BAB I
PENDAHULUAN
Bani Abbasiyah berhasil memegang kekuasaan kekhalifahan selama tiga abad, mengkonsolidasikan kembali kepemimpinan gaya Islam dan menyuburkan ilmu pengetahuan dan pengembangan budaya Timur Tengah. Tetapi pada tahun 940 kekuatan kekhalifahan menyusut ketika orang-orang non-Arab, khususnya orang Turki (dan kemudian diikuti oleh Mamluk di Mesir pada pertengahan abad ke-13), mulai mendapatkan pengaruh dan mulai memisahkan diri dari kekhalifahan
Masa pemerintahan Daulah ‘Abbasiyah merupakan masa kejayaan Islam dalam berbagai bidang. Di zaman ini tamadun Islam telah mulai mantap setelah selesainya gerakan perluasan dan penaklukan yang menjadi keistimewaan zaman pemerintahan Bani Umayyah. Sejarah dan berbagai legenda menyebutkan bahwa zaman keemasan daulah Abbasiyah terjadi selama masa kekhalifahan Harun al-Rasyid. Tingkat kemakmuran, kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada masa inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat tak tertandingi, tidak ada yang menyamainya dalam hal keluasan wilayah yang diperintahnya, dan kekuatan pemerintahannya serta ketinggian kebudayaan dan peradaban yang berkembang di negaranya.
Agar kita mendapatkan pengetahuan dan wawasan tentang daulah Bani Abbasiyah secara luas dan tepat bahasan, maka pemakalah membatasi pembahasan pada masalah ; berdirinya, perkembangan dan masa kejayaan peradabannya.
BAB II
PEMBAHASAN
Berdirinya Daulah Abbasiyah
Pada awalnya Muhammad bin Ali, cicit dari Abbas menjalankan kampanye untuk mengembalikan kekuasaan pemerintahan kepada keluarga Bani Hasyim di Parsi pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Abdul Aziz.
Selanjutnya pada masa pemerintahan Khalifah Marwan II, pertentangan ini semakin memuncak yang didukung oleh provinsi Khurasan, mencapai kesuksesan yang cukup besar, namun ditangkap (747 M) dan meninggal di penjara.. Pertengkaran diambil oleh saudaranya Abdallah, yang dikenal dengan nama Abu al-'Abbas al-Saffah, yang, setelah kemenangan yang menentukan di sungai Zab Raya (750), akhirnya hancur Bani Umayyah dan khalifah diproklamasikan dengan kholifah pertama Abu al-'Abbas as-Saffah
Dinamakan khalifah atau dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad saw. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al Saffah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu al Abbas.
Perkembangan dan masa kejayaan Daulah Abbasiyah
Daulah Bani Abbasiyah mencapai masa keemasannya khalifah al Mahdi (775-785 M) sampai khalifah al-Mutawakkil (847-861 M). Secara politis, para khalifah betul-betul tokoh yang kuat dan merupakan pusat kekuasaan politik dan agama sekaligus. Di sisi lain kemakmuran masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Namun, setelah periode ini berakhir, pemerintahan Bani Abbasiyah mulai menurun dalam bidang politik meskipun filsafat dan ilmu pengetahuan berkembang.
Kalau dasar-dasar pemerintahan Bani Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al-Abbas dan Abu Ja’far al-Mansur, maka puncak keemasannya dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu:
1. Al-Mahdi (775-785 M)
2. Al-Hadi (775-786 M)
3. Harun al-Rasyid (785-809 M)
4. Al-Ma’mun (813-833 M)
5. Al-Mu’tashim (833-842 M)
6. Al-Wasiq (842-847 M)
7. Al-Mutawakkil (847-861 M)
Popularitas Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Ketika mendirikan sebuah akademi pertama dilengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan. Adapun kemajuan yang dapat dicapai adalah sebagai berikut.
Secara terperinci perkembangan dan kejayaan peradaban Daulah Abbasiyah tersebar dalam banyak bidang antara lain:
1. Bidang ekonomi
Pada masa al-Mahdi, perekonomian mulai meningkat dengan peningkatan di sektor pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Basrah menjadi pelabuhan yang penting.
2. Bidang Politik dan Pemerintahan
Pada mulanya ibu kota negara adalah al-Hasyimiyah, dekat Kufah. Namun, untuk lebih memantapkan dan menjaga stabilitas negara yang baru berdiri itu, al-Mansyur memindahkan ibu kota negara ke kota yang baru dibangunnya, Baghdad, dekat bekas ibu kota Persia, Ctesiphon, tahun 762 M. Dengan demikian, pusat pemerintahan dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia. Di ibu kota yang baru ini al-Manshur melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya, di antaranya dengan membuat semacam lembaga eksekutif dan yudikatif. Di bidang pemerintahan, dia menciptakan tradisi baru dengan mengangkat Wazir sebagai koordinator dari kementrian yang ada, Wazir pertama yang diangkat adalah Khalid bin Barmak, berasal dari Balkh, Persia. Dia juga membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara, dan kepolisian negara di samping membenahi angkatan bersenjata.
Khalifah al Mansur menunjuk Muhammad Abd al-Rahman sebagai hakim pada lembaga kehakiman Negara. Jawatan pos yang sudah ada sejak masa dinasti Umayyah ditingkatkan peranannya dengan tambahan tugas. Kalau dulu hanya sekedar untuk mengantar surat, pada masa al Mansur, jawatan pos ditugaskan untuk menghimpun seluruh informasi di daerah-daerah sehingga administrasi kenegaraan dapat berjalan lancar. Para direktur jawatan pos bertugas melaporkan tingkah laku gubernur setempat kepada khalifah.
Pada masa pemerintahan Bani Abbasiyah, kebijakan-kebijakan politik yang dikembangkan antara lain:
a. Memindahkan ibu kota negara dari Damaskus ke Baghdad
b. Memusnahkan keturunan Bani Umayyah
c. Merangkul orang-orang Persia, dalam rangka politik memperkuat diri, Abbasiyah memberi peluang dan kesempatan besar kepada kaum Mawali.
d. Menumpas pemberontakan-pemberontakan
e. Menghapus politik strata sosial
f. Para khalifah tetap dari keturunan Arab, sedang para menteri, panglima, gubernur dan para pegawai lainnya dipilih dari keturunan Persia dan Mawali.
g. Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia
h. Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya.
i. Para menteri turunan Persia diberi kekuasaan penuh untuk menjalankan tugasnya dalam pemerintah.
3. Bidang ilmu pengetahuan
Popularitas Daulah Bani Abbasiyah mencapai puncaknya pada zaman khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun. Ketika mendirikan sebuah akademi pertama di lengkapi pula dengan lembaga untuk penerjemahan. Adapun kemajuan yang dapat dicapai adalah sebagai berikut :
a. Lembaga dan kegiatan ilmu pengetahuan
Sebelum dinasti Bani Abbasiyah, pusat kegiatan dunia Islam selalu bermuara pada masjid. Masjid dijadikan center of education. Pada dinasti Bani Abbasiyah inilah mulai adanya pengembangan keilmuan dan teknologi diarahkan ke dalam ma’had. Lembaga ini kita kenal ada dua tingkatan:
1). Maktab/kuttab dan masjid yaitu lembaga pendidikan terendah, tempat anak-anak remaja belajar dasar-dasar bacaan, menghitung dan menulis serta anak remaja belajar dasar-dasar ilmu agama.
2). Tingkat pendalaman, para pelajar yang ingin memperdalam Islam pergi ke luar daerah atau ke masjid-masjid, bahkan ke rumah gurunya. Pada tahap berikutnya, mulailah dibuka madrasah-madrasah yang dipelopori Nizhamul Muluk yang memerintah pada tahun 456-485 H. Lembaga inilah yang kemudian berkembang pada masa dinasti Bani Abbasiyah.
Lembaga-lembaga ini kemudian berkembang pada pemerintahan bani Abbas, dengan berdirinya perpustakaan dan akademi. Perpustakaan pada saat itu lebih merupakan sebuah universitas, karena di samping terdapat kitab-kitab, di sana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.
Gerakan keilmuan pada dinasti Abbasiyah lebih bersifat spesifik, kajian keilmuan yang kemanfaatannya bersifat keduniaan bertumpu pada ilmu kedokteran, di samping kajian yang bersifat pada al-Qur’an dan al-Hadits, sedang astronomi, mantiq dan sastra baru dikembangkan dengan penerjemahan dari Yunani.
Perkembangan lembaga pendidikan itu mencerminkan terjadinya perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan. Hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak zaman bani Umayyah, maupun sebagai bahasa ilmu pengetahuan.
Di samping itu, kemajuan tersebut juga ditentukan oleh dua hal yaitu :
1.) Terjadinya asimilasi antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Asimilasi berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa itu memberi saham-saham tertentu dalam perkembangan ilmu pengetahuan. Pengaruh Persia yang sangat kuat dalam bidang pemerintahan juga banyak berjasa dalam pengembangan ilmu, filsafat dan sastra. Pengaruh Yunani masuk melalui terjemahan-terjemahan dalam banyak bidang ilmu, terutama filsafat, sedang pengaruh India terlihat dalam bidang kedokteran, ilmu matematika dan astronomi.
2. ) Gerakan terjemahan yang berlangsung dalam tiga fase.
a.) Fase pertama, pada masa khalifah al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi dan mantiq
b.) Fase kedua, berlangsung mulai khalifah al-Ma’mun hingga tahun 300 H.
c) Fase ketiga, berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas. Bidang-bidang yang diterjemahkan semakin luas.
3) Ilmu kalam muktazilah yang memiliki daya dorong tinggi terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
4) Faktor ekonomi yang berkembang baik notabene telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan ilmu pengetahuan
5) Khalifah-khalifah yang alim juga berpengaruh besar terhadap berkembangnya ilmu pengetahuan
b. Kemajuan dalam bidang ilmu agama
Pada masa dinasti Bani Abbasiyah, ilmu dan metode tafsir mulai berkembang, terutama dua metode, yaitu tafsir bil al-ma’tsur (interpretasi tradisional dengan mengambil interpretasi dari nabi dan para sahabat), dan tafsir bil al-ra’yi (metode rasional yang lebih banyak bertumpu kepada pendapat dan pikiran daripada hadits dan pendapat sahabat).
Dalam bidang hadits, pada zamannya hanya bersifat penyempurnaan, pembukuan dari catatan dan hafalan dari para sahabat. Pada zaman ini juga mulai diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis.
Dalam bidang fiqh, pada masa ini lahir fuqaha legendaris, seperti Imam Hanifah (700-767 M), Imam Malik (713-795 M), Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad ibn Hambal (780-855 M).
Ilmu lughah tumbuh berkembang dengan pesat pula karena bahasa Arab yang semakin dewasa memerlukan suatu ilmu bahasa yang menyeluruh.
c. Sains dan teknologi
Kemajuan dalam bidang ilmu sains antara lain:
1. Astronomi, ilmu ini melalui karya India Sindhind, kemudian diterjemahkan Muhammad ibn Ibrahim al-Farazi (77 M). Di samping itu, masih ada ilmuwan Islam lainnya, seperti Ali ibn Isa al-Asturlabi, al-Farghani, al-Battani, Umar al-Khayyam dan al-Tusi.
2. Kedokteran, dokter pertama yang terkenal adalah Ali ibn Rabban al-Tabari. Tokoh lainnya al-Razi, al-Farabi dan Ibnu Sina.
3. Kimia, tokohnya adalah Jabir ibn Hayyan (721-815 M). Tokoh lainnya al-Razi, al-Tuqrai yang hidup di abad ke-12 M.
4. Sejarah dan geografi, tokohnya Ahmad ibn al-Yakubi, Abu Ja’far Muhammad bin Ja’far bin Jarir al-Tabari. Kemudian ahli ilmu bumi yang terkenal adalah Ibnu Khurdazabah (820-913 M).
d. Lahirnya tokoh-tokoh Intelektual Muslim
Pada masa daulah Bani Abbasiyah, telah banyak tokoh-tokoh intelektual muslim yang berhasil menemukan berbagai bidang ilmu pengetahuan, antara lain yaitu :
1. Filsafat
Setelah kitab-kitab filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, kaum muslimin sibuk mempelajari ilmu filsafat, sehingga lahir filosof dunia yang terkenal, yaitu :
a). Abu Ishak al-Hindy (karyanya lebih dari 231 judul)
b). Abu Nashr al-Faraby (karyanya sebanyak 12 buah)
c). Ibnu Sina (karyanya al Syifa’, al-Qanun fil al-Thib)
d). Ibnu Bajah
e). Ibnu Thufail
f). Al-Ghazali (terkenal dengan karyanya Ihya’ Ulumuddin)
g). Ibn Rusyd (terkenal dengan Averoes di wilayah barat).
2. Kedokteran
Daulah Bani Abbasiyah telah melahirkan banyak dokter kenamaan, yaitu:
a. Abu Zakaria Yuhana ibn Maskawaih
b. Sabur ibn Sahal
c. Abu Zakaria al-Razi (tokoh pertama yang membedakan cacar dengan measles)
d. Ibnu Sina
3. Matematika
Di antara ahli matematika Islam terkenal adalah pengarang kitab al-Gebra (al-Jabar), ahli matematika yang berhasil menemukan angka nol (0).
4. Farmasi dan Kimia
Di masa para ahli farmasi dan kimia pada masa pemerintahan dinasti Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar (karyanya yang terkenal adalah al-Mughni).
5. Perbintangan
Tokoh ilmu perbintangan antara lain:
a. Abu Manshur al-Falaky
b. Jabir al-Batany (pencipta teropong bintang)
c. Raihan al-Bairleny
d. Abu Ali al-Hasan ibn al-Hitami (terkenal dengan al-Hazen dalam bidang optik).
6. Tafsir dan Hadits
Ilmu tafsir yang berkembang pesat adalah tafsir al-Ma’tsur dan al-Ra’yi di antara tokoh-tokohnya adalah :
a. Ibnu Jarir al-Thabari (ahli tafsir al-Ma’tsur
b. Ibnu Athiyah al-Andalusy (ahli tafsir al-Ma’tsur)
c. Abu Bakar Asam (ahli tafsir al-Ra’yi)
d. Abu Muslim Muhammad (ahli tafsir al-Ra’yi)
Sedangkan tokoh ilmu hadits yang terkenal antara lain :
a. Imam Bukhari
b. Imam Muslim
c. Ibnu Majah
d. Abu Dawud
e. Al-Nasa’i
7. Kalam dan Bahasa
Perdebatan para ahli mengenai dosa, pahala, surga, dan neraka serta pembicaraan mereka mengenai ilmu ketuhanan atau tauhid menghasilkan ilmu, yaitu ilmu tauhid dan ilmu kalam. Para pelopornya adalah Jaham ibnu Shafwan, Wasil bin Atha’.
Sedangkan ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah nahwu, bayan, badi’ dan arudl. Di antara ilmuwan bahasa yang terkenal, adalah:
a. Imam Sibawih (karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman)
b. Al-Kasai
c. Abu Zakaria al-Farra (kitab nahwunya terdiri dari 6.000 halaman)
BAB III
KESIMPULAN
Dari uraian pembahasan, dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut :
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al Shoffah ibnu Muhammad ibnu Ali ibnu Abdullah ibnu al Abbas. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al Abbas paman nabi Muhammad saw.
Perkembangan dan kejayaan khilafah Daulah Abbasiyah telah nampak sejak kepemimpinan al Mahdi sampai al Mutawakkil dengan bentuk perkembangan di segala bidang antara lain :
Bidang ekonomi
Bidang politik dan pemerintahan
Bidang ilmu pengetahuan
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Amin, Dhuha Al islam, Jilid I, (Kairo: Lajnah al Ta’lif Wa al Nasyr, Tanpa tahun)
Ajid Thohir, Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004)
Ali Mufrodi, Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, (Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997)
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 3, terj. Muhammad Labib Ahmad, (Jakarta: Pustaka al Husna Baru,2003).
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Dirasah Islamiyah II (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006)
Hassan Ibrahim Hassan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Penerbit Kota Kembang, 1989)
Hasymy, A. (Ed.), Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia,(Jakarta: PT. Al Ma’arif, 1993)
Jurji Zaidan, Tarikh Al Tamaddun Al Islam-Tamaddun- Al Islami, Jilid III, (Kairo: Dar Al-Hilal,tt)
Murodi, Sejarah Kebudayaan Islam, (Semarang: PT. Thoha Putra, 2003)
Philip K. Kitti, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dkk. (Jakarta; Serambi Ilmu Semesta, 2006 ).

Tidak ada komentar:
Posting Komentar