Rabu, 12 Januari 2011

makalah daulah bani Umayyah

DAULAH UMAYAH : MUAWIYAH DAN KELUARGA
Oleh : Sariono sby
PENDAHULUAN

Umayah ibnu Abdi Syams Ibnu Abdi Manaf adalah salah seorang pemimpin kabilah Quraisy dizaman jahiliyah.. Tatkala Islam datang, keluarga ini menjadi salah satu penentang Rasulullah Muhammad SAW dan musuh yang paling keras menghalangi Usaha – usaha beliau mengembangkan Agama Islam. Mereka baru masuk Islam disaat terjadi Fathu Makkah .Tetapi setelah masuk Islam mereka dengan segera dapat memperlihatkan semangat kepahlawanan yang jarang tandingannya. Seolah – olah mereka ingin mengimbangi keterlambatan mereka itu dengan berbuat banyak terhadap agama Islam .dan agar orang lupa kepada sikap dan perlawanan mereka terhadap agama Islam sebelum mereka memasukinya. Mengenai Khilafah Umawiyah Pada hakekatnya Khilafah Umawiyah dimulai semenjak Pemerintahan Khalifah Uthman karena sejak pada jaman ini Muawiyah Mulai mencurahkan segala tenaganya untuk memperkuat diri dan mempersiapkan daerah Syam untuk dapat menjadi pusat kekuasaan dimasa mendatang. Walaupun Muawiyah telah berjuang begitu panjang untuk mendapatkan jabatan Kalifah ,namun setelah ia meninggal jabatan tersebut tidaklah tetap pada anak cucunya. Muawiyah telah berusaha agar Puteranya Yazid diangkat menjadi Khalifah sesudah wafatnya, tetapi kesulitan – kesulitan yang besar telah menunggu puteranya itu. maka pada hakekatnya Muawiyah bukanlah mendudukkan puteranya itu diatas singgasana kekuasaan tetapi hanyalah diatas sebuah roda yang terus menerus berputar sampai dia jatuh tersungkur dan menghembuskan nafas yang penghabisan.



PEMBAHASAN

A. Asal usul Dawlah Umawiyah
Nama Daulah Umawiyah berasal dari nama Umaiyah ibnu Abdi Syams ibnu Abdi Manaf. Umaiyah selalu bersaing dengan pamannya yaitu Hasyim ibnu Abdi Manaf untuk merebut pimpinan dan kehormatan dalam masyarakat bangsanya. Dan ia memang cukup unsur – unsur yang diperlukan untuk berkuasa dizaman jahiliyah itu, karena berasal dari keluarga bangsawan, mempunyai cukup kekayaan dan sepuluh putera – putera yang terhormat dalam masyarakat.Orang – orang yang memiliki ketiga macam unsur ini, berarti telah mempunyai jaminan untuk memperoleh kehormatan dan kekuasaan.
Sesudah Islam datang berubahlah hubungan antara Bani Umayah beserta sepupunya dengan Bani Hasyim. Persaingan yang bermula untuk merebut kehormatan dan kekuasaan berubah menjadi permusuhan yang lebih nyata .
Bani Umayah dengan tegas menentang Nabi Muhammad SAW sedangkan Bani Hasyim mendukungnya .dalam perang Badar dan Uhud Abu Sofyan menjadi salah satu panglima Kekuatan Quraisy untuk menghadapi Umat Islam. Ketika Fathu Makkah Abu Sufyan masuk Islam dan diberi kehormatan oleh nabi untuk mengumumkan pengamanan Nabi. Siapa yang masuk Rumah Abu Sufyan maka ia aman selain masuk masjid dan rumah Nabi.bersamaan dengan masuknya Abu Sufyan kedalam Agama Islam,masuk pula anaknya Muawiyah dan Yazid. Setelah pindah ke Madinah dia Muawiyah diangkat oleh Nabi sebagai juru tulis terutama penulisan wahyu.
Keluarga Bani Umayah ini terdiri dari dua cabang. Pertama ialah keluarga Harb ibnu Umaiyah dan yang kedua yaitu Abul ’Ash ibnu Umaiyah..Cabang pertama menurunkan tiga orang Khalifah dan yang kedua 11 orang Khalifah.
Akan tetapi pada makalah ini, penulis membatasi pembahasan mengenai Daulah Umaiyah yang berasal dari garis Keluarga Harb ibnu Umaiyah. yang berpusat di Damaskus dan tidak membahas Daulah Umaiyah yang berasal dari garis Keluarga Abul ’Ash ibnu Umaiyah .

MUAWIYAH BIN ABI SUFYAN ( 41 - 60 H = 661 – 680 M )
Muawiyah dilahirkan kira – kira 15 tahun sebelum Hijrah dan masuk Islam pada hari penaklukan kota Makkah bersama penduduk Makkah lainnya dan umurnya baru 23 tahun. silsilah nasabnya bersambung pada Umayah bin Abdi Syam bin Abdi Manaf bin Qushay. Oleh karena itu pemerintahannya disebut Daulah Umayyah. Dari segi nasab beliau memang keturunan tokoh dan pemimpin kaum Quraisy. Dengan demikian tidak heran jika ia mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat.
Karir Muawiyah dimulai ketika Rasulullah berkeinginan mendekatkan orang – orang yang baru masuk Islam kepada nya agar ajaran Islam benar – benar tertanam dihati mereka.disaat itulah Muawiyah diangkat menjadi anggota dari siding penulis wahyu sehingga dia banyak meriwayatkan hadis baik dari Nabi sendiri maupun dari Saudara perempuannya Habibah Binti Abi Sufyan Istri Nabi, Ibnu Abbas , Sa’id Ibnu Musaiyab dll.di jaman Khalifah Abu bakar ,Muawiyah pernah ditunjuk sebagi pemimpin balabantuan tentara untuk memperkuat pasukan Islam yang dipimpin Saudaranya Yazid Ibnu abu sufyan. Laskar yang dipimpim Muawiyah berhasil menaklukkan kota Sidon,Beirut dan lainnya dipantai Damaskus.
Dimasa pemerintahan Khalifah Umar, Yazid diangkat menjadi Gubernur Damaskus ( Damsyik ) dan Muawiyah menjadi Gubernur Yordania. Karena Yazid Meninggal dunia akibat penyakit pes yang berjangkit dikota Amuas, Akhirnya Khalifah Umar menggabungkan Damsyik kedalam wilayah kekuasaan Muawiyah. sebab dia adalah orang yang berpribadi kuat,amat jujur serta ahli dalam bidang politik. Inilah yang menyebabkan Khalifah umar senang padanya.
Selanjutnya dimasa pemerintahan Khalifah Usman semua daerah Syam diserahkan sepenuhnya pada Muawiyah. Sehingga Muawiyah sendirilah yang mengangkat dan memberhentikan pejabat – pejabat pemerintahannya. Muawiyah memegang jabatan Gubernur ini selama 20 tahun.. hal ini memungkinkan Muawiyah untuk mempersiapkan dirinya dan meletakkan dasar – dasar untuk mendirikan kerajaannya dan menjadikan daerah Syam mutlak dibawah kekuasaan nya , sehingga ia satu – satunya penguasa di daerah itu. Setelah Khalifah Usman terbunuh , Ali diangkat menjadi Khalifah, nah pada saat itulah Muawiyah mulai menjalankan perannya dengan adanya persiapan yang sempurna itu Muawiyah berani menantang pengangkatan Ali menjadi Khalifah. Ia beralasan Khalifah Ali Telah lalai menjaga dan membela Khalifah Usman atau sebenarnya melindungi pembunuh Khalifah Usman sehingga Muawiyah merasa sebagai orang klan Umayyah yang berhak menuntut bela darah Khalifah Usman yang tertumpah.
Sejak saat itulah mulai sering terjadi serangkaian pertikaian dan pertempuran.dan yang terpenting adalah pertempuran di Shiffin dimana muawiyah mengalami kekalahan di medan perang tapi menang dalam pengalaman politik ( peristiwa Tahkim Daumatul Jandal ). Sesaat setelah itu , Khalifah Ali banyak mengalami penderitaan, disamping penderitan karena perlawanan dan kekuatan Muawiyah , Khalifah Ali juga menghadapi kekuatan kaum Khawarij dan perlawanan pengikutnya yang murtad dan munafiq kepadanya. Sedangkan Muawiyah mulai ditaati perintahnya dan bertambah tinggi gengsinya dalam bidang politik.. Penderitaan Ali berakhir ketika Ibnu Muljam menikamnya.
Sesudah Khalifah Ali terbunuh, beberapa orang dari pemuka – pemuka Irak dan golongan syi’ah mengangkat Hasan ibnu Ali menjadi Khalifah menggantikan ayahnya. Akan tetapi usaha ini tidak banyak mendapat dukungan dari fihak lain disebabkan karena prilaku pribadi Hasan sendiri yang kurang mendapat simpati dari masyarakat. Disamping itu Hasan sendiri juga merasa tidak mungkin memegang jabatan Khalifah terus menerus karena tidak memiliki ilmu pengetahuan yang memadai dan kepahlawanan seperti yang dimiliki ayahnya. Hasan hanya berbekal Putra Ali Ibnu Abi Thalib. Sehingga jabatan itu hanya dijalaninya selama enam bulan selanjutnya mengajak Muawiyah berdamai dengan mengajukan syarat tertentu dengan maksud memadamkan perselisihan ,pertentangan dan pertumpahan darah antar sesamama Muslim tidak berlarut – larut.
Bagi Muawiyah persyaratan itu tidak perlu dipertimbangkan,Ia bersedia menjanjikan apa saja asal Hasan bersedia mengundurkan diri. sehingga Ia Mengirim kertas kosong yang sudah ditanda tangani agar diisi oleh Hasan syarat – syarat yang dikehendaki.. perdamaian berlansung atas dasar ini. Hasan lalu mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan Khalifah pada Muawiyah. Kemudian diumumkan bahwa ia ta’at dan patuh pada Muawiyah.
Pada bulan Rabi’ul Akhir tahun 41 H Muawiyah masuk ke kota Kufah dan bertemu dengan Hasan, lalu Hasan dan Banyak orang waktu itu bersama – sama membai’ah Muawiyah menjadi Khalifah dan Husen pun turut pula membai’ahnya..oleh karena itu tahun itu dikenal dengan sebutan “Tahun persatuan” karena seluruh rakyat bersatu dibawah pimpinan seorang Khalifah.setelah itu Muawiyah kembali ke Damaskus dan menetapkannya sebagai ibu kota kerajaannya.
Muawiyah memang mempunyai bakat menjadi pemimpin. Setidaknya ada dua hal yang memungkinkan dia berpotensi menjadi pemimpin. Dari segi silsilah keturunan dia segaris dengan Utsman bin Affan yang merupakan aristokrat Makkah dari klan Umayyah. Di samping itu ia sangat brilian sehingga oleh Philip K. Hitty disebut a man of unusual administrative skill.
Kebrilianan otaknya menjadikan ia dapat menaklukkan lawan-lawan politiknya dengan berbagai cara. Ia juga ahli diplomasi. Keahlian ini diakuinya sendiri dengan mengatakan I apply not my sword, where my lash suffices, nor my lash where my tongue is enough..
Sejak masa Muawiyah ini sistem pemerintahan khalifah yang demokratis berubah menjadi monarchi heridetis (kerajaan turun temurun). Hal itu ditandai dengan pengangkatan putranya yaitu Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota. Ide awal pengangkatan putra mahkota ini berasal dari al-Mughirah bin Syu'bah yang pada waktu itu menjabat sebagai gubernur Kufah. Sebagian ahli sejarah mengungkapkan bahwa pengangkatan Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota memang bermaksud mencontoh monarchi heridetis di Persia dan kekaisaran Byzantium.
Pada masa Muawiyah terjadi perluasan daerah Islam yaitu:
a. Perluasan ke daerah timur
Ini terjadi pada tahun 43 H=663M, pasukan yang cukup besar dibawah pimpinan Mahlab bin Abi Shafrah bergerak dari wilayah syistan sampai ke lembah sungai Sind. Kota yang direbut antara lain kota Quetta, Khalat, Mehar, Syehwan dan Pattala setelah itu mereka bergerak maju sampai memasuki tanah batas Hindustan, kemudian memasuki negeri Bannah dan Lahore (India).
b. Perluasan ke barat (Byzantium = Romawi Timur)
Pada awal tahun 48 H = 668 M Khalifah Muawiyah membentuk pasukan yang besar dipimpin panglima Sufyan bin Auf dan memerintahkannya untuk menyerang Konstantinopel dari darat dan laut. Yazid juga diperintahkan untuk ikut berperang demikian juga Ibnu Abbas, Ibnu Amr, ibnu Zubair, Abu Ayyub al-Anshari dan Abdul Aziz bin Zaroroh al-Kallabi. Tiba di Konstantinopel terjadilah peperangan yang sangat dahsyat di antara mereka selama beberapa hari. Di tengah pemblokadean, Abu Ayyub al-Anshari Khalid bin Zaid wafat. Dialah yang menjemput nabi ketika hijrah ke Madinah. Dia dimakamkan di luar kota dekat tembok Konstantinopel. Sampai sekarang kuburannya masih ramai dikunjungi orang-orang.
Adapun sebab-sebab ummat Islam mengadakan penyerbuan ke Byzantium adalah:
1) Sering terjadi perampokan yang dilakukan oleh orang-orang Byzantium terhadap penduduk di wilayah Islam sehingga khalifah Muawiyah ingin mengikis keganasan mereka.
Byzantium merupakan pusat kegiatan agama Kristen ortodok dan pengaruhnya ke daerah timur cukup berbahaya kalau dibiarkan akan dapat mengganggu pertumbuhan negara Islam
Byzantium cukup mempunyai kekayaan yang berlimpah ruah
c. Perluasan ke Afrika Utara
Pada tahun 50 H=671 M Khalifah Muawiyah mempersiapkan pasukan yang cukup besar yang terdiri dari 10.000 tentara berkuda dibawah pimpinan Panglima Uqbah bin Nafi'. Dalam usaha memperluas daerah di Afrika Utara ini pasukan Islam dapat menguasai daerah Libya dan Tripoli yang sebelumnya di bawah kekuasaan Romawi Timur
Setelah laporan tentang kemenangan pasukan islam sampai kepada Muawiyah, maka dia segera mengirimkan armada ke Sisilia. Suatu tempat yang strategis sebagai pangkalan pasukan perang. Untuk selanjutnya panglima Uqbah bin Nafi' menuju ke daerah Tunisia dan Kartago dan mendapatkan kemenangan di sana. Dari sinilah pada masa berikutnya memancar serangan-serangan pasukan Islam ke Itali, Perancis, Spanyol dan lain-lain

YAZID BIN MUAWIYAH / YAZID I [60 – 64 H = 680 – 683 M]

Yazid Ibnu Muawiyah adalah Khalifah yang kedua dari Bani Umayah yaitu anak Muawiyah sendiri dari Istrinya Asma Binti Bahdal ( Maisun Binti Bahdal ) anak perempuan dari suku Badwi di Nejd dan dibawa pindah ke Kota Damsyik oleh Muawiyah. Ketika Muawiyah meninggal dunia, masyarakat luas membaiat Yazid sebagai khalifah kecuali Al-Husain bin Ali, Abdullah bin Zubair,Abdur Rahman Ibnu Abu Bakar, Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar. Kemudian Yazid menyuruh Al-Walid, gubernurnya di Madinah untuk meminta mereka membaiatnya. Tercatat bahwa Abdullah bin Abbas dan Abdullah bin Umar membaiatnya. Sedangkan Abdullah bin Zubair menolak lalu melarikan diri ke Makkah dan menjadikan Baitullah sebagai perisai serta berkampanye agar dirinya diakui sebagai khalifah. Tetapi seruannya ini mendapat saingan kuat dari Al-Husain bin Ali sehingga ia tersisihkan.
Permasalahan yang dihadapi Yazid sangatlah banyak diantaranya adalah pembangkangan yang dilakukan oleh Al-Husain bin Ali yang menolak membai’atnya. Akan tetapi Al-Husain bin Ali dapat dibunuh dipadan Karbala.lalu perlakuan penduduk Madinah yang memecat Yazid dan semua orang Bani Umayah yang akhirnya dapat diselesaikan lewat pertempuran Al Harrah dibawah pimpinan MuslimIbnu ‘Uqbah al Murri. Sedang di Makkah ada pemberontakan yang dipimpin oleh Abdullah bin Zubair yang akhirnya dapat ditumpas oleh al Hajjaj.
Tidak banyak hal positif yang dilakukan Yazid selama menjabat kekuasaan kecuali meneruskan perluasan ke Afrika Utara. Di bawah panglima Uqbah bin Nafi' melanjutkan usaha perluasan daerah dari Kairawan ke arah barat sampai ke Maroko dan ke utara menyeberangi Laut Tengah bertempur dengan pasukan Barbar dan Romawi. Dari usaha perluasan daerah itu, pasukan Islam mendapat kemenangan mulai dari negeri Zab sampai daerah sekitar Laut Hitam.
Selama tiga tahun Yazid menjabat sebagai khalifah ada tiga kejadian yang cukup menyedihkan yaitu :
a. Pembantaian terhadap Husain bin Ali di Padang Karbala
b. Penodaan terhadap kota suci Madinah di mana ia mengizinkan pasukannya untuk menyamun kota Madinah selama tiga hari.
c. Melakukan penyerangan terhadap kota Makkah sehingga mengakibatkan Ka'bah rusak berat.
Terhadap tiga kejadian ini oleh Khuḍari Bek disebut فتن كبرى داخلية sehingga menyebabkan nama Yazid dibenci oleh mayoritas kaum muslimin bahkan sebagian kaum muslimin membolehkan untuk melaknatnya.

D. MUAWIYAH BIN YAZID/MUAWIYAH II (63 H=683 M)
Muawiyah II Naik tahta dan dipilih penduduk Syam untuk menjabat khalifah sesudah ayahnya Yazid meninggal baru berumur 21 tahun. Ia hanyalah seorang pemuda yang lemah. Yang sudah dihadapkan dengan peristiwa pemberontakan Oleh Abdullah ibnu Zubair di Makkah semenjak ayahnya masih hidup Selang beberapa lama menjabat khalifah ia shalat berjamaah dan mengumpulkan orang-orang. Di hadapan orang-orang ia berkata "Sesungguhnya aku ini orang yang lemah untuk mengurus kalian. Saya telah mencarikan untuk kalian orang seperti Umar bin Khattab ketika Abu bakar menjadikannya khalifah tapi saya tidak menemukan orang seperti beliau. Lalu aku coba mencarikan enam orang yang berkualitas untuk bermusyawarah ( Majlis syura ) seperti yang dilakukan Umar tetapi aku juga tidak menemukannya. Oleh karena itu kamu lebih berhak atas urusan kalian pilihlah orang yang kalian suka".aku tidak ingin membawa Khilafah ini bersamaku keliang kubur sedangkan diwaktu hidupku aku tak pernah merasakan kenikmatannya. Kemudian beliau memasuki rumahnya sampai ia meninggal. Masa pemerintahannya cuma berlangsung selama tiga bulan.
Dengan demikian berakhirlah riwayat Muawiyah II dan dengan demikian berakhir pula kekuasaan anak cucu Abu Sufyan.















PENUTUP

Demikianlah kekuasan Islam dalam kepemimpinan Muawiyah adalah yang paling cemerlang diantara masa – masa Khalifah Islamiyah seluruhnya.dimana keamanan dalam negeri begitu baik dan segala bentuk permusuhan terhadap Muawiyah dapat dibasmi berkat Moral Muawiyah yang tinggi atau karena Hadiah – hadiah dan pedangnya yang tajam. Masa pemerintahannya adalah masa kemakmuran dan kekayaan yang berlimpahbegitu pula tentang hubungan luar negeri .Kaum Muslimin telah mencapai kemenangan yang gemilang sehingga memungkinkan terbentuknya suatu negara yang besar dan bangsa yang sukses. Meskipun kekuasaan Bani Umayyah bersifat monarchi heridetis dan arabic sentris yang berlawanan dengan kebijaksanaan pemerintahan Islam sebelumnya, tapi ada beberapa sisi positif yang patut dicatat oleh sejarah.
Ciri menonjol yang ditampilkan dinasti ini, di samping memindahkan ibukota kekuasaan dari Madinah ke Damaskus juga kekuasaan didominasi militer arab aristokrat. Wilayah kekuasaan Islam terbentang mulai dari Spanyol, Afrika Utara, Timur Tengah sampai ke perbatasan Tiongkok.
Ekspansi yang dilakukan oleh Dinasti Umayyah jauh lebih luas dari kekuasaan Roma pada masa keemasannya. Dari segi peradaban terutama pembangunan fisik nilai arsiteknya sangat luar biasa bagus, demikian pula bidang yang lain seperti penataan organisasi pemerintahan dan militer, perdagangan, kerajinan, kesusastraan dan ilmu pengetahuan utamanya kodifikasi hadis yang mendapat perhatian langsung dari khalifahnya pada waktu itu.










DAFTAR PUSTAKA

A.Syalaby, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jakarta : Pustaka Al Husna,1982
Abu Zahw, Muhammad, Al-Hadith wa al-Muhadithun, Mesir : Shirkah Sahimah Misriyah,
As Sayuthi, Tarikhul Khulafa’
At Thabari, Tarikhul Umami wal Muluk.
Hamka, Sejarah dan Kebudayaan Islam,Jakarta : Bulan Bintang ,1985
Hasan, Ibrahim , Sejarah dan Kebudayaan Islam 2, cet, 1, Jakarta : Kalam Mulia, 2003
Hasjmy, A., Sejarah Kebudayaan Islam, Jakarta : Bulan Bintang, 1975
Hitty, Philip K., The Arab : A Short History, Washington : Regnery Gateway, 1985
____________, History of The Arabs, terj. R. Cecep Lukman Yasin dkk., Jakarta : PT. Serambi Ilmu Semesta, 2006
Khuḍari Bek, Shaykh Muhammad, Muhaḍarat Tarikh al-umam al-islamiyyah juz 2, Mesir: Maktabah Tijariyyah, 1969
Maryam, Siti dkk (editor), Sejarah Peradaban Islam, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2000
Mufrodi, Ali., Islam di Kawasan Kebudayaan Arab, Jakarta: Logos, 1997
Rosyidi, Imron, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jakarta: Ditjen Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1987
Taqqush, Muhammad Suhayl, Tarikh al-Dawlah al-Amawiyyah, Beirut : Dar al-Nafais, 1996
Watt, W. Montgomery, Kejayaan Islam: Kajian Kritis dari Tokoh Orientalis, Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya, 1990
Yatim, Badri., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006



Sistem Dan Kebijakan Pemerintahan
Pada zaman Daulah Umayyah suksesi kepemimpinan mengalami perubahan dari sistem demokratis yang berdasarkan musyawarah berubah menjadi sistem waris (monarchi heridetis).
Di bidang tata pemerintahan meskipun sekretaris sudah dikenal pada zaman al-Khulafa>u al-Ra>shidu>n, namun pada masa Dinasti Umayyah jumlah sekretaris bertambah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman. Pada masa Bani Umayyah dibentuk semacam dewan sekretaris negara (diwan al-kitabah) untuk mengurus berbagai urusan pemerintahan yang terdiri dari lima orang sekretaris yaitu: katib ar-Rasail, katib al-Kharraj, katib al-Jund, katib as-Syurtah dan katib al-Qadi.
Para sejarawan mengatakan bahwa di dalam sejarah Islam, Muawiyahlah yang pertama-tama mendirikan balai-balai pendaftaran dan menaruh perhatian atas jawatan pos yang tidak lama kemudian berkembang menjadi susunan yang teratur yang menghubungkan berbagai bagian negara. Pada zaman Abdul Malik bin Marwan tata pemerintahan lebih berkembang lagi dengan membentuk empat kementerian yaitu:
Kementerian pajak tanah (diwan al-kharraj)
Kementerian stempel (diwan al-khatam)
Kementerian surat menyurat (diwan al-rasail)
Kementerian urusan perpajakan (diwan al-mustaghallat)
Bahasa administrasi yang berasal dari bahasa Yunani dan bahasa Persia juga diubah ke dalam bahasa Arab. Hal ini pada masa pemerintahan Abdul Malik tahun 85 H/704 M.
Pada masa Daulah Umayyah mulai dikenal sistem al-hijabah yang pada masa pemerintahan Islam sebelumnya belum dikenal. Sistem al-hijabah ditempuh untuk melindungi keselamatan pejabat (penguasa). Mereka melakukan tindakan ini setelah terjadi peristiwa yang dilakukan orang-orang Khawarij kepada Ali, Muawiyah dan Amru bin Ash.
Perkembangan Peradaban
Arsitektur
Seni bangunan (arsitektur) pada zaman ini bertumpu pada dua bagian yaitu bangunan sipil yang berupa kota-kota dan bangunan agama yang berupa masjid. Pada masa ini beberapa kota baru dan perbaikan kota lama telah dibangun dengan memadukan gaya Persia, Romawi dan Arab.
Sebelum Islam, Damaskus merupakan ibukota kerajaan Romawi Timur di Syam. Seiring dengan dijadikannya kota ini sebagai ibukota dari Daulah Umayyah, maka kota ini mengalami perkembangan pembangunan yang pesat. Di kota ini didirikan gedung-gedung indah yangt bernilai seni, dilengkapi jalan-jalan dan taman-taman rekreasi yang menakjubkan Kota ini dikenal dengan nama istana al-Khadra' karena warna ukiran dan catnya yang hijau. Ketika al-Walid menjadi khalifah kota Damaskus semakin dipercantik dengan gedung-gedung umum di sekitarnya sehingga hal ini telah menjadi buah bibir masyarakat luas karena keindahannya.
Kairawan merupakan kota baru yang didirikan oleh Uqbah bin Nafi ketika ia menjadi gubernur di wilayah ini pada masa khalifah Muawiyah. Sebagaimana kota-kota Islam yang lain, Kairawan dibangun dengan gaya arsitektur Islam dan dilengkapi dengan berbagai gedung, masjid, taman rekreasi, pangkalan militer dan sebagainya. Dan masih banyak kota yang lain seperti kota Basrah, Kufah serta Fusthath.
Pada masa Daulah Umayyah pembagunan masjid tidak luput dari perhatian pemerintah. Masjid-masjid tersebut dibangun karena jumlah kaum muslimin yang demikian banyak. Di samping itu pembangunan masjid dimaksudkan untuk menyemarakan syiar agama Islam.
Al-Walid memerintahkan Umar bin Abdul Aziz (gubernur Madinah) untuk memperluas masjid Nabawi dan memasukkan rumah-rumah isteri Rasulullah ke dalam masjid. Al-Walid juga memberitahukan kaisar Romawi bahwa ia sedang merehabilitasi masjid Nabawi dan meminta bantuan kepadanya. Kaisar Romawi mengirimkam 100.000 misqal emas dan 100 pekerja dan 40 mozaik yang indah.
Di samping itu beliau juga membangun Masjid Agung Damaskus atau "Masjid Umayyah" atau "Masjid al-Walid" di kota Damaskus, berdampingan dengan tanah bekas candi tempat pemujaan bangsa Yunani yang telah dirombak menjadi gereja. Tempat itu merupakan lambang persatuan antara Islam dan Kristen. Pada akhirnya tempat itu dijadikan komplek masjid semua karena umat Krisren makin berkurang. Masjid itu dirancang sesuai dengan model seni Islam yang indah dan megah, mempunyai tiga kubah dan empat menara azan. Masjid ini cukup menarik para turis untuk mengunjunginya.
Perdagangan
Setelah Daulah Umayyah berhasil menguasai wilayah yang cukup luas, maka lalu lintas perdagangan mendapat jaminan yang layak. Lalu lintas darat melalui jalan Sutera ke Tiongkok guna memperlancar perdagangan sutera, keramik, obat-obatan dan wewangian. Adapun lalu lintas di lautan ke arah negeri-negeri belahan timur untuk mencari rempah-rempah, bumbu, anbar, kasturi, permata, logam mulia, gading dan bulu-buluan. Keadaan demikian membawa ibukota Basrah di teluk Persi menjadi pelabuhan dagang yang teramat ramai dan makmur, begitu pula kota Aden. Dari kedua kota pelabuhan itu iring-iringan kafilah dagang hampir tak pernah putus menuju Syam dan Mesir. Kemudian dari Syam dan Mesir kapal-kapal dagang di bawah lindungan Armada Islam mengangkutnya lagi ke kota-kota dagang di Laut Tengah. Perkembangan perdagangan itu telah mendorong meningkatnya kemakmuran bagi Daulah Umawiyah.
Organisasi Militer
Pada masa Umawiyah organisasi militer terdiri dari Angkatan Darat (al-jund) Angkatan Laut (al-bahriyah) dan Angkatan Kepolisian (as-syurtah) sesuai dengan politik arabnya angkatan bersenjata terdiri dari orang-orang Arab atau unsur Arab. Setelah wilayah kekuasaan meluas sampai ke Afrika Utara, orang luarpun terutama bangsa Barbar turut ambil bagian dalam kemiliteran ini. Pada masa Abd Al-Malik ibn Marwan diberlakukan undang-undang wajib militer (nidam at-tajdid al-ijbari) pada waktu itu aktivitas balatentara diperlengkapi dengan kuda, baju besi, pedang dan panah.
Kerajinan
Pada masa khalifah Abdul Malik mulai dirintis pembuatan tiraz (semacam bordiran), yakni cap resmi yang dicetak pada pakaian khalifah dan para pembesar pemerintahan. Format Tiraz yang mula-mula merupakan terjemahan dari rumus Kristen, kemudian oleh Abdul Aziz (Gubernur Mesir) diganti dengan rumus Islam, lafaz "La ilaha illa Allah" guna memperlancar produktivitas pakaian resmi kerajaan, maka Abdul malik mendirikan pabrik-pabrik kain. Setiap pabrik diawasi oleh "Sahib at-tiraz", yang bertujuan mengawasi tukang emas dan penjahit, menyelidiki hasil karya dan membayar gaji mereka.
Reformasi Fiskal
Ada dua jenis pajak yang dikenakan pada zaman Daulah Umayyah yaitu pajak tanah dan pajak kepala. Semua pemilik tanah baik muslim maupun non muslim diwajibkan membayar pajak tanah. Sedangkan pajak kepala hanya dikenakan kepada penduduk non muslim. Jadi golongan dzimmi dikenakan pajak tanah dan kepala. Sebagai konsekuwensinya mereka hidup dengan merdeka dan tidak diperkenankan untuk mengangkat senjata (ikut perang). Disamping itu ada perbedaan beban pajak antara muslim Arab dan muslim Non Arab. Muslim Arab mendapat keistimewaan-keistimewaan dalam bidang perpajakan sedangkan Muslim non Arab tidak. Diskriminasi dalam bidang pajak ini merupakan bagian yang menyulut timbulnya gerakan untuk menumbangkan Daulah Umayah.
Ilmu Pengetahuan
Perhatian pemerintah Daulah Umayyah tidak hanya berfokus pada hal yang diuraikan di atas, hal ini terbukti ketika Umar bin Abdul Aziz menjabat sebagai khalifah. Beliau memerintahkan kepada pegawai-pegawainya untuk mengumpulkan dan mencatat hadis yang ada di daerah masing-masing. Beliau khawatir terhadap punahnya hadis seiring dengan meninggalnya para ulama. Selain itu bid'ah juga tersebar luas di kalangan masyarakat. Instruksi beliau direspon bagus oleh para bawahannya sehingga terkumpullah beberapa catatan hadis. Diantaranya adalah catatan Ibn Jurayh di Makkah tahun 150 H, Ibn Ishaq dan lain-lain. Maka mulailah babak baru dalam perkembangan hadis, yaitu kodifikasi hadis secara resmi.
Muhammad bin Shiha>b al Zuhriy (51 – 124 H) adalah orang yang ditunjuk oleh beliau sebagai kordinator pengumpul hadis. Penunjukan itu dilakukan karena keahliannya di bidang hadis. Oleh karena itu Ulma hadis memasukkan masa Umar bin Abdul aziz sebagai fase 'as}r al-kita>bah wa al-tadwi>n (masa penulisan dan kodifikasi).
Di samping itu pada zaman dinasti ini, ilmu Nahwu (Gramatika Bahasa Arab) mulai tumbuh. Abu al-Aswad al-Duali adalah orang yang pertama mencurahkan tenaga dan pikirannya terhadap ilmu nahwu pada masa Amawi. Hal itu karena terdorong adanya kerancuabn ungkapan bahasa Arab yang disebabkan perbedaan dialek bahasa berbagai kabilah Arab.
Prestasi yang dicapai oleh dinasti Umayyah tidak hanya berupa pembangunan kota dan masjid-masjid, namun juga didirikan sekolah tinggi ilmu kedokteran yang menurut sejarawan diprakarsai oleh Walid bin Abdul Malik. Hal ini berarti perhatian Daulah Umayyah pada ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat cukup tinggi. Bahkan rumah sakit juga telah didirikan yaitu rumah sakit umum dan rumah sakit khusus untuk penyakit kusta. Disamping itu didirikan tempat penampungan dan pemeliharaan orang-orang buta.
Sastra dan Kesenian
Selama periode kekuasaan Dinasti Umayyah, dua kota Hijaz, Makkah dan Madinah menjadi tempat berkembangnya musik, lagu dan puisi. Sementara itu , kota kembar di Irak, Bashrah dan Kufah berkembang menjadi pusat aktivitas intelektual di dunia Islam.
Kemajuan intelektual paling penting selama periode Dinasti Umayyah terjadi dalam bidang penulisan puisi. Hal ini ditandai dengan munculnya Umar ibn Abi Rabi'ah (w.719) yang dijuluki raja penulis puisi erotis yang berpaham bebas; Jamil al-'Udzri mewakili puisi yang bernuansa cinta murni tanpa hasrat, cinta platonis, sedangkan puisi bernuansa politik dikembangkan oleh Miskin al-Da>rimi.
Sekolah puisi provinsi pada masa Umayyah dikepalai oleh Farazdaq (640 – 728) dan Jarir (w. 729) dan sekolah puisi di ibukota kerajaan dikepalai oleh al-Akhtha>l (640 – 710). Ketiganya lahir dan besar di Irak. Mereka adalah para penggubah puisi satir dan puisi pujian.
Kemunduran Daulah Umayyah
Di antara sebab keruntuhan Daulah Umayyah adalah sebagai berikut:
Pengangkatan dua putra mahkota (Tawliyat al-'ahd ithnayn)
Tidak jarang putra mahkota pertama yang menjadi penguasa memecat status putra mahkota yang kedua. Kemudian mengangkat putranya sebagai putra mahkota yang baru. Kejadian ini menimbulkan rasa permusuhan dan perselisihan di intern istana yang berakibat pada melemahnya persatuan di antara mereka.
Latar belakang terbentuknya kedaulatan Bani Umayyah yang tidak bisa dipisahkan dari konflik-konflik politik yang terjadi pada masa Ali. Kaum Syiah dan Khawarij selalu melakukan perlawanan baik secara terbuka maupun secara sembunyi-sembunyi. Hal ini menyedot kekuatan Daulah Umayyah.
Pertentangan keras antar suku-suku Arab (al-S}ira>'a>t al-Qabi>liyyah)
Pertentangan antara suku Bani Kalb dan Bani Qais yang terjadi pada masa pra Islam semakin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan penguasa Bani Umayyah kesulitan menggalang persatuan dan kesatuan di kalangan bangsa Arab. Ditambah lagi dengan ketidakpuasan kaum Mawali (non Arab) karena diperlakukan tidak sama (dalam perpajakan) dengan muslim Arab. Sistem yang berbeda itu pada gilirannya menyebabkan keresahan dan ketidakpuasan dalam lingkungan muslim non Arab, sehingga pada gilirannya menimbulkan gerakan untuk menumbangkan kekuasaan Umawiyah.
Terlena dalam kemewahan
Pola kehidupan sebagian penguasa dulah Umayyah yang sangat mewah dan senang berfoya-foya juga disinyalir memperlemah kekuasaan bani Umayyah. Sikap ini membuat lengah penguasa terhadap urusan kenegaraan. Disamping itu tokoh agama merasa kecewa terhadap perilaku penguasa yang tidak bisa menjadi suri tauladan.
Munculnya kekuatan baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd. Al-Muthallib. Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syiah, dan kaum Mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar