semua hadithnya disepakati oleh 'ulama. Kitab ini juga dikatakan Musnad yang menindikasikan ke-muttasilan sanadnya. Adapun istilah al-Mukhtasar menunjukkan adanya hadith yang diringkas. Kitab hadith Bukhari ini termasuk katagori al-Ja>mi', karena di dalamnya terkumpul hadith-hadith yang berkenaan dengan akidah, hukum, adab, tafsir, tarikh dan sejarah hidup.
Metode dan sistematika penulisan hadith Bukhari adalah :
a. Mengulang hadith jika diperlukan dan memasukkan ayat-ayat al-Qur'an
b. Memasukkan fatwa sahabat atau tabi'in sebagai penjelas hadithnya
c. Memuallaqkan hadith yang diulang karena pada tempat lain sudah ada hadith yang muttasil sanadnya
d. Menerapkan prinsip al-jarh wa al-ta'dil
e. Menggunakan sighat Tahammul ( metode penerimaan riwayat)
f. Disusun berdasarkan tetib fiqh
Adapun tehnik penulisannya adalah :
a. Memulainya dengan menerangkan wahyu
b. Tersusun dari berbagai tema dan setiap tema berisi tentang topik-topik
c. Pengulangan hadith disesuaikan dengan topik yang dikehendaki tatkala mengistibatkan hukum
II. Sahih Muslim
II.1. Biografi Imam Muslim (204-261 H/820-875 M).
Nama lengkapnya adalah Abu al-Husain Muslim ibn al-Hajja>j ibn Muslim al-Qushairi al-Naisa>buri. Ada yang berpendapat lahir pada tahun 206 H. bertepatan dengan wafatnya Imam Sha>fi'i. Wafat di Naisabur pada bulan Rajab pada usia 55 tahun. Melakukan studi tour ke Hijaz, Mesir, Syam, dan Irak dan berguru kepada beberapa ulama di antaranya Ahmad ibn Hanbal dan Imam Bukhori. Al-Tirmidhi adalah salah satu orang yang meriwayatkan hadith dari Imam Muslim. Dalam Sahih Muslim terdapat 12.000 hadith dengan pengulangan, dan bila tanpa pengulangan ada 4000 hadith yang diseleksi oleh Imam Muslim dari 300.000 hadith. Dan hal ini membutuhkan waktu 15 tahun.
II.2. Kitab Shahih Muslim
Imam Muslim dalam penulisan kitabnya memuat delapan pokok agama. Yaitu: al-Aqa>'id, al-Ahka>m, al-Sha'ir, al-Ada>b, al-Tafsi>r, al-Fitan, Ashra>t{ al-Sa>'ah, dan al-Mana>qib. Sedangkan metode penuliasannya adalah :
a. Adanya pengulangan hadith walaupun tidak banyak
b. Tidak menjelaskan fatwa sahabat atau tabi'in
c. Menerapkan prinsip jarh wa al-ta'di>l
d. Menggunakan sighat Tahammul
e. Ditulis berdasarkan tertib fiqih
Adapun sistem penulisannya adalah :
a. Muqaddimah yang menerangkan tentang keadaan kitab serta ilmu hadith yang digunakan
b. Kitab ini berisi tema dan di bawahnya terdapat bab-bab yang berkaitan dengan topik yang dipilihnya
c. Hadith-hadith yang mempunyai berbagai macam jalur dihimpun dalam satu bab tertentu
d. Hadith yang sama matannya tapi berbeda sanadnya hanya ditulis sanadnya.
e. Dibedakan antara kata-kata حدثـنا و أخبـرنا. Kata-kata حدثنا menunjuk kepada apa yang didengar Imam Muslim dari seorang guru. Sedangkan أخبرنا adalah untuk hadith yang dibacakan didepan guru. Kata حدثنا disingkat dengan (ثنا) sedang kata-kata أخبرنا disingkat ( أنا). Jika dalam satu hadith ada dua sanad atau lebih, maka ketika akan pindah ke sanad berikutnya menggunakan kode (ح). Dibedakan juga istilah حدثنى dan حدثنا. Kata حدثنى menunjukkan kesendirian Imam Muslim ketika mendengar dari seorang guru dan kata حدثنا menunjukkan kebersamaannya dengan orang lain. Dibedakan juga istilah أخبرنى dan أخبرنا . Kata yang pertama menunjukkan kesendirian Imam Muslim ketika membacakan hadith di depan seorang guru begitu pula sebaliknya.
Ada penelitian tentang perbandingan antara Sahih Bukhari dan Imam Muslim. Menurut Jumhur Ulama sahih Bukhari lebih tinggi nilainya dari Shahih Muslim dengan alasan, dalam menjaring hadith Bukhari menggunakan lima kreteria yaitu :
1. Diriwayatkan oleh perawi yang adil (kuat agamanya)
2. Perawi yang kuat ingatannya
3. Bersambung sanadnya
4. Tidak ada cacat pada matan atau sanadnya
5. Isi hadits tidak bertentangan dengan al-qur'a>n dan hadith Mutawatir
Lima kreteria ini juga dipakai oleh Muslim. Tetapi ada perbedaan tentang syarat Liqa>' (bertemu) nya orang yang memberi dan menerima hadith oleh Imam Bukhari, sedangkan Imam Muslim tidak mensyaratkan liqa', tetapi cukup hidup sezaman antara keduanya (pemberi dan penerima hadith). Ada juga yang mengatakan bahwa Sahih Muslim lebih baik dari Sahih Bukhari dalam hal sistematika penulisan yang memudahkan bagi pembaca untuk mencari hadith yang dituju dan redaksi hadith yang menggunakan lafaz{. Berbeda dengan Bukhari yang lebih banyak meriwayatkan dengan makna sehingga redaksinya memiliki kelemahan. Hal ini antara lain, karena Bukhari setelah mendengar hadith tidak langsung ditulis, sehingga kemungkinan lupa bisa terjadi. Oleh karena itu kita dijumpai perbedaan matan dalan keduanya, maka yang dipakai adalah redaksi dari Imam Muslim.
III. Sunan Abu> Da>wu>d
III.1. Biografi Abu> Da>wu>d (202-275 H/ 817-889)
Nama lengkapnya adalah Sulayma>n ibn al-Ash'ath ibn Isha>q ibn Bashi>r ibn Shadda>d ibn 'Amr ibn 'Imra>n al-Azdi. Terlahir di Sijistan, suatu daerah di Bas{rah. Dan wafat di Bas{rah. Ia adalah salah satu murid dari Ibn H>{ambal. Dan juga salah satu guru dari al-Tirmidhi serta al-Nasa>'i. Melalui anjangsana kepada para guru hadith di sana, ia dapat mendengar langsung penyampaian hadith. Masa perkenalan dan pendalaman hadith di negerinya cukup lama. Mulai baligh sampai umur 19 tahun. Baru ketika berusia kurang lebih dari 20 tahun, ia berkelana ke Baghdad. Hal ini dapat diketahui dari keberadaanya di sana pada tahun 221 H.
III.2. Sunan Abu> Da>wu>d
Abu> Da>wu>d menulis kitabnya dengan menghimpun hadith-hadith yang terkait dengan persoalan hukum. Sistematikanya murni bercorak fiqih, dimulai dari bab bersuci, salat, zakat dan seterusnya. Ia memasukkan semua hadith yang bersinggungan dengan tema tersebut, mulai hadith sahih sampai dengan hadith d{a'if. Ia tidak memungut hadith tentang fadail al-amal kecuali hanya sedikit. Hadith tentang kisah-kisahpun tidak disentuhnya sama sekali. Ia membagi kitab sunan ini dalam beberapa kitab (bab). Setiap kitab berisi sejumlah subbab. Adapun perinciannya adalah 35 kitab, 1871 subbab dan 4800 hadith. Ia berkata," aku menulis hadith-hadith dari Rasul Allah sebanyak 500.000 hadith, dan dari jumlah itu aku memlih apa yang aku sebutkan dalam kitabku ini. Aku menghimpun 4800 hadith dan aku sebutkan mana yang sahih dan mana yang mendekati sahih. Dan dalam urusan agama bagi seseorang, kiranya cukup dengan berpegang empat hadith saja, yaitu :
- انما الأعمال بالنيات
"sesungguhnya amal itu tergantung dengan niatnya"
- من حسن اسلام المرء تركـه ما لا يعنيه
" termasuk tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal-hal yang tiada berguna baginya"
- لا يكون المؤمن مؤمنا حتى يرضى لأخيه ما يرضاه لنفسه
" tidak sempurna iman seorang yang beriman sampai ia rela kepada saudaranya seperti ia merelakan terhadap dirinya sendiri"
- ان الحلال بـين والحرام بيـن وما بينها امور مشـتبهات
" sesunggunya sesuatu yang halal dan yang haram itu sudah jelas, sedang di antaranya merupakan sesuatu yang shubhat"
IV. Sunan al-Tirmidhi (209-279 H/ 824-892)
IV.1. Biogarfi Imam al-Tirmidhi
Nama lengkapnya adalah Abu> 'I>sa Muhammad ibn 'I>sa> ibn Su>rah ibn Mu>sa Ibn al-D{ahha>k al-Sulami al-D{ari>r al-Tirmidhi. Lahir pada bulan zulhijjah di Tirmidh, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amudaria (Jihun) utara Iran. Ia adalah salah satu murid dari Imam Bukhari. Kata " al-D{arir" dalam namanya adalah karena ia mengalami kebutaan pada akhir umurnya. Meninggal pada tanggal 13 Rajab di tempat kelahirannya. Ia masih sempat bertemu dangan guru-guru hadith periode pertama seperti, Qutaibah ibn Sa'i>d, Isha>q ibn Mu>sa, Mahmu>d ibn Ghi>la>n dan masih banyak lagi. Diantara karyanya adalah kitab Sunan atau disebut Ja>mi' al-Tirmidhi. Dalam kitab ini beliau mempopulerkan istilah hadith "H{asan", yang tidak ada sebelum Tirmidhi, sehingga kualitas hadith menjadi bertambah yaitu, Sahi>h, D{a'i>f dan H{asan
III.2. Sunan al-Tirmidhi
Kitab ini memuat banyak hadith yang berkualitas H{>asan. Dalam kitab ini terdapat 2376 bab dan 3956 hadith. Karena itu kitab ini sering disebut kitab H{adi>th H{asan. Tetapi para 'ulama berbeda mengenai H{ad>ith H{asan ini. Masalahnya sejak awal Tirmidhi tidak merumuskan dengan jelas mengenai tolak ukur H{adi>th H{asan tersebut. Al-Tirmidhi juga sering menggunakan istilah-istilah yang bermacam-macam. Misalnya, pada suatu kesempatan beliau menggunakan istilah H{asan S{ahi>h, pada waktu yang lain menggunakan istilah H{asan Ghari>b dan pada kesempatan yang lain menggunakan istilah H{asan S{ahi>h Ghari>b. Istilah ini membingungkan karena tidak disertai penjelasan
Kitab ini ditulis pada abad ke-3 H. Abad ini termasuk periode penyempurnaan dan pemilahan hadith. Pemisahan antara hadith dan fatwa sahabat juga di galakkan pada periode ini.
Sebagaimana 'ulama yang lain al-Tirmidhi juga berupaya menata hukum Islam berdasarkan al-qur'an dan hadith. Akhirnya kitabnyapun bercorak fiqh, sehingga kitab ini disebiut juga kitab Sunan Ditinjau dari segi isi, kitab ini memuat berbagai permasalahan pokok keagamaan, seperti akidah, akhlak, tafsir, sejarah, jihad Nabi yang merupakan tema-tema besar yang terangkum di dalamnya. Oleh karena itu kitab ini mesuk dalam katagori al-Ja>mi'. Al-Haki>m Abu Abd Alla>h al-Baghda>di menyebutnya dengan judul Al-Ja>mi' Al-sahi>hu Li al-Tirmidhi atau S{ah{i>h{u al-Tirmidhi. Dari panamaan ini berarti kitab ini juga masuk dalam katagori kitab Sahih. Bahkan al-Tirmidhi sendiri mengatakan dalam mukadimah kitabnya, bahwa barang siapa di dalam rumahnya terdapat kitab ini, seolah-olah di dalam rumahnya ada Nabi yang berbicara.
V. Sunan Al-Nasa>i
V.1. Biografi Al-Nasa>i (215-303 H/ 830-915 M)
Namanya adalah Abu> Abd Alla>h Ahmad ibn Shu'aib ibn 'Ali ibn Sinan ibn Bahr al-Nasai. Lahir d i kota Nasa' ,Khurasan (Iran) dan wafat di Makkah. Ia adalah ahli fiqih mazhab Sha>fi'i. Ia sangat mengagumi 'Ali dan Ahl al-Bait dan ia mengarang kitab al-Khas{a>is{ tentang keutamaan 'Ali. Ia menulis kitab tersebut agar penduduk Damaskus tidak membenci 'Ali. Ketika membacakan kitab itu di hadapan banyak orang, merekapun terkagum-kagum. Bahkan mereka memintanya untuk menjelaskan keutamaan Mu'awiyah. Tetapi ia mengatakan tidak menemukan hadith-hadith yang menjelaskan keutamaannya. Kemudian ia disiksa oleh pendukung Mu'awiyah, kemudian dibawa ke Ramalah palestina atau dalam versi lain dibawa ke Makkah dan wafat di sana
V.2. Sunan Al- Nasa>i
Kitab ini awalnya bernama kitab Al-Sunan al- Kubra> . kitab ini ia berikan kepada gubernur daerah Ramalah. Karena di dalamnya belum ada keterangan mengenai kualitas hadith, sang gubernur memintanya untuk menata ulang kitab tersebut dan diberi keterangan mengenai kualitas hadithnya. Setelah selesai, himpunan hadith sahih ini ia beri nama Al-Sunan al-Sughra>. Walaupun berbeda namanya, akan tetapi kitab tersebut adalah kitab yang kita kenal saat ini yaitu Sunan Al-Nasa>i yang berisi 5761 hadith.
Ada yang berpendapat kitab ini menempati posisi sederajat dengan Sunan Abu Dawud, karena sama-sama selektif dalam memilih hadith. Hanya saja Abu Dawud lebih banyak menaruh perhatian kepada matan hadith yang memiliki informasi tambahan dan hadith-hadith yang diperlukan fuqaha sehingga Abu> Da>wud lebih diutamakan. Bahkan ada yang berpendapat kitab ini menempati posisi setelah Bukhari dan Muslim karena hadith da'if yang terdapat dalam kitab ini sangat sedikit.
Dilihat dari namanya, jelas bahwa kitab iniadalah kitab Sunan. Karena itu metode penyusunannya pun didasarkan pada klasifikasi hukum Islam. Hadith-hadith yang dicantumkan hanya yang bersumber dari Rasulullah (marfu>''), meski di dalamnya ditemukan hadith-hadith yang bersumber dari sahabat (mauqu>f) atau tabi'in (maqt{u>'), tetapi jumlahnya sangat sedikit
VI. Sunan Ibn Ma>jah
VI.1. Biogarfi Ibn Ma>jah ( 209-273 H/824-887 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abd Alla>h Muhammad ibn Yazi>d ibn Ma>jah al-Rub'i al- Qazwi>ni. Ibn Ma>jah adalah gelar yang disandang oleh ayahnya. Meski bukan nama aslinya, ia memakai nama tersebut untuk karya-karyanya. Melakukan studi tour dalam rangka menulis hadith ke berbagai daerah, Irak, Syam, Hijaz, Persia, Basrah Mesir dan lain-lain. Mendengar hadith dari para pengikiu Imam Malik dan al-Laith. Ia hidup pada masa Dinasti 'Abbasiah pada masa al-Ma'mu>n (198 H/813 M) sampai akhir kepemimpinan al- Muqtadir (295 H/ 908 M ).
VI.2. Sunan Ibn Majah
Ia berkata tentang kitabnya ini, " Saya memperlihatkan kitabku ini kepada Abu Zar'ah. Setelah ia melihatnya, ia berkata, jika kitab ini sampai ke tangan orang-orang, maka kita Ja>mi' atau yang yang lainnya tidak akan terpakai". Kemudian Ibn Ma>jah mengatakan," Dalam kitab ini tidak sampai ada 30 hadith yang sanadnya da'if". Kitab ini memuat 4000 hadith yang terdiri dari 32 bagian dan 1500 bab. Tetapi menurut Fuad Abd al- Baqi, kitab ini memuat 4341 hadith yang terdiri dari 37 bagian dan 1515 bab.
Kitab ini adalah kitab hadith yang mayoritas berisi persoalan fiqih, meskipun ada persoalan-persoalan yang dibahas dalam kitab ini. Diantaranya tentang ta'wil mimpi, fitnah dan do'a. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam kajian hukum Islam.
Sebagian kritikus hadith menyayangkan masuknya hadith-hadith Zawa>id (hadith- hadith yang tidak tidak ada dalam kitab hadith yang lain). Namun jika diteliti lebig cermat, kualitas hadith-hadith tersebut sangat sedikit yang bersetatus lemah. Artinya kitab ini tetap didomisasi oleh hadith-hadith yang sahih. Ini alasan yang dikemukakan oleh Ibn Tahir al-Maqdisi di kemudian hari yang memasukkan kitab ini ke dalam Kutub al-Sittah. Pendapat ini diikuti oleh Ibn Hajar al- 'Asqalani, al-Mizzi dan al-Zahabi. Pada awalnya kitab ini oleh para ulama sebelum abad ke 6 belum dimasukkan ke dalam kitab induk enam dan disejaarkan kitab al-Muatta'. Kemudian para ulama mendahulukan kitab ini dari pada al-Muwatta', dengan alasan seperti di atas tersebut dan juga lebih banyak dari al- Muwatta'.
VII. Penutup
1. Stratifikasi Kutub al-Sittah yang telah penulis paparkan di atas bukanlah tanpa alasan. Kitab- kitab ini muncul pada abad ke 3 H yang mana pada masa itu adalah masa digalakkannya penulisan dan penyaringan hadith. Penyelidikan dan telaah para ulama hadithlah yang mengantarkan pada kesimpulan tersebut. Walaupun tentunya ada perbedaan pendapat dan kritik terhadap masing-masing kitab tersebut. Ini adalah hal yang sangat wajar dalam dunia akademik. Perbedaan dan kritik tersebut muncul karena perbedaan dalam metode yang terkait dengan penyelidikan hadith oleh masing-masing ulama.
2. Pada masa Bukhari dan Muslim istilah hadith hanya ada dua, yaitu hadith Sahih dan D{a'if. Tetapi pada masa T{irmidhi muncul istilah hadith H{asan
3. Dalam kitab enam tersebut ada yang disebut kitab Sahih al-Ja>mi', karena di dalamnya terkumpul hadith-hadith yang berkenaan dengan akidah, hukum, adab, tafsir, tarikh dan sejarah hidup. Ada juga yang disebut kitab Sunan, yaitu kitab yang disusun berdasarkan sistematika kitab fiqh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar