Kamis, 13 Januari 2011

Takhrij Al-Hadis

TAKHRIJ AL HADIS

Sariono Sby

A.Pendahuluan
Hadits merupakan sumber hokum yang kedua setelah Al Qur’an. Keduanya merupakan sumber hukum Islam. Seorang pengkaji ajaran Islam , sering memerlukan petunjuk tentang nama surat,ayat, dan bunyi ayat ataupun hadis, tentu saja pengkaji harus mencari kamus indeks al-Qur’an maupun hadis untuk mempercepat proses pencarian ayat atau hadis di maksud.
Kamus hadis bagaimanapun lengkapnya tidak mungkin mampu mencakup seluruh hadis yang termuat dalam kitab kitab hadis yang telah dihimpun oleh ro>wi-ro>wi hadis. Walaupun demikian , kamus-kamus hadis yang telah ada kiranya telah memadai dan dapat memberi bantuan kepada pencari hadis yang ingin menemukan berbagai hadis yang termuat dalam kitab-kitab hadis ( kutub al-h}adi>th) yang beredar dikalangan akademik maupun pondok-pondok pesantren.
Lafal-lafal hadis yang dijumpai melalui bantuan kamus hadis, tidak memberikan informasi lansung tentang kualitas dari hadis yang bersangkutan, Apabila ingin mengetahui lebih lanjut tentang kualitasnya, maka harus mempelajari hadis tersebut dalam berbagai kitab hadis lainnya, khususnya kitab-kitab syarah hadis (sharh} al-h}adi>th) , ma’a>ni al-h}adi>th dan rija>l al-h}adi>th.
Menurut llmu hadis , kegiatan mencari hadis dengan cara menelusuri sampai berhasil menemukannya dalam kitab-kitab yang di tulis ro>winya langsung ( Mukharrij al-H}adi>th) disebut kegiatan Takhri>j al-Hadi>th. Dalam makalah ini penulis ingin memberikan ilustrasi tentang aktifitas Takhri>j al-hadi>th yang meliputi; pengertian, sejarah, urgensi takhri>j al- hadi>th dan metode-metode takhri>j al-hadi>th.
1.Pengertian Takhrid T}{ah}h}a>n, Takhri>j menurut bahasa memiliki banyak makna antara lain:
· Ijtima’
Bertemunya dua hal yang bertentangan pada satu waktu
· Khisbun wa Jadbun
‘Ahi; Khis}bun (subur) dan Jadbun ( kemarau)
· Ard}un Mukharrojah
Tanah yang sebagiannya tumbuh rumput dan sebagiannya tidak tumbuh rumput.
· Khorroja al-Lauhu Takhri>jan
Ia telah menulis sebagian tidak menulis sebagiannya lagi.
· Makhroj :
Artinya : Tempat keluar. dikatakan : Khoraja makhrojan hasanan, ha>dha makhrojahu = Ini tempat keluarnya.
Dari ungkapan para ahli Hadis ;
Ini hadis diketahui tempat keluarnya. Artinya : Tempat keluarnya,yaitu :

Para perawi Isnadnya yang mengeluarkan hadis dari jalur mereka. Dengan menjelaskan tempat keluarnya.Dengan demikian dengan menyebut tokoh-tokoh isnadnya yang telah mengeluarkan hadith dengan cara mereka. Juga ungkapan ; artinya Bukha>ri mengeluarkannya.
Inilah asal kata takhri>j dikalangan ahli Hadis :
Artinya: Menampakkan tempat keluarnya hadis dengan menyebut para perawi isnadnya.
Sedangkan menurut Ist}ilah yaitu;
“ Petunjuk jalan ke tempat/letak hadis pada sumber-sumber yang otentik yang takhri>j nya berikut sanadnya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan dua wacana takhrij ;
Pertama: petunjuk tempat/posisi hadis ( ) yaitu menyebut sejumlah kitab yang dijumpai hadis itu ,didalamnya seperti ungkapan “ Hadis ini telah ditakhrijkan oleh Ima>m Bukha>ri dalam S{ahihnya” atau Hadis ini telah ditakhrij oleh Imam T{abroni dalam Mu’jam nya .

Kedua : Sumber-sumber hadis yang autentik ( ) yaitu menyebut beberapa sumber hadis adalah sebagai berikut:
1.Kitab-kitab hadis yang dikodifikasi penyusunnya setelah menerima langsung dari guru-gurunya berikut sanad-sanadnya yang bersambung sampai Nabi SAW,Seperti al-Kutub al-Sittah ,al-Muwat}t}a Ima>m Ma>lik, Musnad Ima>m Ahmad, Mustadrak Ima>m al-Ha>kim, Musannaf Ima>m Abd al-Rahma>n dan lain sebagainya.
2.Kitab-kitab hadis pengiring kitab tersebut pada poin satu diatas sepertti; al-Jam’u Baina al-S}alihin oleh al-Humaidi>, Tuhfat al-Ashraf bi Ma’rifat al-At}rof oleh al-Mizzi>, atau kitab ringkasan dari sejumlah kitab Hadis seperti kitab Tahz{i>b Sunan Abi> Da>wud oleh al Munzir>i>.
3.Kitab-kitab yang yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu lain seperti tafsir,fiqih dan sejarah yang diperkuat oleh hadith-hadith. Dengan syarat,penyusunnya meriwayatkannya dengan sanad-sanadnya secara independen.

Menurut ahli hadis takhri>j memiliki beberapa makna :
1. Takhrij hadi>th itu disebutkan. Menurut Ibnu al-S{olah},
“Dalam penyusunan hadis ‘ulama mempunyai dua metode, pertama disusun berdasarkan bab-bab.Hadis ditakhrij berdasarkan hukum – hukum fiqih dan lain sebagainya…”
2. Takhri>j digunakan untuk arti; (mengeluarkan hadis dan periwayatannya dari isi kitab-kitab.
Takhri>j adalah ahli hadis yang mengeluarkan hadis dari guru-gurunya (masha>yi>kh), kitab – kitab dan lain sebagainya, dan dikatakan dari periwayatan dirinya , atau dari sebagian gurunya, dari teman-temannya, atau dari yang lain. Bisa juga berarti membicarakannya untuk orang yang pernah meriwyatkannya dari penulis kitab tersebut.

3. Takhri>j konotasinya Dila>lah yang berarti petunjuk;
“Petunjuk kepada sumber-sumber asal hadith dan berpedoman kepadanya. Demikian juga dengan menyebut penyusun yang telah meriwayatkannya.”
Imam al-Munawi mengomentari dalam kitabnya Faidul Qadir , pendapat al-Sayu>t}i “ Aku terlalu berlebihan dalam menguraikan Takhri>j…” dengan arti aku telah berusaha menguraikan hadith dan mengembalikannya kepada tokoh hadith yang mentakhri>jnya.
2. Histografi Takhri>j al-Hadi>th
Awalnya para ‘ulama dan peminat hadis tidak memerlukan al-‘Ulum al-hadith, kaidah-kaidah dan asal-usul yang kini disebut dengan takhrij al-Hadith, sebab kajian dan riset mereka tentang sumber-sumber hadis masih luas . Interaksi mereka dengan referensi hadis masih sangat kuat . Bila mereka memerlukan kesaksian (penguatan) suatu hadis dengan cepat mereka akan ingat letak dan sumbernya dari kitab hadis bahkan jilidnya pun dihafalnya. Oleh karena itu sangat gampang bagi mereka memanfaatkan dan merefensi hadis-hadis tertentu untuk mentakhrijnya.
Hal demikian berlangsung beberapa abad sampai terbatasnya waktu bagi ulama dan peminat hadis untuk menelaah kitab-kitab sunnah dari sumber-sumbernya yang asli; Ketika itulah mereka mengalami kesulitan mengetahui letak hadis yang dijadikan penguat oleh para penyusun kitab-kitab ilmu shar’i dan ilmu-ilmu lain ,seperti Fiqih,Tafsir dan Tarikh. Lalu sebagian ‘ulama Hadis bangkit, kemudian mentakhri>j hadis -hadis yang ada pada sebagian kitab bukan hadis dan mengacu hadis-hadis tersebut ke sumbernya dari kitab-kitab hadis yang asli dan mereka menyebut metode-metodenya. Mereka mengatakan,sebagian kitab tersebut atau seluruhnya s}ohih dan d}aif berdasarkan ketentuan yang berlaku. Lalu muncullah apa yang disebut Kitab Takhri>j al-H}adi>th .
Sepengetahuan Mahmu>d T{ah}h}a>n, kitab pertama jenis ini adalah kitab-kitab yang hadis –hadisnya ditakhrij oleh Khat{{i>b al-Baghda>di (463H). Yang paling terkenal adalah
Karangan Sha>rif Abi Qa>sim al-Maharwa>ni,keduanya masih berbentuk manuskrip. Kitab karangan Muhammad bin Musa al-Ha>zimi al-Sha>fi’i (w.584 H),dan kitab merupakan kitab fiqih Sha>fi’I karangan Abu Ish{aq al-Shyrozi.
3.Urgensi Takhrij al-h}adi>th sangat vital untuk para pencinta ilmu khususnya pengkaji ilmu-ilmu syar’i, mempelajari metode dan qawaid agar tahu bagaimana sumber hadith tersebut bisa ditemukan pada sumber-sumbernya yang orisinil. Takhri>j al-hadi>th memang memiliki peranan besar dalam menjaga keotentikkan suatu hadis. Setiap hadis yang ditemukan harus dilihat dan diperiksa darimana sumbernya.
Ada beberapa urgensi Takhri>j al-H}adi>th menurut ‘Alawi> al-Maliky al-Makki> dalam kitabnya al- Risa>latu al-Isla>miyah , antara lain:
1. Menguatkan keyakinan bahwa hadith tersebut betul-betul berasal dari Rasulullah SAW, yang harus diimami karena ada bukti baik sanad maupun matannya sahih.
2. Memberikan keterangan bahwa hadis tersebut masuk dalam kategori, s}ahih, hasan atau daif, apabila telah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya.
3. Memberikan informasi apakah hadis tersebut adalah makbul ( diterima) dan bisa dipraktekkan , atau mardu>d (ditolak) dan harus dipakai atau diamalkan.
4. Memberikan pengalaman bagi pencari hadis, untuk studi komparatif terhadap kitab-kitab hadis dari beberapa karya ‘ulama hadis, sehingga menyimpulkan bahwa hadis tersebut dinyatakan valid.
4 Metode Takhri>j H}adi>th
Metode takhri>j hadi>th menurut Syuhudi Isma’il ada dua ;
1. Takhrij hadith bi al-fa>z}, yaitu upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis dengan cara menelusuri matan hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicari.Takhri>j model ini biasanya menggunakan kitab kamus Hadis, Untuk mencari Hadis dalam Sahih al-Bukha>ri , pentakhrij bisa menggunakan kitab Hida>yat al-Ba>ri Ila Tarti>bi Ah}adith al-Bukha>ri oleh Imam Abd al-Rahim ‘Ambar al- Mis}ri al-Tahtawi>. Didalam kitab tersebut lafal hadis disusun menurut urutan abjad Arab. Hadis –hadis yang dikemukakan berulang-ulang dalam Sahih al-Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus tersebut. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat al-Bukha>ri tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.
Karena lafal – lafal Hadis yang dimuat dimulai dari awal matan hadis, maka pengguna kamus yang tidak mengetahui awal lafal matan tidak terbantu dengan mudah untuk mencari hadis riwayat al- Bukha>ri . Didalam kamus tersebut juga , tidak seluruh hadis S}ahih al- Bukha>ri dicantumkan , misalnya hadis Nabi tentang do’a perlindungan dari dosa dan hutang ( al-Ma’tham wa al-Maghram). Matan hadis tersebut termuat dalam S}ahih al-Bukh>ari, diriwayatkan dari ‘A>ishah, tercantum dalm kitab al-Istiqra>d}u wa Ada al-Duyu>n dengan nomor urut :43 nomor urut bab : 10 .
Disamping kamus diatas ada juga kitab kamus-kamus hadis untuk mentakhrij suatu hadis antara lain :
· Mu’jam al-Alfa>z} wa La> Siyama> al-Ghari>bu Minha> , oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Ba>qi>. Mahmu>d T}ah}h}a>n menyebutnya dengan Fihris Litarti>bi Aha>di>thi S}ahih} Muslim.
· Mifta>h} al-S}ah}i>h}ayn, oleh Muhammad al-Shari>f bin Mus}tafa al-Tawqi>di, untuk mencari hadis -hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukha>rid an Muslim.
· Al-Bughyat Fi> Tarti>bi Ah}a>di>thi al-H}ilyati, oleh al-Sayyid Abd al-‘Azi>z bin Al-Sayyid Muhammad bin al-Sayyid S}iddi>q al-Gamma>ri.
· Al-Ja>mi’ al-S{aghi>r min Ah}a>di>th al-Bashi>r al-Nadhi>r, oleh al-Imam Jalaluddin al-Sayut}i.

2. Takhri>j al- Hadi>th bi al-Maud}u>i , yaitu upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis berdasarkan topik masalah yang dibahas oleh sejumlah matan hadis.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah tertentu itu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab himpunan hadis, namun berbagai kitab itu biasanya tidak menunjukkan teks hadis menurut perawinya masing-masing. Padahal untuk memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut perawinya. Dengan bantuan kamus hadis tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat dari berbagai perawi akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadis tersebut adalah :
Kitab tersebut merupakan kamus hadis yang yang disusun berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus tersebut adalah Dr.A.J.Wensinck (w.1939 M), seorang orientalis yang besar jasanya dalam dunia perkamusan hadis. Dr.A.J.Wensinck adalah penyusun utama kitab kamus hadis :

Bahasa asli dari kitab adalah bahasa Inggris dengan judul A Handbook of Early Muhammadan. Kamus hadis yang berbahasa Inggeris tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Ba>qi, Beliau disamping menerjemahkan juga mengoreksi berbagai data yang salah.Naskah kamus bahasa Inggris tersebut diterbitkan pertama kali pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.
Sedangkan menurut Mahmu>d T{ahha>n, metode takhri>j ada lima yaitu:
· Takhri>j dengan jalan mengetahui s{ahabat perawi hadi>th.
· Takhri>j dengan jalan mengetahui lafaz{ pertama matan hadi>th.
· Takhri>j dengan jalan memperhatikan lafaz{ yang sering digunakan atau tidak dari bagian matan hadis.
· Takhri>j dengan jalan mengetahui topik hadis atau salah satu topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak.
· Takhrij dengan memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadith atau pada matannya.

Dua metode sudah dijelaskan sebelumnya yaitu Metode bi al-Alfaz ( mengetahui lafal matan hadith ) dan Metode bi al- Maudu’i ( topik-topik tertentu).

Metode ketiga yaitu,Takhrij dengan cara mengetahui sahabat perawi hadis, metode ini digunakan ketika nama sahabat tersebut tidak disebut pada sebuah hadis yang ingin ditakhrij. Maka perlu langkah mentakhrijnya setelah mengetahui sahabat perawinya. Untuk itu kita memerlukan tiga macam kitab :
Ø Musnad-musnad (al-Masanid)
Ø Mu’jam-mu’jam /Kamus ( al-Ma’ajim)
Ø Kitab-kitab al- At}rof .
Metode keempat adalah memperhatikan hal –ihwal hadis dan sifat-sifatnya yang terdapat pada matan hadis itu atau sanadnya. Lalu mencari sumber takhrij itu dengan jalan mengetahui keadaan sifat pada kitab yang mengklasisifikasi semua hadis yang terdapat sifat itu pada matan atau sanad.
Sedangkan Metode Kelima yaitu; Metode ini biasanya digunakan ketika akan memperkuat pengetahuan akan kata-kata pertama matan hadis, karena tanpa hal ini , pentakhrij akan kehilangan banyak waktu. Oleh karena itu butuh kitab-kitab penunjang antara lain :
v Kitab-kitab yang khusus memuat hadis yang terkenal dan telah beredar luas di masyarakat.
v Kitab-kitab yang memuat hadis -hadis yang tersusun secara ensiklopedis,
v Kunci –kunci dan daftar isi yang disusun oleh para ‘ulama untuk kitab-kitab tertentu.

Penutup dan Kesimpulan
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani. Hadis yang dianggap sahih, hasan dan daif , tidak boleh di vonis begitu saja tanpa melihat dan mencari sumber-sumbernya yang otentik. Cara –cara untuk seleksi hadith memerlukan perangkat pengetahuan berupa metodologi takhri>j al- hadi>th dengan tujuan tidak terjebak dalam parsialisme dalam memahami dan menafsirkan hadis.
Perlu diingat, bahawa dalam rangka mentakhrij hadis, diperlukan pengetahuan tentang biografi perawi, pendapat tokoh-tokoh hadis tentang mendengar sebagai rawi dari sebagian atau tidak mendengar . Juga hendaknya suatu hadis jangan dinilai sebelum ia tercantum pada kitab-kitab illat, untuk menemukan illat, shadh atau tidaknya.dan dalam menilai hadis cukuplah membahasnya dengan mengatakan; Sah}i>h al-Isna>d, H}asan al-Isna>d dan D}a’if al-Isna>d.
Semoga tulisan singkat ini bermanfaat, penulis menyadari makalah ini banyak kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu tegur dan saran dari rekan-rekan mahasiswa S2 PAI/Fiqih juga Bapak Dosen Pengampu Studi Hadis sangat diharapkan demi sempurnanya tulisan ini.



TAKHRIJ AL HADIS

Sariono Sby

A.Pendahuluan
Hadits merupakan sumber hokum yang kedua setelah Al Qur’an. Keduanya merupakan sumber hukum Islam. Seorang pengkaji ajaran Islam , sering memerlukan petunjuk tentang nama surat,ayat, dan bunyi ayat ataupun hadis, tentu saja pengkaji harus mencari kamus indeks al-Qur’an maupun hadis untuk mempercepat proses pencarian ayat atau hadis di maksud.
Kamus hadis bagaimanapun lengkapnya tidak mungkin mampu mencakup seluruh hadis yang termuat dalam kitab kitab hadis yang telah dihimpun oleh ro>wi-ro>wi hadis. Walaupun demikian , kamus-kamus hadis yang telah ada kiranya telah memadai dan dapat memberi bantuan kepada pencari hadis yang ingin menemukan berbagai hadis yang termuat dalam kitab-kitab hadis ( kutub al-h}adi>th) yang beredar dikalangan akademik maupun pondok-pondok pesantren.
Lafal-lafal hadis yang dijumpai melalui bantuan kamus hadis, tidak memberikan informasi lansung tentang kualitas dari hadis yang bersangkutan, Apabila ingin mengetahui lebih lanjut tentang kualitasnya, maka harus mempelajari hadis tersebut dalam berbagai kitab hadis lainnya, khususnya kitab-kitab syarah hadis (sharh} al-h}adi>th) , ma’a>ni al-h}adi>th dan rija>l al-h}adi>th.
Menurut llmu hadis , kegiatan mencari hadis dengan cara menelusuri sampai berhasil menemukannya dalam kitab-kitab yang di tulis ro>winya langsung ( Mukharrij al-H}adi>th) disebut kegiatan Takhri>j al-Hadi>th. Dalam makalah ini penulis ingin memberikan ilustrasi tentang aktifitas Takhri>j al-hadi>th yang meliputi; pengertian, sejarah, urgensi takhri>j al- hadi>th dan metode-metode takhri>j al-hadi>th.
1.Pengertian Takhrid T}{ah}h}a>n, Takhri>j menurut bahasa memiliki banyak makna antara lain:
· Ijtima’
Bertemunya dua hal yang bertentangan pada satu waktu
· Khisbun wa Jadbun
‘Ahi; Khis}bun (subur) dan Jadbun ( kemarau)
· Ard}un Mukharrojah
Tanah yang sebagiannya tumbuh rumput dan sebagiannya tidak tumbuh rumput.
· Khorroja al-Lauhu Takhri>jan
Ia telah menulis sebagian tidak menulis sebagiannya lagi.
· Makhroj :
Artinya : Tempat keluar. dikatakan : Khoraja makhrojan hasanan, ha>dha makhrojahu = Ini tempat keluarnya.
Dari ungkapan para ahli Hadis ;
Ini hadis diketahui tempat keluarnya. Artinya : Tempat keluarnya,yaitu :

Para perawi Isnadnya yang mengeluarkan hadis dari jalur mereka. Dengan menjelaskan tempat keluarnya.Dengan demikian dengan menyebut tokoh-tokoh isnadnya yang telah mengeluarkan hadith dengan cara mereka. Juga ungkapan ; artinya Bukha>ri mengeluarkannya.
Inilah asal kata takhri>j dikalangan ahli Hadis :
Artinya: Menampakkan tempat keluarnya hadis dengan menyebut para perawi isnadnya.
Sedangkan menurut Ist}ilah yaitu;
“ Petunjuk jalan ke tempat/letak hadis pada sumber-sumber yang otentik yang takhri>j nya berikut sanadnya kemudian menjelaskan martabatnya jika diperlukan.”
Dari definisi diatas dapat disimpulkan dua wacana takhrij ;
Pertama: petunjuk tempat/posisi hadis ( ) yaitu menyebut sejumlah kitab yang dijumpai hadis itu ,didalamnya seperti ungkapan “ Hadis ini telah ditakhrijkan oleh Ima>m Bukha>ri dalam S{ahihnya” atau Hadis ini telah ditakhrij oleh Imam T{abroni dalam Mu’jam nya .

Kedua : Sumber-sumber hadis yang autentik ( ) yaitu menyebut beberapa sumber hadis adalah sebagai berikut:
1.Kitab-kitab hadis yang dikodifikasi penyusunnya setelah menerima langsung dari guru-gurunya berikut sanad-sanadnya yang bersambung sampai Nabi SAW,Seperti al-Kutub al-Sittah ,al-Muwat}t}a Ima>m Ma>lik, Musnad Ima>m Ahmad, Mustadrak Ima>m al-Ha>kim, Musannaf Ima>m Abd al-Rahma>n dan lain sebagainya.
2.Kitab-kitab hadis pengiring kitab tersebut pada poin satu diatas sepertti; al-Jam’u Baina al-S}alihin oleh al-Humaidi>, Tuhfat al-Ashraf bi Ma’rifat al-At}rof oleh al-Mizzi>, atau kitab ringkasan dari sejumlah kitab Hadis seperti kitab Tahz{i>b Sunan Abi> Da>wud oleh al Munzir>i>.
3.Kitab-kitab yang yang berhubungan dengan disiplin ilmu-ilmu lain seperti tafsir,fiqih dan sejarah yang diperkuat oleh hadith-hadith. Dengan syarat,penyusunnya meriwayatkannya dengan sanad-sanadnya secara independen.

Menurut ahli hadis takhri>j memiliki beberapa makna :
1. Takhrij hadi>th itu disebutkan. Menurut Ibnu al-S{olah},
“Dalam penyusunan hadis ‘ulama mempunyai dua metode, pertama disusun berdasarkan bab-bab.Hadis ditakhrij berdasarkan hukum – hukum fiqih dan lain sebagainya…”
2. Takhri>j digunakan untuk arti; (mengeluarkan hadis dan periwayatannya dari isi kitab-kitab.
Takhri>j adalah ahli hadis yang mengeluarkan hadis dari guru-gurunya (masha>yi>kh), kitab – kitab dan lain sebagainya, dan dikatakan dari periwayatan dirinya , atau dari sebagian gurunya, dari teman-temannya, atau dari yang lain. Bisa juga berarti membicarakannya untuk orang yang pernah meriwyatkannya dari penulis kitab tersebut.

3. Takhri>j konotasinya Dila>lah yang berarti petunjuk;
“Petunjuk kepada sumber-sumber asal hadith dan berpedoman kepadanya. Demikian juga dengan menyebut penyusun yang telah meriwayatkannya.”
Imam al-Munawi mengomentari dalam kitabnya Faidul Qadir , pendapat al-Sayu>t}i “ Aku terlalu berlebihan dalam menguraikan Takhri>j…” dengan arti aku telah berusaha menguraikan hadith dan mengembalikannya kepada tokoh hadith yang mentakhri>jnya.
2. Histografi Takhri>j al-Hadi>th
Awalnya para ‘ulama dan peminat hadis tidak memerlukan al-‘Ulum al-hadith, kaidah-kaidah dan asal-usul yang kini disebut dengan takhrij al-Hadith, sebab kajian dan riset mereka tentang sumber-sumber hadis masih luas . Interaksi mereka dengan referensi hadis masih sangat kuat . Bila mereka memerlukan kesaksian (penguatan) suatu hadis dengan cepat mereka akan ingat letak dan sumbernya dari kitab hadis bahkan jilidnya pun dihafalnya. Oleh karena itu sangat gampang bagi mereka memanfaatkan dan merefensi hadis-hadis tertentu untuk mentakhrijnya.
Hal demikian berlangsung beberapa abad sampai terbatasnya waktu bagi ulama dan peminat hadis untuk menelaah kitab-kitab sunnah dari sumber-sumbernya yang asli; Ketika itulah mereka mengalami kesulitan mengetahui letak hadis yang dijadikan penguat oleh para penyusun kitab-kitab ilmu shar’i dan ilmu-ilmu lain ,seperti Fiqih,Tafsir dan Tarikh. Lalu sebagian ‘ulama Hadis bangkit, kemudian mentakhri>j hadis -hadis yang ada pada sebagian kitab bukan hadis dan mengacu hadis-hadis tersebut ke sumbernya dari kitab-kitab hadis yang asli dan mereka menyebut metode-metodenya. Mereka mengatakan,sebagian kitab tersebut atau seluruhnya s}ohih dan d}aif berdasarkan ketentuan yang berlaku. Lalu muncullah apa yang disebut Kitab Takhri>j al-H}adi>th .
Sepengetahuan Mahmu>d T{ah}h}a>n, kitab pertama jenis ini adalah kitab-kitab yang hadis –hadisnya ditakhrij oleh Khat{{i>b al-Baghda>di (463H). Yang paling terkenal adalah
Karangan Sha>rif Abi Qa>sim al-Maharwa>ni,keduanya masih berbentuk manuskrip. Kitab karangan Muhammad bin Musa al-Ha>zimi al-Sha>fi’i (w.584 H),dan kitab merupakan kitab fiqih Sha>fi’I karangan Abu Ish{aq al-Shyrozi.
3.Urgensi Takhrij al-h}adi>th sangat vital untuk para pencinta ilmu khususnya pengkaji ilmu-ilmu syar’i, mempelajari metode dan qawaid agar tahu bagaimana sumber hadith tersebut bisa ditemukan pada sumber-sumbernya yang orisinil. Takhri>j al-hadi>th memang memiliki peranan besar dalam menjaga keotentikkan suatu hadis. Setiap hadis yang ditemukan harus dilihat dan diperiksa darimana sumbernya.
Ada beberapa urgensi Takhri>j al-H}adi>th menurut ‘Alawi> al-Maliky al-Makki> dalam kitabnya al- Risa>latu al-Isla>miyah , antara lain:
1. Menguatkan keyakinan bahwa hadith tersebut betul-betul berasal dari Rasulullah SAW, yang harus diimami karena ada bukti baik sanad maupun matannya sahih.
2. Memberikan keterangan bahwa hadis tersebut masuk dalam kategori, s}ahih, hasan atau daif, apabila telah diadakan penelitian dari segi matan maupun sanadnya.
3. Memberikan informasi apakah hadis tersebut adalah makbul ( diterima) dan bisa dipraktekkan , atau mardu>d (ditolak) dan harus dipakai atau diamalkan.
4. Memberikan pengalaman bagi pencari hadis, untuk studi komparatif terhadap kitab-kitab hadis dari beberapa karya ‘ulama hadis, sehingga menyimpulkan bahwa hadis tersebut dinyatakan valid.
4 Metode Takhri>j H}adi>th
Metode takhri>j hadi>th menurut Syuhudi Isma’il ada dua ;
1. Takhrij hadith bi al-fa>z}, yaitu upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis dengan cara menelusuri matan hadis yang bersangkutan berdasarkan lafal dari hadis yang dicari.Takhri>j model ini biasanya menggunakan kitab kamus Hadis, Untuk mencari Hadis dalam Sahih al-Bukha>ri , pentakhrij bisa menggunakan kitab Hida>yat al-Ba>ri Ila Tarti>bi Ah}adith al-Bukha>ri oleh Imam Abd al-Rahim ‘Ambar al- Mis}ri al-Tahtawi>. Didalam kitab tersebut lafal hadis disusun menurut urutan abjad Arab. Hadis –hadis yang dikemukakan berulang-ulang dalam Sahih al-Bukhari tidak dimuat secara berulang dalam kamus tersebut. Dengan demikian perbedaan lafal dalam matan hadis riwayat al-Bukha>ri tidak dapat diketahui lewat kamus tersebut.
Karena lafal – lafal Hadis yang dimuat dimulai dari awal matan hadis, maka pengguna kamus yang tidak mengetahui awal lafal matan tidak terbantu dengan mudah untuk mencari hadis riwayat al- Bukha>ri . Didalam kamus tersebut juga , tidak seluruh hadis S}ahih al- Bukha>ri dicantumkan , misalnya hadis Nabi tentang do’a perlindungan dari dosa dan hutang ( al-Ma’tham wa al-Maghram). Matan hadis tersebut termuat dalam S}ahih al-Bukh>ari, diriwayatkan dari ‘A>ishah, tercantum dalm kitab al-Istiqra>d}u wa Ada al-Duyu>n dengan nomor urut :43 nomor urut bab : 10 .
Disamping kamus diatas ada juga kitab kamus-kamus hadis untuk mentakhrij suatu hadis antara lain :
· Mu’jam al-Alfa>z} wa La> Siyama> al-Ghari>bu Minha> , oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Ba>qi>. Mahmu>d T}ah}h}a>n menyebutnya dengan Fihris Litarti>bi Aha>di>thi S}ahih} Muslim.
· Mifta>h} al-S}ah}i>h}ayn, oleh Muhammad al-Shari>f bin Mus}tafa al-Tawqi>di, untuk mencari hadis -hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukha>rid an Muslim.
· Al-Bughyat Fi> Tarti>bi Ah}a>di>thi al-H}ilyati, oleh al-Sayyid Abd al-‘Azi>z bin Al-Sayyid Muhammad bin al-Sayyid S}iddi>q al-Gamma>ri.
· Al-Ja>mi’ al-S{aghi>r min Ah}a>di>th al-Bashi>r al-Nadhi>r, oleh al-Imam Jalaluddin al-Sayut}i.

2. Takhri>j al- Hadi>th bi al-Maud}u>i , yaitu upaya pencarian hadis pada kitab-kitab hadis berdasarkan topik masalah yang dibahas oleh sejumlah matan hadis.
Pencarian matan hadis berdasarkan topik masalah tertentu itu dapat ditempuh dengan cara membaca berbagai kitab himpunan hadis, namun berbagai kitab itu biasanya tidak menunjukkan teks hadis menurut perawinya masing-masing. Padahal untuk memahami topik tertentu tentang petunjuk hadis, diperlukan pengkajian terhadap teks-teks hadis menurut perawinya. Dengan bantuan kamus hadis tertentu, pengkajian teks dan konteks hadis menurut riwayat dari berbagai perawi akan mudah dilakukan. Salah satu kamus hadis tersebut adalah :
Kitab tersebut merupakan kamus hadis yang yang disusun berdasarkan topik masalah. Pengarang asli kamus tersebut adalah Dr.A.J.Wensinck (w.1939 M), seorang orientalis yang besar jasanya dalam dunia perkamusan hadis. Dr.A.J.Wensinck adalah penyusun utama kitab kamus hadis :

Bahasa asli dari kitab adalah bahasa Inggris dengan judul A Handbook of Early Muhammadan. Kamus hadis yang berbahasa Inggeris tersebut diterjemahkan kedalam bahasa Arab oleh Muhammad Fu’ad Abd al-Ba>qi, Beliau disamping menerjemahkan juga mengoreksi berbagai data yang salah.Naskah kamus bahasa Inggris tersebut diterbitkan pertama kali pada tahun 1927 dan terjemahannya pada tahun 1934.
Sedangkan menurut Mahmu>d T{ahha>n, metode takhri>j ada lima yaitu:
· Takhri>j dengan jalan mengetahui s{ahabat perawi hadi>th.
· Takhri>j dengan jalan mengetahui lafaz{ pertama matan hadi>th.
· Takhri>j dengan jalan memperhatikan lafaz{ yang sering digunakan atau tidak dari bagian matan hadis.
· Takhri>j dengan jalan mengetahui topik hadis atau salah satu topiknya jika ia mempunyai topik yang banyak.
· Takhrij dengan memperhatikan sifat-sifat spesifik pada sanad hadith atau pada matannya.

Dua metode sudah dijelaskan sebelumnya yaitu Metode bi al-Alfaz ( mengetahui lafal matan hadith ) dan Metode bi al- Maudu’i ( topik-topik tertentu).

Metode ketiga yaitu,Takhrij dengan cara mengetahui sahabat perawi hadis, metode ini digunakan ketika nama sahabat tersebut tidak disebut pada sebuah hadis yang ingin ditakhrij. Maka perlu langkah mentakhrijnya setelah mengetahui sahabat perawinya. Untuk itu kita memerlukan tiga macam kitab :
Ø Musnad-musnad (al-Masanid)
Ø Mu’jam-mu’jam /Kamus ( al-Ma’ajim)
Ø Kitab-kitab al- At}rof .
Metode keempat adalah memperhatikan hal –ihwal hadis dan sifat-sifatnya yang terdapat pada matan hadis itu atau sanadnya. Lalu mencari sumber takhrij itu dengan jalan mengetahui keadaan sifat pada kitab yang mengklasisifikasi semua hadis yang terdapat sifat itu pada matan atau sanad.
Sedangkan Metode Kelima yaitu; Metode ini biasanya digunakan ketika akan memperkuat pengetahuan akan kata-kata pertama matan hadis, karena tanpa hal ini , pentakhrij akan kehilangan banyak waktu. Oleh karena itu butuh kitab-kitab penunjang antara lain :
v Kitab-kitab yang khusus memuat hadis yang terkenal dan telah beredar luas di masyarakat.
v Kitab-kitab yang memuat hadis -hadis yang tersusun secara ensiklopedis,
v Kunci –kunci dan daftar isi yang disusun oleh para ‘ulama untuk kitab-kitab tertentu.

Penutup dan Kesimpulan
Hadis merupakan sumber hukum kedua setelah al-Qur’an yang harus dipedomani. Hadis yang dianggap sahih, hasan dan daif , tidak boleh di vonis begitu saja tanpa melihat dan mencari sumber-sumbernya yang otentik. Cara –cara untuk seleksi hadith memerlukan perangkat pengetahuan berupa metodologi takhri>j al- hadi>th dengan tujuan tidak terjebak dalam parsialisme dalam memahami dan menafsirkan hadis.
Perlu diingat, bahawa dalam rangka mentakhrij hadis, diperlukan pengetahuan tentang biografi perawi, pendapat tokoh-tokoh hadis tentang mendengar sebagai rawi dari sebagian atau tidak mendengar . Juga hendaknya suatu hadis jangan dinilai sebelum ia tercantum pada kitab-kitab illat, untuk menemukan illat, shadh atau tidaknya.dan dalam menilai hadis cukuplah membahasnya dengan mengatakan; Sah}i>h al-Isna>d, H}asan al-Isna>d dan D}a’if al-Isna>d.




















1 komentar:

  1. ARE YOU IN NEED OF A PROFESSIONAL HACKER?(CATCHING A CHEATING SPOUSE, RECOVERY OF LOST FUNDS, WEBSITE HACK...)
    High prolific information and Priviledges comes rare as i would be sharing with you magnificent insight you wish you heard years before now. As it's been understood that what people don't see, they will never know.
    Welcome to the Global KOS hacking agency where every request on hacking related issues are met within a short period of time.
    If your shoe fits in any of the requested services below, you will be assigned to a designated professional hacker who is systematically known for operating on a dark web V-link protocol.
    The manual operation of this hackers is to potentially deploy a distinguished hacking techniques to penetrating computers and various type of database system to meet your request. Penetration of computing systems are achieved using software tools like Ransomeware, SQL/Keylogger injection. botnet, trojan and DDOS attacks.
    Providing value added services to clients as a hacker has been our sustaining goal.
    Are you faced with cyber challenges like
    ● Hacking into the mobile phone of a cheating spouse.✅ This type of hack helps you track every move of your cheater as we are bent on helping you gain full remote access into the cheater's mobile phone using a trojan clone cracking system to penetrate their social media platforms like Facebook, whatsapp, snapchat etc.
    ●Recovery of lost funds:✅.It saddens our mind when client expresses annoyance or dissatisfaction of unethical behaviours of scammers.
    with a diverse intercall XX breacher software enables you track the data location of a scammer. Extracting every informations on the con database, every requested information required by the Global KOS would be used to tracking every transaction, time and location of the scammer using this systematic courier tracking base method.
    ●Credit Score Upgrade:✅Due to our transformed changes on Equifax tracking , upgrading of credit score are backed by our cyber tech breaching licence, This hacking process drastically generates you an undestructive higher credit score which correlates to a higher level of creditworthiness. The time frame for upgrading a credit score requires eighteen(18) hours
    ● BITCOIN GENERATOR:✅ (Higher job profile). This involves using the ANTPOOL Sysytem drifting a specialized hardware and software implementing tool in slot even-algorithms to incentivize more coins into your wallet which in turn generates more coins exponentially like a dream at specified intervals.
    Other suberb services rendered by the globalkos are
    • Email hacks📲
    • Hacking of websites.📲
    • Uber free payment hacks.📲
    • website hack.📲
    Our strength is based on the ability to help you fix cyber problems by bringing together active cyber hacking professionals in the GlobalkOS to work with.
    For more inquiries and prolific Hacking services visit
    Clarksoncoleman(at)gmail • com.
    Theglobalkos(at)gmail •com.
    ©Global KOS™
    2030.

    BalasHapus