Minggu, 09 Januari 2011

makalahku: Kitab sunan

BAB I
PENDAHULUAN
Urutan pertama dalam peraturan perundangan (hukum) islam adalah al- qur’a>n. Hadith adalah sumber hukum Islam yang kedua setelah al-Qur'a>n dan mempunyai fungsi sebagai penjelas dari apa yang tertuang dalam al-Qur'a>n melalui lisan Rasulullah. Kedua sumber hukum Islam inipun telah banyak diteliti oleh para cendekiawan, yang kemudian banyak memunculkan kitab-kitab 'Ulu>m al-Qur'a>n dan 'Ulu>m al-Hadi>th. Tetapi ada yang membedakan dalam penelitian atas keduanya. Karena al-Qur'a>n mempunyai nilai Qat{'i al-Wuru>d yang artinya tidak diragukan lagi, bahwa kedatangannya memang dari Allah yang maha benar, dan Allah sendiri yang akan menjaga keontetikannya, namun hadits tidaklah demikian. Dari segi datang (wuru>d) nya hadith tidak diyakini semuanya berasal dari Nabi, melainkan ada yang berasal dari selain Nabi. Hal ini selain disebabkan sifat dari lafal-lafal hadith yang tidak bersifat mu'jizat, juga disebabkan perhatian dalam penulisan hadith pada zaman nabi agak kurang, bahkan beliau pernah melarangnya karena dikhawatirkan akan bercampur aduk dengan al-Qur'an. Maksud dari pelarangan ini dalam tertib pendidikan adalah untuk mendahulukan yang lebih penting (al-Qur'an) untuk dipelajari
Karena kekhawatiran tersebut, sehingga pada masa pemerintahan Abu> Bakr dan 'Umar sedikit sekali periwayatan hadith sampai pada masa khalifah yang keempat yaitu 'Ali ibn Abi> T{a>lib adalah masa yang tidak menguntungkan untuk penulisan hadith. Namun demikian para sahabat pada masa itu telah menghafal banyak hadith dan menyebarkannya kepada pihak lain. Diantanya adalah : Abd Alla>h ibn Umar 2630 hadith, 'Aishah binti Abi> Bakr 2210 hadith, Abd Alla>h ibn 'Abba>s 1660 hadith, Anas ibn Ma>lik 2276 hadith, dan Abd Alla>h ibn 'Amr 5374 hadith. Mereka meriwayatkan kepada orang lain tanpa sedikitpun mengurangi redaksi hadith tersebut. Kemudian setelah Islam tersebar ke berbagai daerah, adalah Umar ibn 'Abd al-'Azi>z khalifah terakhir Bani Umayyah - memerintah dari tahun 99 H sampai 101 H- yang memprakarsai tadwi>n (kodifikasi) hadith. Hal ini dilakukan untuk menjaga keutuhan hadith Nabi dari hal-hal yang bukan berasal dari Nabi, juga penggunaan hadith untuk kepentingan politik serta madhhab, telah hilangnya faktor yang melarang penulisan hadith dan kekhawatiran hilangnya hadith jika tidak di tadwin
Dengan prakarsa beliau inilah, maka muncul pada abad ke-2 H ini kitab-kitab hadith yang terkenal yaitu, al-Muwat{{ta' karya Imam Malik, Musnad al-Sha>fi'i dan Mukhtalif al-Hadi>th karya Imam al-Shafi'i. Pada abad ke-3 kita mengenal kitab hadith enam tu al-Kutub al-Sittah, yaitu, Sah{i>h{ al-Bukha>ri, Sah{i>h{ Muslim, Sunan Abi> Da>wu>d, Sunan Al-Tirmidhi, Sunan Al- Nasa>'i, dan Sunan Ibn Ma>jah. Jika abad pertama, kedua, dan ketiga hijriah berturut-turut terjadi periwayatan, penulisan, dan penyaringan hadith, maka pada abad ke-4 H para ulama sudah melakukan penyelidikan terhadap kitab-kitab hadith yang disusun oleh ulama sebelumnya. Di samping itu, pada abad ini juga muncul kitab-kitab hadith seperti Mu'jam al-Kabi>r, Mu'jam al-Ausat, Mu'jam al-S{aghi>r karya Imam Sulaiman ibn Ahmad al-T{abrani, dan kitab hadith Sunan al-Da>ruqut{ni karya Imam Abu al-H{asan Ali ibn Umar ibn Ahmad al- Da>ruqut{ni. Tentu masih banyak lagi kitab hadith lainnya yang disusun pada abad ini, tetapi tidak bisa disebutkan secara keseluruhan karena keterbatasan ruang.
Pada abad ke-5 H, para ahli hadith sudah melakukan pengklasifikasian hadith sesuai dengan tema-tema tertentu, kemudian dihimpun ke dalam satu kitab. Lebih dari itu, pada abad ini para ulama juga melakukan pensyarahan (menguraikan dengan luas) dan pengikhtisaran (meringkas) kitab-kitab hadith yang telah disusun pada abad sebelumnya. Kitab-kitab hadith yang lahir pada abad ke-5 H adalah Sunan al-Kubra> karya Abu Bakr Ah{mad ibn H{usain Ali al-Baihaqi, Muntaqa> al-Akhba>r karya Majdu al-Di>n al-Harra>ni, Nail al-Aut{ar karya Muhammad ibn Ali al-Shaukani, dan sebagainya. Pada abad ke-5 H, para ulama hadith juga berusaha menciptakan kamus hadith untuk memudahkan penelusuran satu hadith. Kitab yang membahas masalah itu adalah al-Ja>mi' al-S{aghi>r fi Ah{a>dith al-Bash>ir al-Nazir karya Imam Jala>l al-Di>n al-Suyu>t{i dan al-Mu'jam al-Mufahras li Alfaz{ al-H{adi>th al-Nabawi karya Dr. A.J. Wensinc dan Dr. J.F. Mencing. Keduanya adalah dosen bahasa Arab di Universitas Leiden, Belanda.
Dalam makalah ini akan dibatasi pembahasan tentang kitab sunan, biografi singkat penulisnya, serta katagori kitabnya.













BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian kitab sunan
Secara etimologi terma sunan adalah kosakata bahasa Arab yang merupakan bentuk jamak dari kata sunnah yang berarti jalan, tabiat, atau perilaku hidup. Al-Siba'i, memberikan sebuah definisi lain, yaitu jalan baik yang terpuji maupun tercela.
Namun, secara terminologi, terma sunnah ini para ulama berbeda pendapat:
1. Perspektif ulama hadits, sunnah ialah segala sesuatu yang di-nukil dari Nabi saw. baik berupa perkataan, taqrir, sifat, keadaan maupun perjalanan hidup beliau yang terjadi sesudah maupun sebelum kerasulan.
2. Perspektif ulama ushul, sunnah ialah segala sesuatu yang di-nukil dari Nabi saw. baik berupa perkataan, maupun taqrir yang memiliki hubungan dengan hukum.
3. Perspektif ulama fiqh, sunnah ialah suatu hukum yang jelas berasal dari Nabi saw.
Dari perbedaan-perbedaan definisi di atas, akan dapat disimpulkan bahwa titik tekan perbedaan mereka adalah terletak pada tujuan dan objek kajian masing-masing. Akan tetapi, khusus kasus penggandengan terma sunan dengan kitab-kitab hadits, terma ini mengalami pergeseran. Yaitu penamaan yang diperuntukkan untuk kitab-kitab hadits yang disusun berdasarkan urutan kajian fiqh. Oleh karena itu, karena kitab–kitab disusun berdasarkan urutan kajian fiqh, ia dinamakan sunan.
Era puncak penyusunan kitab hadith dari segi akurasi periwayatan yaitu pada abad ketiga dan keempat H, termasuk kitab sunan yang di dalamnya tidak hanya memuat hadith-hadith shahih, tetapi masuk juga di dalamnya hadith dha’if. Kendati hdaith dha’if dicantumkan dalam kitab sunan, tetapi juga diberi komentar bahwa hadith yang ini dha’if. Ada 4 ulama yang terkenal di kalangan ulama hadits menulis kitab sunan, yaitu :
Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’ats ibn Ishaq al-Azdi al-Sijistani (202-275 H)
Al-Tirmudzi, Abu Isa Muhammad ibn Isa ibn Surah (209-279 H)
An-Nasa’i Abu Abdi Rahman Ahmad bin Syu’aib ibn ‘Ali al –Khurotsani (215-303 H)
Ibn Majah Abu Abdillah Muhammad ibn Yazid al-Qazwani (209-273H)
Kitab yang disusun oleh 4 imam ini biasa disebut Al Jami’
Macam-macam kitab sunan
Sunan Abu> Da>wu>d
a. Biografi Abu> Da>wu>d (202-275 H/ 817-889)
Abu Daud, begitulah ia dikenal dan disapa oleh kalangan ilmuwan hadits maupun masyarakat Islam. Nama lengkapnya adalah Abu Daud Sulaiman bin al-Asy'ats bin Ishaq bin Bisyri bin Syaddad bin 'Amr bin 'Imron al-Azdi al-Sijistani. Ia lahir pada tahun 202 H, dan wafat di usia 73 tahun, tepatnya pada 14 Syawal 275 H di kota Basrah.
Ia adalah salah satu murid dari Ibn H>{ambal. Dan juga salah satu guru dari al-Tirmidhi serta al-Nasa>'i. Melalui anjangsana kepada para guru hadith di sana, ia dapat mendengar langsung penyampaian hadith. Masa perkenalan dan pendalaman hadith di negerinya cukup lama. Mulai baligh sampai umur 19 tahun. Baru ketika berusia kurang lebih dari 20 tahun, ia berkelana ke Baghdad. Hal ini dapat diketahui dari keberadaanya di sana pada tahun 221 H.
Reputasi Abu Daud melejit, setelah ia secara politis memperoleh legitimasi dan kedudukan yang berarti dari Gubernur Basrah yang notabene adalah saudara khalifah, yang memintanya untuk menjadi tenaga pengajar di kota Basrah.
Sunan Abi Daud, dapat dikatakan sebagai karya monumental yang lahir dari tangan seorang muhaddits (ahli hadits) pada abad 3 hijriah, karena kitab ini bukan saja secara spesifik menghimpun hadits-hadits fiqh (hukum Islam), namun juga secara sistematika kajian, ia adalah ahli hadits pertama yang menulis kitab hadits dengan urutan kajian fiqh.
Dalam upaya pengumpulan hadits Abu Daud termasuk ilmuwan yang cukup intens dan serius, ini terbukti dengan rihlah (pengembaraan) yang ia lakukan dengan menelusuri beberapa daerah untuk memperoleh hadits baik dari kalangan ahli hadits maupun penduduk setempat, seperti Iraq, Syam, al-Jazair, Khurasan, Syam, Hijaz, Mesir dan lain-lain.

b. Kitab Sunan Abu> Da>wu>d
Kitab Sunan Abi Daud merupakan kitab hadits yang secara kredibilas masih banyak diakui eksistensinya oleh kalangan mayoritas masyarakat muslim (muslim society), meskipun di sana-sini—sebagaimana dua kitab shahih teratas daripadanya—tetap menuai kritik. Sebelum lebih lanjut pada kajian kritis tentang kitab yang satu ini, perlu terlebih dahulu digambarkan aspek-aspek yang berhubungan dengan kitab sunan ini meskipun secara singkat. Sebab suatu kritik tidak dapat dilakukan, sebelum objek yang dikritik itu dikenali.
Karaktristik Kitab Sunan Abi Daud
Kitab Sunan Abi Daud, ditulis dalam empat jilid yang memuat 4.800 hadits, ini adalah angka murni tanpa pengulangan, sebab di dalam kitab ini, sebagaimana yang diungkap oleh M. Abdurrahman, dalam kitab sunan ini terdapat sekitar 474 hadits yang ditulis berulang-ulang dari jumlah total 5.274 hadits yang ada. Namun menurut penulis, hal ini bukan merupakan sebuah kesalahan, tapi sebuah kewajaran, sebab kajian yang dilakukan oleh Abu Daud bukan berdasarkan kronologis sabab al-wurud (sebab-sebab keluarnya hadits) sebuah hadits atau berdasarkan sumber periwayatan. Namun kajian yang dilakukan oleh Abu Daud adalah secara tematis, yang dalam hal ini berdasarkan tema-tema kajian fiqh klasik, yaitu mulai dari kitab thaharah, shalat, zakat dan seterusnya. Apalagi dalam sebuah hadits biasanya mengandung beberapa pesan. Karena itulah untuk memenuhi tuntutan teknik (technical interest) kajian, hadits-hadits tersebut mengalami pengulangan. Seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri dan dan Kharijah bin Shilat yang disebutkan pada kitab al-ijarah dan kemudian diulang pada kitab al-thib.
Namun demikian, sebelum Abu Daud melakukan penyusunan hadits berdasarkan klasifikasi fiqh tersebut, beliau juga terlebih dahulu melakukan seleksi terlebih dahulu untuk mengetahui autentisitas sebuah hadits. Hal yang disayangkan, meskipun ia telah mengetahui bahwa hadits tersebut tidak shahih, namun untuk kepentingan dan tuntutan bahasan beliau tetap mencantumkannya ke dalam kitab sunan ini. Tetapi untuk alasan ini, ia memberikan penjelasan tentang ketidak-shahih-an sebuah hadits di akhir tulisan.
Dari metode penyusunan tersebut, maka sistematika kitab sunan ini memuat hadits-hadits yang disesuaikan dengan bahasan-bahasan fiqh, perspektif Abu Daud. Pada setiap pokok bahasan ia memakai istilah kitab, sedangkan pada setiap sub pokok bahasan ia gunakan istilah bab. Namun perlu dicatat, tidak semua kitab memiliki bab, sebab ada beberapa yang ditulis langsung haditsnya tanpa memberikan apa nama bab-nya, ini menurut hemat penulis, adalah sebuah kewajaran karena pada kitab-kitab tersebut memang tidak memiliki bahasan yang lebih dari satu. Seperti pada kitab al-luqathah, al-huruf wa al-qira' dan al-mahdi.

Pembagian Hadits dalam Kitab Sunan Abi Daud
Seperti halnya para ulama hadits yang lain, Abu Daud juga melakukan uji autentisitas hadits yang ia terima untuk kemudian dimuat dalam kitab sunan ini. Dari uji autentisitas tersebut akhirnya ia berhasil menghimpun banyak hadits-hadits shahih. Akan tetapi, atas dasar sebab keterbenturan dengan tujuan dan technical interest kajian, ia sulit untuk menghindar dari upaya eliminasi hadits-hadits yang tidak shahih ke dalam kitabnya. Untuk tanggung jawab ini, ia memberikan penjelasan di akhir tentang autentisitas hadits yang diriwayatkannya. Namun sayang ini tidak dilakukan oleh Abu Daud dalam setiap hadits yang tidak shaih hanya beberapa bagian saja yang ia jelaskan keautentikannya.

Dari problem tersebut pula, Abu Daud memperkenalkan beberapa istilah penyebutan kualitas hadits yang diriwayatkan, seperti shahih, ma yusybihuhu, yuqaribuhu, syadid dan shalih.




Sunan al-Tirmidhi (209-279 H/ 824-892)
a. Biogarfi Imam al-Tirmidhi
Nama lengkapnya adalah Abu> 'I>sa Muhammad ibn 'I>sa> ibn Su>rah ibn Mu>sa Ibn al-D{ahha>k al-Sulami al-D{ari>r al-Tirmidhi. Lahir pada bulan zulhijjah di Tirmidh, sebuah kota kecil di pinggir utara sungai Amudaria (Jihun) utara Iran. Ia adalah salah satu murid dari Imam Bukhari. Kata " al-D{arir" dalam namanya adalah karena ia mengalami kebutaan pada akhir umurnya. Meninggal pada tanggal 13 Rajab di tempat kelahirannya. Ia masih sempat bertemu dangan guru-guru hadith periode pertama seperti, Qutaibah ibn Sa'i>d, Isha>q ibn Mu>sa, Mahmu>d ibn Ghi>la>n dan masih banyak lagi. Diantara karyanya adalah kitab Sunan atau disebut Ja>mi' al-Tirmidhi. Dalam kitab ini beliau mempopulerkan istilah hadith "H{asan", yang tidak ada sebelum Tirmidhi, sehingga kualitas hadith menjadi bertambah yaitu, Sahi>h, D{a'i>f dan H{asan
Kitab Sunan al-Tirmidhi
Kitab ini memuat banyak hadith yang berkualitas H{>asan. Dalam kitab ini terdapat 2376 bab dan 3956 hadith. Karena itu kitab ini sering disebut kitab H{adi>th H{asan. Tetapi para 'ulama berbeda mengenai H{ad>ith H{asan ini. Masalahnya sejak awal Tirmidhi tidak merumuskan dengan jelas mengenai tolak ukur H{adi>th H{asan tersebut. Al-Tirmidhi juga sering menggunakan istilah-istilah yang bermacam-macam. Misalnya, pada suatu kesempatan beliau menggunakan istilah H{asan S{ahi>h, pada waktu yang lain menggunakan istilah H{asan Ghari>b dan pada kesempatan yang lain menggunakan istilah H{asan S{ahi>h Ghari>b. Istilah ini membingungkan karena tidak disertai penjelasan
Kitab ini ditulis pada abad ke-3 H. Abad ini termasuk periode penyempurnaan dan pemilahan hadith. Pemisahan antara hadith dan fatwa sahabat juga di galakkan pada periode ini.
Sebagaimana 'ulama yang lain al-Tirmidhi juga berupaya menata hukum Islam berdasarkan al-qur'an dan hadith. Akhirnya kitabnyapun bercorak fiqh, sehingga kitab ini disebiut juga kitab Sunan Ditinjau dari segi isi, kitab ini memuat berbagai permasalahan pokok keagamaan, seperti akidah, akhlak, tafsir, sejarah, jihad Nabi yang merupakan tema-tema besar yang terangkum di dalamnya. Oleh karena itu kitab ini masuk dalam katagori al-Ja>mi'. Al-Haki>m Abu Abd Alla>h al-Baghda>di menyebutnya dengan judul Al-Ja>mi' Al-sahi>hu Li al-Tirmidhi atau S{ah{i>h{u al-Tirmidhi. Dari penamaan ini berarti kitab ini juga masuk dalam katagori kitab Sahih. Bahkan al-Tirmidhi sendiri mengatakan dalam mukadimah kitabnya, bahwa barang siapa di dalam rumahnya terdapat kitab ini, seolah-olah di dalam rumahnya ada Nabi yang berbicara.
Sunan Al-Nasa>i
a. Biografi Al-Nasa>i (215-303 H/ 830-915 M)
Namanya adalah Abu> Abd Alla>h Ahmad ibn Shu'aib ibn 'Ali ibn Sinan ibn Bahr al-Nasai. Lahir di kota Nasa' ,Khurasan (Iran) dan wafat di Makkah. Ia adalah ahli fiqih mazhab Sha>fi'i. Ia sangat mengagumi 'Ali dan Ahl al-Bait dan ia mengarang kitab al-Khas{a>is{ tentang keutamaan 'Ali. Ia menulis kitab tersebut agar penduduk Damaskus tidak membenci 'Ali. Ketika membacakan kitab itu di hadapan banyak orang, merekapun terkagum-kagum. Bahkan mereka memintanya untuk menjelaskan keutamaan Mu'awiyah. Tetapi ia mengatakan tidak menemukan hadith-hadith yang menjelaskan keutamaannya. Kemudian ia disiksa oleh pendukung Mu'awiyah, kemudian dibawa ke Ramalah palestina atau dalam versi lain dibawa ke Makkah dan wafat di sana
b. Kitab Sunan Al- Nasa>i
Kitab ini awalnya bernama kitab Al-Sunan al- Kubra> . kitab ini ia berikan kepada gubernur daerah Ramalah. Karena di dalamnya belum ada keterangan mengenai kualitas hadith, sang gubernur memintanya untuk menata ulang kitab tersebut dan diberi keterangan mengenai kualitas hadithnya. Setelah selesai, himpunan hadith sahih ini ia beri nama Al-Sunan al-Sughra>. Walaupun berbeda namanya, akan tetapi kitab tersebut adalah kitab yang kita kenal saat ini yaitu Sunan Al-Nasa>i yang berisi 5761 hadith.
Ada yang berpendapat kitab ini menempati posisi sederajat dengan Sunan Abu Dawud, karena sama-sama selektif dalam memilih hadith. Hanya saja Abu Dawud lebih banyak menaruh perhatian kepada matan hadith yang memiliki informasi tambahan dan hadith-hadith yang diperlukan fuqaha sehingga Abu> Da>wud lebih diutamakan. Bahkan ada yang berpendapat kitab ini menempati posisi setelah Bukhari dan Muslim karena hadith da'if yang terdapat dalam kitab ini sangat sedikit.
Dilihat dari namanya, jelas bahwa kitab ini adalah kitab Sunan. Karena itu metode penyusunannya pun didasarkan pada klasifikasi hukum Islam. Hadith-hadith yang dicantumkan hanya yang bersumber dari Rasulullah (marfu>''), meski di dalamnya ditemukan hadith-hadith yang bersumber dari sahabat (mauqu>f) atau tabi'in (maqt{u>'), tetapi jumlahnya sangat sedikit
Sunan Ibn Ma>jah
a. Biogarfi Ibn Ma>jah ( 209-273 H/824-887 M)
Nama lengkapnya adalah Abu Abd Alla>h Muhammad ibn Yazi>d ibn Ma>jah al-Rub'i al- Qazwi>ni. Ibn Ma>jah adalah gelar yang disandang oleh ayahnya. Meski bukan nama aslinya, ia memakai nama tersebut untuk karya-karyanya. Melakukan studi tour dalam rangka menulis hadith ke berbagai daerah, Irak, Syam, Hijaz, Persia, Basrah Mesir dan lain-lain. Mendengar hadith dari para pengikiu Imam Malik dan al-Laith. Ia hidup pada masa Dinasti 'Abbasiah pada masa al-Ma'mu>n (198 H/813 M) sampai akhir kepemimpinan al- Muqtadir (295 H/ 908 M ).
b. Kitab Sunan Ibn Majah
Kitab sunannya merupakan sebuah kitab yang cukup terkenal di lapangan hadis dunia Islam dan termasuk di dalam koleksi 6 buah kitab hadis yang hebat. Beliau membagi susunannya kepada pembagian kitab dan bab, kitab atau pun tajuk besar di dalam ‘Sunan’nya dijadikan hingga 32 kitab dan jumlah bab di dalamnya pula mencapai kepada 1500 bab.
Ia berkata tentang kitabnya ini, " Saya memperlihatkan kitabku ini kepada Abu Zar'ah. Setelah ia melihatnya, ia berkata, jika kitab ini sampai ke tangan orang-orang, maka kita Ja>mi' atau yang yang lainnya tidak akan terpakai". Kemudian Ibn Ma>jah mengatakan," Dalam kitab ini tidak sampai ada 30 hadith yang sanadnya da'if". Kitab ini memuat 4000 hadith yang terdiri dari 32 bagian dan 1500 bab. Tetapi menurut Fuad Abd al- Baqi, kitab ini memuat 4341 hadith yang terdiri dari 37 bagian dan 1515 bab.
Taraf sesebuah hadis di dalam ‘Sunan’nya, terdiri dari martabat hadis yang sahih, hasan, dhaif dan bahkan terdapat juga bertaraf hadis munkar dan maudhuk (palsu) tetapi terlalu sedikit untuk dibicarakan. Walaupun di atas sudah kami (penulis) sebutkan bahwa tidak banyak hadits dhoif dalam kitabnya, namun jika dinisbahkan kepada kitab sunan yang lain, hadis dhaif amat banyak terdapat di dalam kitabnya, sehingga al-Hafiz Abu Yusuf al-Mizzi memberikan komentarnya: “Setiap apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah secara sendirian (dan tiada dalam periwayatan hadis Imam yang lain) dari kalangan lima orang imam tersebut adalah dikira sebagai dhaif”.
Kitab ini adalah kitab hadith yang mayoritas berisi persoalan fiqih, meskipun ada persoalan-persoalan yang dibahas dalam kitab ini. Diantaranya tentang ta'wil mimpi, fitnah dan do'a. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah dalam kajian hukum Islam.
Sebagian kritikus hadith menyayangkan masuknya hadith-hadith Zawa>id (hadith- hadith yang tidak tidak ada dalam kitab hadith yang lain). Namun jika diteliti lebig cermat, kualitas hadith-hadith tersebut sangat sedikit yang bersetatus lemah. Artinya kitab ini tetap didomisasi oleh hadith-hadith yang sahih. Ini alasan yang dikemukakan oleh Ibn Tahir al-Maqdisi di kemudian hari yang memasukkan kitab ini ke dalam Kutub al-Sittah. Pendapat ini diikuti oleh Ibn Hajar al- 'Asqalani, al-Mizzi dan al-Zahabi. Pada awalnya kitab ini oleh para ulama sebelum abad ke 6 belum dimasukkan ke dalam kitab induk enam dan disejaarkan kitab al-Muatta'. Kemudian para ulama mendahulukan kitab ini dari pada al-Muwatta', dengan alasan seperti di atas tersebut dan juga lebih banyak dari al- Muwatta'.











BAB III
KESIMPULAN
Stratifikasi Kutub al-Sittah yang telah penulis paparkan di atas bukanlah tanpa alasan. Kitab- kitab ini muncul pada abad ke 3 H yang mana pada masa itu adalah masa digalakkannya penulisan dan penyaringan hadith. Penyelidikan dan telaah para ulama hadithlah yang mengantarkan pada kesimpulan tersebut. Walaupun tentunya ada perbedaan pendapat dan kritik terhadap masing-masing kitab tersebut. Ini adalah hal yang sangat wajar dalam dunia akademik. Perbedaan dan kritik tersebut muncul karena perbedaan dalam metode yang terkait dengan penyelidikan hadith oleh masing-masing ulama.
Pada masa Bukhari dan Muslim istilah hadith hanya ada dua, yaitu hadith Sahih dan D{a'if. Tetapi pada masa T{irmidhi muncul istilah hadith H{asan
3. Dalam kitab enam tersebut ada yang disebut kitab Sahih al-Ja>mi', karena di dalamnya terkumpul hadith-hadith yang berkenaan dengan akidah, hukum, adab, tafsir, tarikh dan sejarah hidup. Ada juga yang disebut kitab Sunan, yaitu kitab yang disusun berdasarkan sistematika kitab fiqh.









DAFTAR PUSTAKA


Abu Al-Nu>r, Al-Ahmadi, Shaz{ara>t min Ulu>m al-Sunnah, Kairo, Kementrian Wakaf, 1986

Abu Khalil, Shauqi. At{las al-Hadi>th al-Nabawi min al-Kutub al-Sihah, Damaskus, Dar al-Fikr 2005

Al-Hajjaj, Muslim. Sahih Muslim, Libanon, Dar al-Fikr, 1992, jilid II
Al- Maliki, Muhammad Alwi. Al-manhal al-Latif fi Usuli al-Hadithi al-Sharif, diterjemahkann oleh Adnan Qahar, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2009, cet II
Al- Sindi, , Matn al-Bukhari bi hashiah al-Sindi, Indonesia, Maktabah Dar Ihya' al-Kutub tt
Dzulmani, Mengenal Kitab-kitab Hadith, Yogyakarta, Insan Madani, 2008
Khon, Abdul Majid. Ulum al-Hadith, Jakarta, Penerbit Amzah, 2008, cet.I

Muhaimin, Jusuf Mudzakkir, Abdul Mujib, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, Jakarta, Prenada Media, 2005, cet I
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, cet IX

Shakir, Ahmad Muhammad. Mukadimah Al-Jami' Al-Sahih Wa Huwa Sunan al-Tirmidhi, Dar al-Fikr, tt

Shihab al-Din Ahmad, Zawaid Ibn Majah 'ala al-Kutub al-Khamsah, Bairut, Dar al-Kutub al-Ilmiah, tt, cet I
Tim Penyusun Studi Islam IAIN Sunan Ampel, Pengantar Studi Islam, Surabaya, IAIN Sunan Ampel Perss, 2006, cet. IV




Tidak ada komentar:

Posting Komentar