Kamis, 13 Januari 2011

ISRA’ILIYAT DALAM TAFSIR AL-QUR’AN

ISRA’ILIYAT DALAM TAFSIR AL-QUR’AN


A. Pendahuluan
Pada mulanya yang dimaksud dengan Isra>’ili>ya>t hanyalah menunjukkan riwayat yang bersumber dari kaum Yahudi, namun pada akhirnya ‘ulama ilmu tafsir dan ahli hadis menggunakan istilah tersebut dalam arti yang luas lagi. Yaitu, Isra>’iliya>t adalah seluruh riwayat yang bersumber dari orang Yahudi dan Nas}rani serta selain dari keduanya yang masuk dalam tafsir maupun hadis.Para ulama tafsir dalam hal ini ada yang pro dan ada yang kontra tentang eksistensi Isra>’iliya>t dalam tafsir.
Sumber pengetahuan keagamaan orang Yahudi berasal dari Taurat. Dan pengetahuan keagamaan orang Nasrani adalah Injil. Cukup banyak orang Yahudi dan Nasrani hidup dalam naungan Islam sejak Islam lahir,sambil tetap memilihara pengetahuan keagamaan dan ibadahnya dengan baik.
Ketika Ahl al- Kitab masuk Islam, mereka masih membawa pengetahuan keagamaan mereka berupa cerita dan kisah-kisah keagamaan. Dan disaat membaca kisah-kisah dalam al-Qur’an, terkadang mereka mengemukakan detail detai kisah tersebut seperti yang terdapat dalam kitab suci mereka. Para s}ah}abat cukup berhati-hati terhadap kisah-kisah yang mereka bawa, sesuai dengan pesan Rasulullah Saw :

“ Janganlah kalian membenarkan (kisah-kisah yang dibawa) Ahli Kitab,dan jangan pula mendustakannya,tetapi katakanlah; “ Kami beriman kepada Allah dan apa saja yang diturunkan kepada kami…”.( HR.Bukhari)
Berita-berita yang diceritakan Ahl al- Kitab yang masuk Islam itulah yang dinamakan Isra’iliya>t.


B. Isra>’iliya>t Dalam Tafsir Al-Qur’an
1. Pengertian Isra>’iliya>t
Para ‘ulama tafsir dan hadis yang member arti Isra>’iliya>t sebagai cerita yang bersumber dari musuh –musuh Islam baik dari kalangan Yahudi, Nasrani, ataupun lainnya. Muhammad Husein al-Dhaha>bi>, membagi israiliya>t kepada dua bagian. Pertama, israiliya>t sebagai kisah dan dongeng kuno yang menyusup ke dalam tafsir dan hadis yang asal periwayatannya kembali kepada sumber Yahudi dan Nasrani atau yang lainnya. Kedua, kisah dan dongeng yang sengaja diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke dalam tafsir dan hadis yang sama sekali tidak dijumpai dasarnya dalam sumber lama. Kisah ini sengaja diselundupkan dengan tujuan merusak akidah Islam.
Kata Isra>’iliya>t ( ) adalah bentuk jamak dari kata mufrad Isra>iliah( ) yang berarti, sesuatu yang dinisbahkan kepada kaum Bani Isra>’il
Isra>’il adalah bahasa Ibra>ni yang tersusun dari dua kata yaitu “Isra>” yang berarti seorang hamba atau seorang pilihan dan “ i>l “ yang berarti Tuhan atau Allah. Maka kata Isra>’il kalau diarabkan menjadi “ ‘Abdulla>h “, seorang hamba Allah.
Kata Isra>’il sendiri merupakan suatu gelar yang berikan Alla>h kepada Nabi Ya’qu>b bin Ish}a>q bin Ibra>hi>m alihimussalam , dalam al-Qur’an Alla>h menyebut Nabi Ya’qu>b dengan sebutan Isra>’il, sebagai berikut: *
“Semua makanan adalah halal bagi Bani Israil melainkan makanan yang diharamkan oleh Israil (Ya'qub) untuk dirinya sendiri sebelum Taurat diturunkan”.
Nabi Ya’qu>b yang bergelar Isra>’il, mempunyai putra sebanyak dua belas orang. Dari dua belas orang ini berkembang biak menjadi keluarga besar yang dikenal dengan sebutan Bani Israil. Dari dua belas orang putra Nabi Ya’qu>b yang paling banyak mempunyai keturunan ialah Yahu>da, putra beliau yang keempat. Selain banyak keturunannya, Yahuda pun terkemuka dalam berbagai hal jika dibandingkan dengan suadara-saudaranya yang lain yang sedikit jumlahnya, seperti keturunan Benyamin( Bun Yamin) meleburkan diri ke dalam golongan Yahu>da. Dan karena jumlahnya banyak dan golongannya besar, maka bangsa Isra>’il yang lainpun telah dibangsakan pula kepada Yahu>da dengan sebutan Yahu>di>.
Di dalam al-Qur’an Allah banyak menyebut kaum Yahu>di> dengan sebutan Bani Isra>’i>l seperti yang terdapat dalam firman-Nya:
“Sesungguhnya Al Quran ini menjelaskan kepada Bani lsrail sebahagian besar dari (perkara-perkara) yang mereka berselisih tentangnya.
Hal ini untuk mengingatkan mereka bahwa sesungguhnya mereka itu adalah keturunan seorang Nabi dan Ra>sul pilihan Alla>h, sehingga wajar dan semestinyalah mereka meneladani akhlak Nabi Ya’qu>b AS, dan menjauhi diri dari sifat –sifat tercela seperti khianat dan kufu>r nikmat.
Hakekat Bani Isra>’i>l , mereka adalah anak keturunan Nabi Ya’qu>b AS dan nabi-nabi yang datang sesudahnya, sampai Nabi Isa> AS bahkan sampai diutusnya Nabi Muh}ammad SAW. Muh}ammad bin Muh}ammad Abu> Shuhba>h menjelaskan :” Sejak dahulu mereka sudah dikenal dengan sebutan orang-orang Yahu>di, dan orang-orang yang kemudian beriman kepada Nabi Isa> AS, dikenal dengan sebutan orang-orang Nas}ra>ni>. Sedangkan mereka yang kemudian beriman kepada Nabi Muh}ammad SAW tergolong kaum muslim dan dikenal dengan sebutan orang – orang Isla>m dari golongan Ahl al- Kitab”.
Dari pengertian Bani> Isra>’i>l tersebut kemudian muncullah istilah Isra’i>li>ya>t yang didefinisikan sebagai berikut :
Isra’iliya>t adalah sebuah istilah yang dikemukan oleh para ‘ulama peneliti terhadap kisah-kisah dan berita-berita yang bersumber dari agama Yahu>di> dan Nasra>ni> yang masuk kedalam komunitas Isla>m setelah masuknya kelompok Yahu>di> dan Nasra>ni> ke dalam Isla>m atau berpura-pura masuk Isla>m.”
Pada mulanya istilah Isra>’i>liyya>t itu berkaitan dengan kisah-kisah yang bersumber dari Yahu>di , namun dalam perkembangannya kisah-kisah yang bersumber dari Nasra>ni>pun dikategorikan kepada Isra>’i>liya>t. Berkaitan dengan hal ini MM.Abu Shuhbah menjelaskan: “ Sebenarnya kisah-kisah Israiliyyat yang terdapat dalam kitab-kitab tafsir yang sumber dari Nasrani hanya sedikit dibandingkan dengan yang bersumber dari agama yahudi dan kisah-kisahnya itu tidak banyak berpengaruh terhadap umat Islam,karena secara global hanya berkisar pada masalah etika, nasehat-nasehat keagamaan sebagai penyegar iman dan penyejuk hati. “
Berdasarkan uraian diatas, bahwa yang disebut dengan Isra>’iliya>t adalah segala berita atau kisah yang bersumber dari referensi agama Yahu>di; Kitab Taura>t, Talmu>d dengan penjelasannya dan kisah-kisah palsu yang dibuatnya .
2. Timbulnya Isra>’i>liya>t Dalam penafsiran Al-Qur’a>n
Histografi masuknya berita atau kisah-kisah Isra’il timbul, diawali oleh masuknya kebudayaan Yahu>di> kedalam kebudayaan Arab zaman Jahiliah. Pada waktu itu hidup ditengah-tengah orang Arab beberapa Ahl al- Kitab dari kaum Yahu>di>. Diantara kaum Yahu>di> yang cukup banyak jumlahnya itu ada yang bertempat tinggal di Madinah dan sekitarnya, seperti Bani Qainuqa>’, Bani Nadi>r, dan Bani Quraiz}ah. Sedangkan yang lainnya bertempat tinggal jauh dari Madinah , seperti khaibar, Taima’, Fadak, dan wadi al-Qura>’.
Mereka pindah ke Jazi>rah Arab sejak dahulu kala. Perpindahan mereka itu terjadi besar-besaran, mereka lari dari ancaman penguasa diktator yang bernama Titus al-Ruma>ni>.Mereka pindah ke ke Jazirah Arab bersama kebudayaan yang diambil dari kitab-kitab agama mereka. Uraian-uraian kitab itu mereka terima sebagai warisan dari nabi atau ulama atau imam – imam mereka, lalu mereka wariskan ke generasi berikutnya. Oleh sebab itu Isra>’iliya>t tumbuh dengan subur.
Masuknya Isra>’iliya>t ke dalam tafsi>r telah dimulai telah dimulai pada zaman s}ah}abat setelah masuk Islam beberapa orang Yahu>di>, seperti ‘Abdulla>h bin Sala>m (w.43 H), Ka’ab al-Akhba>r (w.32 H), Wahb bin Munabbih (w.110 H), dan lain-lain yang pada umumnya mempunyai pengetahuan luas mengenai kebudayaan Yahu>di>. Bahkan kalangan Islam sendiri terkadang bertanya kepada mereka mengenai kelengkapan kisah-kisah yang terdapat dalam al-Qu’an.Sebagaimana dimaklumi bahwa al-Qur’a>n banyak mengandung kisah-kisah, ada kisah Nabi-nabi, dan kisah –kisah umat dahulu yang bukan nabi maupun rasul .
Sebab-sebab yang mendorong meluasnya Isra>’iliya>t dikalangan dikalangan Muslim dan merembes kedalam tafsir, seorang pakar sejarawan muslim terkenal, Ibnu Khaldu>n menulis dalam kitabnya “al-Muqaddamah “ sebagai berikut: ” Para ‘ulama terdahulu telah mengumpulkan tafsir al-Naqli. Hanya saja kitab dan nukilan mereka ada bernilai dan ada yang tidak, ada yang diterima dan ada pula yang mardu>d, Hal demikian disebabkan oleh keadaan bangsa Arab yang tidak berpengetahuan tidak seperti orang-orang ahl al-Kita>b, mereka mayoritas badui dan ummi (tidak bisa menulis dan membaca).
Jika mereka ingin untuk mengetahui sesuatu, sebagaimana naluri manusia yang senantiasa ingin mengetahui sesuatu, misalnya tentang sebab terbentuknya alam semesta, maka orang-orang arab bertanya kepada ahli kitab sebelumnya dan mereka menerima pendapat tersebut. Ahli kitab tersebut adalah orang-orang Yahu>di> dan Nas}ra>ni yang mengikuti agama mereka . Ahli Taura>t yang berada diantara orang-orang arab ketika itu adalah orang-orang badui seperti orang arab lainnya. Mereka tidak mengerti isi Taura>t seperti apa yang diketahui oleh kebanyakan orang yang tidak memahami Taura>t dari Ahl al-Kitab. Mayoritas mereka berasal dari suku Himya>r yang menjadikan Yahu>di> sebagai agama mereka.
Pasca mereka memeluk Islam, keterikatan mereka dengan agama sebelumnya, diluar yang berhubungan dengan hukum-hukum syari’at, masih sangat kuat. Misalnya dalam hal-hal yangberhubungan dengan kisah asal kejadian makhluk, kisah tentang peperangan dan sebagainya. Mereka itu antara lain Ka’b al-Akhba>r , Wahb bin Munabbih, ‘Abdulla>h bin Sala>m dan lain sebagainya. Dengan demikian tafsir-tafsir dipenuhi kutipan –kutipan dari dari mereka. Sejenis dengan kisah-kisah tersebut adalah kisah-kisah yang tidak berhubungan dengan maslah hukum, karena mereka lebih berhati-hati dalam mencari kebenarannya mesti diamalkan.
Dalam masalah yang tidak berhubungan dengan hukum, para mufassir seringkali mempermudahnya dan memenuhi tafsirnya dengan kutipan-kutipan tersebut, Sebagaimana telah dikemukakan tadi, sumber dari kisah tersebut adalah ahli Taura>t yang bertempat tinggal di pedalaman . Tidak ada penelitian yang akurat untuk mengetahui nilai dari apa yang mereka nukil itu. Hanya saja, karena mereka memiliki popularitas dan jabatan yang elit sebagai tokoh agama, maka saat itulah kisah-kisah mereka diterima…”
C. Klasifikasi Isra>’iliya>t dan Hukum Periwayatannya
Menurut Ibnu Taimiyah klasifikasi Isra>’i>liya>t dapat dikategori menjadi tiga :
1. Isra>’ili>ya>t yang S}ah}i>h
2. Isra>’ili>ya>t Ghairu S}ah}i>h
3. Isra>’ili>ya>t Masku>t ‘Anh.

1. Isra>’ili>ya>t Yang S}ah}i>h
Isra>’iliya>t yang dipandang benar yaitu Isra>’iliya>t yang berisi kisah yang berasal dari kisah-kisah yang diriwayatkan secara s}ahih dari Nabi Muhammad SAW dan diyakini kebenarannya. Misalnya kisah tentang sifat-sifat Rasulullh SAW yang terdapat dalam Taurat yang diriwayatkan oleh Ima>m Bukh>ari dalam kitab s}ahihnya berikut ini :
Ima>m Bukhari berkata” Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan,menceritakn kepada kami Fulaih, menceritakan kepada kami Hila>l dari ‘At}a’ bin Yasr ia berkata, “ Aku telah bertemu dengan ‘Abdulla>h bin Amr bi al-‘A>s{ r Ra dan berkata kepadanya,” Ceritakanlah kepadaku tentang sifat Rasu>lulla>h yang diterangkan dalam didalam kitab Taura>t ! Ia berkata. Iya, demi Allah sesungguhnya sifat Rasu>lulla>h didalam kitab Taura>t sama seperti yang diterangkan didalam didalam al-Qur’an:
“ Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan “

Dan pemelihara orang-orang ummi>, Engkau adalah hamba-Ku dan rasul-Ku , Aku menyebutmu orang yang bertawakkal, Engkau tidak kasar dan tidak pula keras dan tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak pernah membalas keburukan dengan keburukan, akan tetapi memaafkan dan mengampuni. Allah tidak akan mencabut nyawamu sehingga agama Islam lurus dan tegak yaitu mereka mengucapkan : Tiada Tuhan yang patut di sembah selain Alla>h. Dengannya juga Allah akan membuka mata yang buta, telinga yang tuli dan hati yang tertutup.

Dan juga seperti hukuman rajam bagi orang yang berzina dalam kitab Taurat yang tertera kisahnya dalam sahih Bukhari berikut ini :
Imam Bukhari berkata, “Telah menceritakan kepada kami Ismail bin ‘Abdullah,menceritakan kepada kami Malik bin Nafi’ dari Abdullah bin ‘Umar Ra ia berkata,”Sesungguhnya orang-orang Yahudi pernah datang menghadap Rasulullah SAW,lalu mereka memberitahu kepada rasul,bahwa ada seorang laki-laki dan seorang perempuan dari golongan mereka melakukan zina .Rasulullah SAW bertanya kepada mereka ,” apakah kalian pernah menemukan hukum dalam Taurat terhadap orang yang berzina,adakah hukum rajam ? Mereka menjawab ,”Kami hanya mempermalukan mereka dan mencambuknya.” ‘Abdullah bin Salam berkata,Kalian berdusta,sebenarnya didalam Taurat ada hukuman rajam,Lalu mereka mengambil kitab taurat dan membukanya.Namun ada salah sesorang diantara mereka yang menaruh tangannya diatas ayat rajam,Kemudian ia membaca ayat sebelumnya dan ayat sesudahnya.’Abdulla>h bin Sala>m berkata kepadanya, “Angkat tanganmu ! “ lalu ia mengangkat tangannya,ternyata benar didalam Taura>t itu ada ayat rajam. Mereka akhirnya berkata,” Ya Muh}ammad, benar, didalam Taura>t ada ayat rajam.” Kemudian Rasu>lulla>h SAW menyuruh agar keduanya dirajam . Ibnu ‘Umar berkata’ “ Aku melihat laki-laki itu mencondongkan badannya kearah perempuan dengan tujuan untuk melindunginya dari lemparan batu.
Kedua kisah tersebut dapat diterima dan dipandang Sa>h}ih. Hukum periwayatannya adalah boleh karena sesuai dengan al-Qur’an dan al-Sunnah.

2.Israiliyat yang Ghairu S}ah}i>h}

Isra>’i>liya>t Ghairu S}ah}i>h yaitu kisah – kisah Isra>’i>liya>t yang berisi kebohongan dan bertentangan dengan syari’at dan bertentangan dengan akal sehat. Misalnya Nabi Lu>t} AS berzina dengan kedua putrinya. Kisahnya sebagai berikut:
“ Pergilah Lot dari Zoar dan ia menetap bersama-sama dengan kedua anak perempuannya ke pegunungan karena ia tidak berani tinggal di Zoar, maka ia tinggal dalam satu gua beserta kedua anaknya. Kakaknya berkata kepada adiknya, “Ayah kita sudah tua, dan tidak ada laki-laki dinegeri ini yang dapat menghampiri kita, seperti kebiasaan seluruh bumi. Marilah kita berikan ayah minuman anggur, lalu kita tidur dengannya, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita.” Pada malam itu mereka memberikan ayah mereka minuman anggur, lalu masuklah yang lebih tua untuk tidur dengan ayahnya;dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Keesokan harinya berkatalah kakaknya kepada adiknya, ‘ Tadi malam aku telah tidur dengan ayah ; baiklah malam ini juga kita beri dia minuman anggur; masuklah engkau untuk tidur dengannya, supaya kita menyambung keturunan dari ayah kita. Demikianlah pada malam itu juga mereka memberikan ayah mereka minuman anggur, lalu bangunlah yang lebih muda untuk tidur dengan ayahnya; dan ayahnya itu tidak mengetahui ketika anaknya itu tidur dan ketika ia bangun. Lalu kedua anak Lot itu mengandung anak dari ayah mereka, yang lebih tua melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya Moab; dialah bapak orang Moab yang sekarang. Yang lebih muda pun melahirkan seorang anak laki-laki; dan menamainya Ben-Ami; dialah bapak Bani Amon yang ada sekarang.
Kisah diatas atas adalah kisah tidak benar dan jauh dari logika sehat, bagaimana mungkin seorang Nabi dan Ra>sul berzina dengan kedua putrinya. Padahal semua Nabi dan Rasul itu ma’s}u>m?. Dengan demikian meriwayatkan kisah seperti diatas adalah mardud dikalangan jumhur karena bertentangan dengan al-Qur’an, Hadis serta akal sehat.

3.Isra>’i>liya>t yang Masku>t ‘Anhu

Isra>’i>liya>t maskut ‘anhu, maksudnya kisah Isra>’i>liya>t yang tidak boleh diterima, juga tidak boleh ditolak, tidak boleh diimani kebenarannya, tidak boleh juga diingkari, karena kemungkinan kisah tersebut mengandung kebenaran dan ada kemungkinan tidak benar, tapi boleh meriwayatkannya. Misalnya kisah tentang seorang Bani Isra’il yang tega membunuh pamannya sendiri lantaran pamannya menolak lamarannya. Didalam tafsi>r Ibnu Kathi>r diceritakan :
Ada seorang laki-laki dari Bani> Isra’il yang memiliki harta yang cukup dan mempunyai seorang anak perempuan. Ia mempunyai keponakan laki-laki dari saudara laki-lakinya yang miskin. Kemudian anak-anak laki-laki tersebut melamar anak pamannya, akan tetapai pamannya tersebut enggan menikahkannya, dan akibatnya keponakannya tadi marah dan berkata: ” Demi Allah, akan kubunuh pamanku itu dan akan kuambil seluruh hartanya, akan kunikahi anak perempuannya dan aku makan diyatnya, Kemudian keponakannya tadi datang kepada pamannya, bertepatan dengan datangnya sebagian pedagang Bani Isra’il, Ia berkata kepada pamannya .”Paman, berjalanlah bersamaku, aku akan minta pertolongan kepada para pedagang Bani Isra’il, mudah-mudahan aku berhasil dan jika melihat engkau bersamaku tentu mereka akan memberinya”. Kemudian keluarlah keponakannya itu bersama pamannya pada suatu malam, ketika mereka sampai pada suatu tempat, dia membunuh pamannya itu. Lalu ia kembali kepada keluarganya. Ketika pagi, ia berpura-pura mencari pamannya, seolah-olah tidak tahu dimana pamannya. Dan berkata . “ Kalian telah membunuh pamanku, bayarlah diyatnya. “ Kemudian dia menangis sambil melempar-lempar debu ke kepalanya seraya berteriak , “ Wahai Paman ! “ Lalu ia melaporkan persoalan ini kepada Nabi Mu>sa, dan Nabi Mu>sa pun menetapkan diyat bagi pedagang tersebut. Para pedgang tersebut menganjurkan kepada Nabi Mu>sa ; “ Ya Rasu>lalla
“ dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.”
Berkaitan dengan kisah diatas, Ibnu Kathi>r, berpendapat : “Kisah tersebut diriwayatkan dari ‘Ubaidah Abu al-‘Aliyah al-Suddi> dan yang lainnya dengan sedikit perubahan redaksi, namun yang jelas kisah tersebut dinukil dari kitab-kitab Bani> Isra’il dan itu termasuk Isra>’i>liya>t dalam kategori boleh diriwayatkan namun tidak boleh dibenarkan dan didustakan, Karena Isra>’i>liya>t tidak bisa dijadikan sebagai acuan kecuali bila sesuai dengan syari’at kita yang dapat diyakini kebenarannya. Wallohu A’lam.
D. Tokoh- Tokoh Periwayat Isra’iliyyat
Kisah-kisah Isra>’i>liya>t ini, sebagian besar diriwayatkan oleh empat orang tokoh ;
1. ‘Abdulla>h bin Sala>m, beliau memiliki nama lengkap, Abu> Yu>suf ‘Abdulla>h bin Sala>m bin al-Ha>rith al-Isra>’i>li> al-Ans}a>ri>, salah seorang keturunan Nabi Yu>suf bin Nabi Ya’qu>b AS. Masuk Islam ketika Nabi SAW hijrah ke Madinah.‘Abdulla>h banyak menguasai ilmu al-Qur’an dan dan ilmu Injil. Banyak kalangan ilmuwan muslim mengambil referensi darinya seperti,al-T}abari> dan tokoh Hadis Ima>m al-Bukha>ri> mempercayainya dan mengambil pendapatnya.
2. Ka’ab al-Akhba>r, nama lengkapnya Abu> Ish}a>q Ka’ab bin Mati’ al-Humairi>, namun lebih popular dengan Ka’ab al-Akhba>r. Dia berasal dari Yahudi Yaman, masuk Islam ketika masa pemerintahan Khalifah Abu> Bakar, pendapat lain mengatakan dia masuk Islam ketika khalifah ‘Umar. Ibnu Hajar dalam kitabnya “ Al-Fath “ berpendapat : Ka’ab memeluk Islam pada masa ‘Umar, ini pendapat yang lebih terkenal.
3. Wahb bin Munabbih, nama lengkapnya Abu ‘Abdullah Wahb bin Munabbih Bin Saij bin Dhi> Kina>z al-Yamani> al-S}an’a>ni>. Memeluk Islam pada masa Rasulullah SAW. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan : Asal-usul bin Munabbih adalah keturunan Persia, bapaknya berasal dari Khura>san. Wahb bin Munabbih banyak meriwayatkan kisah Isra>’iliya>t yang disandarkan kepadanya, kisah-kisah tersebut ada yang bernilai dan ada yang tidak bernilai, ada yang s}ahih ada yang cacat, yang semuanya itu dijadikan sumber untuk mencela dan mencacinya, sehingga ia dituduh pendusta, penipu dan perusak pemikiran – pemikiran umat Islam.
4. ‘Abd al-Ma>lik bin ‘Abd al-‘Azi>z bin Juraij, Berasal dari Nasrani Rumawi dengan nama lengkap; Abu> Kha>lid atau Abu Wali>d ‘Abd al-Ma>lik bin Abd al-‘Azi>z bin Juraij. Ibnu Juraij adalah orangyang pertama kali menyusun kitab, dia juga terkenal sebagai orang yang suka mengembara dalam mencari ilmu pengetahuan diantaranya ke Bas}rah, Yaman dan Baghdad.

E. Kisah –Kisah Isra>’iliya>t dan komentar ‘Ulama tentangnya
Di dalam al- Qur’an banyak terdapat kisah- kisah Isra>’iliya>t yang dipandang benar yang didukung oleh dalil-dalil al-Qur’an dan hadis-hadis yang s}ahi>h, diantaranya ;
1. Kisah Nabi Musa yang telah menganggap dirinya sebagai manusia yang paling pandai didepan kaumnya Bani Isra>’il, lalu Allah mengujinya dengan mengutus seorang yang sangat tekun beribadah kepada Allah yaitu Hid}ir AS. Allah mengisahkannya dalam surat al-Kahfi sebagai berikut;
Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: "Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke Pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun"(QS.al-Kahfi: 60).

Didalam Tafsir Marah Labi>b yang terkenal dengan Tafsir al-Muni>r, Sheikh Nawawi> al-Banteni> mengemukakan sebuah kisah yang berkaitan dengan ayat diatas :
“ Nabi Mu>sa AS telah meyakini bahwa tidak ada seorangpun dimuka bumi ini yang lebih pandai darinya. Lalu Allah berfirman ,” Hai Musa ,sesungguhnya Aku mempunyai seorang hamba dimuka bumi ini yang sangat tekun beribadah kepada-Ku melebihi kamu dan dia lebih pandai dari kamu yaitu Khid}r. Lalu Nabi Musa berkata,” Wahai Tuhanku, berikanlah aku petunjuk untuk menemuinya. Maka Allah berfirman kepadanya; “ Ambillah seekor ikan asin ( samakan ma>lihan) dan pergilah ke tepi laut sehingga engkau menjumpai sebuah batu besar, di dekatnya ada mata air kehidupan, maka percikkanlah airnya itu kepada ikan tersebut sehingga ikan tersebut hidup kembali, maka disanalah engkau akan bertemu dengan Khid}r. Lalu Nabi Musa mengambil seekor ikan yang disimpannya didalam keranjang, kemudian Nabi Musa berpesan kepada muridnya Yusha’ bin Nun bin Afrayim bin Yusuf AS, “ Apabila ikan itu menghilang beritahu aku. Lalu keduanya pergi berjalan kaki.

Kisah berikut ini dipandang tidak benar karena bertentangan dengan syariat, serta tidak didukung oleh Al-Qur’an dan Sunnah Nabi juga akal sehat ;

2. Kisah Nabi Ayyu>b AS yang tertimpa penyakit yang terkesan mengerikan dan menjijikkan.
Didalam al-Qur’an disebutkan tentang penyakit yang menimpa Nabi Ayyu>b AS. Allah berfirman;
“ dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: "(Ya Tuhanku), Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan yang Maha Penyayang di antara semua Penyayang"( QS.al-Anbiya’: 83)

Sheikh Nawawi al-Banteny mengemukan sebuah kisah berikut :
“ Nabi Ayyub AS adalah seorang Rum dari keturunan Is bin Ishaq dan Ibunya dari keturunan Nabi Lu>t} AS Allah telah menjadikannya sebagai seorang Nabi dan telah memberikannya harta yang melimpah berupa binatang baik ternak maupun yang melata dan juga kebun. Allah juga telah menganugrahinya anak yang banyak laki-laki dan perempuan, Beliau sangat sayang kepada fakir miskin, menanggung beban anak-anak yatim, janda-janda dan memuliakan tamu. Lalu Allah meberikannya ujian berupa membinasakan semua anak-anaknya lewat tindihan bangunan rumahnya yang hancur, hartanya hilang dan ditimpakan kepadanya penyakit dibadannya selama delapan belas tahun, dari atas kepala sampai ujung kakinya keluar kutil-kutil yang menimbulkan rasa gatal-gatal. Beliau menggaruknya dengan kuku sampai kuku-kukunya patah, Lalu beliau menggaruknya dengan tembikar dan batu secara terus menerus sampai daging tubuhnya berguguran dan berbau busuk. Kemudian beliau di usir oleh penduduk kampungnya dan dibuatkan sebuah kemah untuknya.”

Berkenaan dengan kisah Nabi Ayyu>b AS diatas, beberapa ‘ulama memberikan tanggapan dan kritik dan penilaian antara lain :
1. Ibnu Kathi>r ( w.774 H)
Sungguh Wahb bin Munabbih telah meriwayatkan kisah sakitnya Nabi Ayyu>b itu secara panjang lebar . Ibnu Jari>r dan Ibnu Abi H}a>tim telah mengemukakan yang bersumber darinya, demikian pula tidak sedikit ‘ulama tafsir yang ikut meriwayatkannya. Didalam kisah tersebut terdapat keganjilan. Kami sendiri tidak mau mengungkapkannya karena terlalu panjang.
2. ‘Afi>f ‘Abd al- Fatah} T}abarah
Para ahli sejarah telh meriwayatkan kisah yang berhubungan dengan Nabi Ayyu>b . Mereka telah mengambil rujukannya dari Kitab Ayyu>b dan dari uraian-uraian orang – orang Yahudi terhadap kitab Taurat yang dinamai “ Hajadah “ . Kitab tersebut tidak dijadikan acuan oleh para ‘ulama dengan alas an akan mencampuraduk antara yang baik dengan yang buruk.
3. Rashi>d Rid}a (w.1935 M)
Berdasarkan akidah umat Islam terutama kaum ahli al-Sunnah, bahwa Allah Ta’ala telah menjaga para Nabi-Nya dari segala penyakit yang menjijikkan, karena hal itu dapat mengganggunya untuk menyampaikan wahyu dari Allah dan mereka berkata : Ini adalah pokok-pokok keimanan yang wajib diyakininya dan mendustakan yang menyalahinya.
F. Penutup
Isra’iliyya>t dalam tafsir al-Qur’an itu dibagi menjadi tiga kelompok , ada yang dipandang benar , ada yang tidak benar dan ada yang dipandang mungkin tidak benar. Karena kisah-kisah Isra’iliyyat tersebut hanya sekedar cerita dan berita , tidak menyangkut akidah atau hukum. Ketika meriwayatkannya hanya sekedar mengungkapkan hikayatnya saja tanpa memandang kisah itu benar atau salah, Analisa Penulis, Dengan sepintas jika kita perhatikan uraian diatas , kisah-kisah Isra<’iliya>t ada yang mengandung kebenaran dan ini didukung oleh dalil nash al-Qur’an dan al-Sunnah, juga ada kisah-kisah Isra’iliya>t yang berupa kebohongan dan bualan orang –orang yahudi seperti kisah Nabi Lu>th yang tidur dengan kedua putrinya, pada kisah yang masku>t ‘anhu penulis bersikap tawaqquf.
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar