Jumat, 14 Januari 2011

ORIENTALISME DALAM HADITH


ORIENTALISME DALAM HADITH
by Sariono Sby
PENDAHULUAN

Sejarah panjang mewarnai kajian keislaman, di mana setiap kejayaan peradaban Islam selalu membawa dan mengembangan ilmu-ilmu warisan agama. Fenomena ini –walaupun sebagian sarjana modern mengingkarinya- digenerallisasikan sementara ilmuan sebagai bukti mengakarnya Islam dalam diri manusia dan menjadi postulat untuk menandai masyarakat muslim dengan diktum “kemajuan peradaban islam selalu inklud didalamnya kemajuan kajian keislaman, dan sebaliknya kemajuan kajian keislaman menunjukkan kemajuan peradaban”.
Ketika sunnatullah terlaksana, tercerabutlah perkembangan kajian keislaman pada peradaban Islam dan masyarakat muslim secara umum karena disibukkan oleh perang, kekuasaan dan keserakahan, maka berpindahlah kajian keislaman dibawah kekuasaan Barat-Kristen yang juga menandai luntur pula kemegahan sebuah puncak peradaban yang selama beberapa abad dinikmati dengan sempurna oleh Arab-Islam.
Segera setelah perpindahan itu, kajian keislaman berubah warna sebab berubah subjek pengkaji diiringi dengan berubahnya tendensi serta motivasi yang melingkupinya. Subjek pengkaji dengan membawa misi politis dan ideologis Barat-Kristen ini mengukuhkan diri dalam sebuah kerangka yang diproklamirkan dengan “Kajian Oriental” atau Orientalism. Adapun ranah kajiannya meliputi seluruh ranah kajian keislaman, mulai dengan adopsi ilmu-ilmu sosial yang sekian lama mengukuhkan kekuasaan Arab-Islam, kritik-kritik sosial khususnya serangan terhadap tradisi, sampai pada kajian yang paling fundamental dalam Islam, yaitu Al-Qur’an, Hadith, Hukum, Yurisprudensi serta sistem regulasi dan transformasi ilmiah Islam.
Pada prinsipnya, tidak ada permasalahan bila ilmu dikaji di Timur ataupun di Barat. Yang menjadi persoalan kemudian adalah bila kajian itu dilakukan demi tendensi negatif terhadap objek kajiannya.
Dalam makalah ini penulis menyoroti orientalism dalam melakukan aktivitas kajian terhadap Hadith. Untuk itu tulisan ini dispesifikasikan dalam rumusan:
1. Apakah Orientalisme itu? Dengan rumusan ini diharapkan dapat diketahui hal-hal yang terkait dengan Orientalisme, orang-orang yang terlibat didalamnya (orientalis), serta tujuan-tujuannya.
2. Bagaimana pandangan Orientalis terhadap Hadith? Dari rumusan ini kiranya dapat diketahui sebagian dari bentuk-bentuk kajian orientalis terhadap disiplin ilmu hadith dan kiranya dapat dianalisa dan diberikan klarifikasi.
ORIENTALISME DALAM KAJIANNYA TERHADAP HADITH
A. ORIENTALISME
Terma Orientalisme (Inggris: Orientalism) adalah gabungan dua kata Orient yang berarti Timur, daerah-daerah yang ada di sebelah timur Mediterania, khususnya Asia Timur. Sedangkan Isme (Ism) adalah tambahan yang membentuk makna, sistem keyakinan (set of beliefs) dalam hal prinsip seperti doktrin, atau sebuah konsep praktis seperti kata “konservatif-Isme”. Bisa juga menunjuk pada kualitas tertentu seperti kata “Barbarisme” atau “Heroisme”, atau untuk menunjuk sebuah karakter spesifik yang eksklusif, hanya dimiliki oleh orang tertentu, yang tidak dimiliki oleh orang lain, seperti kata “americanisme”.
Kata orientalisme mempunya makna yang luar biasa berpengaruh dan memiliki makna yang terkadang berbeda dengan assumsi yang ada, misalnya bila orang Islam-Arab awam bila mendengar kata-kata itu tentu ia akan menganggap orientalisme adalah hal yang mengerikan, yang menjadi virus yang akan merusak sistem kepercayaan yang dianutnya. Berbeda dengan politisi Timur, ia akan menganggap kata-kata itu sebagai lawan ideologi laten yang bergerak untuk mencari kelemahan sistem politik timur dan akan digunakan untuk memancangkan hegemoni politik Barat. Dan berbeda pula bila kata itu diamati oleh kaum akademisi timur. Sebaliknya bila diasumsikan oleh orang Barat-Kristen awam, politisi dan akademisi Barat, maka akan bermunculan asumsi yang beragam. Oleh karena itu Edward w. Said mendefinisikan Orientalisme pada 3 Spektrum, yaitu (1) pengertian akademik, (2) pengertian dari sudut perbedaan dari Orient dan Occident, yang berbeda dari sudur ontology dan epistemology, dan (3) orientalisme sebagai institusi yang mengemban misi-misi yang disebut proyek.
Namun dalam spektrum yang luas, orientalisme tidak hanya berbicara tentang marginasi wilayah timur mediterania, bahkan seluruh wilayah yang termasuk “others” atau selain “Barat”/Eropa, berkenaan dengan apa saja yang bisa diartikulasikan lewat bahasa; anatomi, tradisi, sistem sosial, agama dan sebagainya.
Dengan demikian Orientalisme merupakan subuah satuan, institusi atau korporasi (perusahaan) yang bergerak dalam bidang kajian terhadap apa saja yang berkenaan dengan timur dengan tujuan-tujuan tertentu. Adapun orang yang terlibat dalam aktivitas tersebut dinamakan dengan orientalis.
Adapun tujuan-tujuan orientalisme, kalau kita menerima makna orientalisme sebagai sebuah Korporasi atau institusi, maka setidaknya kita dapat melihat dari sudut agama, politik dan ideologi. Dari sudut pandang agama, orientalisme mengemban misi keagamaan Barat-Kristen yang sejak awal menganggap Islam hadir sebagai motor perusak imej pemegang otoritas kebenaran Kristen. Proklamasi Islam terhadap penyelewengan pemuka agama Kristen terhadap ajaran asli Nabi Isa as memuncak dalam propaganda-propaganda hingga muncul perang Salib pada 1095 M.
Tujuan politik yang diemban oleh orientalisme berawal dari tesis bahwa kehadiran Islam sebagai sebuah kekuatan politik yang berhasil mengukuhkan diri pada puncak kejayaan merupakan kesalahan sejarah. Untuk membuktikan tesis itu lah orientalisme mengadakan program kajian serta program aksinya.
Adapun dalam tujuan ideologi, Barat-Kristen menganggap otoritas perkembangan dan kemajuan dunia ada pada kebenaran epistemologi dan filsafat Barat. Oleh karena itu Barat paling layak untuk menjadi rujukan.
B. Pandangan Orientalis terhadap Hadith
Hadith adalah sumber dari segala sumber kajian keislaman setelah Al-Qur’an. Darinya disarikan pokok-pokok dan cabang-cabang ajaran Islam, baik Akidah, Ibadah dan hukum-hukum sosial kemasyarakatan. Hadith juga memainkan peran penjelas bagi Al-Qur’an dan bahkan menjadi otoritas rujukan utama bila Al-Qur’an tidak menyinggungnya.
Berkenaan dengan tujuan yang kita sebutkan di atas, maka kajian terhadap hadith oleh Orientalis dapat kita asumsikan sebagai salah satu varian pembusukan konsep-konsep mapan, atau paling tidak menjadikan umat Islam ragu terhadap landasan Islam yang kedua ini. Di samping itu, keterkaitan erat antara Hadith, Rasul sebagai subjek Hadith dan Al-Qur’an, yang menjadi unsur tak terpisahkan dalam agama Islam, menjadi program alternatif yaitu, apabila terdapat penerimaan terhadap tesis, seperti Hadith adalah buatan ulama Islam belakangan yang tidak ada pada masa Rasul. Maka itu berarti telah diterima pula konsep bahwa kesesuaian Hadith dengan Al-Qur’an bisa dibuat oleh yang bukan Rasul, maka dengan demikian Rasul lebih mungkin membuat-buat bahkan Al-Qur’an itu sendiri.
Kajian terhadap Hadith bukan hal yang baru dalam kajian Islam sejak semula kemunculannya. Namun kesempurnaan kajian tersebut baru terjadi pada masa Al-Bukhari (w. 256 H) dan setelahnya.
Muhammad Ali membagi koleksi hadith yang termetode menjadi lima tahap, yaitu: tahap pemeliharaan (preservation) Hadits, tahap penyebaran hadith sebab tersebarnya orang-orang yang meriwayatkan hadith ke tempat-tempat taklukan, tahap interes penguasa terhadap Hadith karena khawatir berlalunya masa sahabat menyebabkan berlalu pula keberadaan Hadith, tahap pembentukan disiplin Hadith secara mandiri, dan tahap kesempurnaan Ilmu Hadith.
Bahkan kajian Hadith tetap menyediakan metodologi kritik Hadith yang menjadikan Ilmu Hadith menjadi sebuah kerangka paradigma ilmiah yang sempurna dan tersedia media penyempurna.
Kajian Hadith yang menjadi sorotan orientalis menyangkut segala hal, yang bisa digeneralisasikan menjadi; kenabian Muhammad, Sejarah Hadith, dan kajian terhadap materi ilmu Hadith baik dari segi Sanad dan Matn-nya.

B.1. Muhammad SAW
Kajian yang dilakukan Orientalis klasik mengenai Siapa Muhammad, Agama apa yang dibawanya dan apa kepentingannya, membawa kepada banyak konklusi yang –dari sudut pandang Muslim- “Menyakitkan”. Untuk tidak menjadikan tulisan ini bersifat “provokatif”, perlu penulis tekankan bahwa telah terjadi kesepakatan sarjana di seluruh dunia pada saat ini bahwa Islam adalah agama Samawi. Rekruitmen sarjana Muslim secara besar-besaran di abad modern pada universitas-universitas Barat adalah faktor utama pelurusan asumsi itu.
Namun tidak bisa dipungkiri masih tersisanya sentiment-sentimen yang menjadi akibat dari kelukaan Historis, untuk kemudian muncul statemen-statemen sinis terhadap Islam.
Orientalis klassik memiliki pandangan seragam bahwa Muhammad adalah pribadi biasa dan tidak bisa dikategorikan sebagai pembawa risalah kenabian dari Tuhan.
Dalam hemat penulis, pandangan itu adalah cerminan dari paradigma yang membentuk teori tentang kriteria Rasul rancu, di mana mereka menggunakan kriteria Kristen.
Goldziher diakui sebagai orientalis pertama yang memunculkan keraguan kerasulan Muhammad SAW. Muhammad Jamal memperlihatkan list pandangan Goldziher yang berakibat –secara eksplisit- kepada penolakan kenabian Muhammad SAW dalam karyanya “Al-Aqidah wa Al-Syari’ah fi Al-Islam”, antara lain:
1. Pada halaman 24 tertera bahwa Islam merupakan himpunan pengetahuan dan pandangan agama-agama lain yang sengaja dipilih oleh Muhammad.
2. Halaman 34 tentang “Muhammad menegakkan kekuasaannya dengan pedang”.
Dari dua statemen di atas dapat secara langsung dipahami bahwa Goldziher mengajak pembaca untuk melihat bahwa Muhammad adalah sama dengan pemimpin biasa dalam merengkuh kekuasaan dengan kekuatan. Dan juga untuk mengukuhkan stats quonya, ia menyusun konsep-konsep dan aturan dengan rujukan-rujukan tertentu.
Hal yang lebih sinis lagi adalah seperti yang dilakukan K. Hitti, -sebagaimana dikutip oleh Maryam Jamilah-, bahwa Muhammad hanyalah seorang penipu yang lihai.

B.2. Sejarah Hadith
Memang terdapat ketidak samaan dalam spesialisasi para sarjana orientalis dalam meneliti sejarah Hadith. Namun perbedaan itu hanya karena perbedaan spesialisasi. Namun secara umum kita dapat gambarkan kesimpulan yang menyamakan kebanyakan pengkaji orientalis, yaitu bahwa kemunculan Hadith diragukan dan bahkan tidak diakui otentisitasnya.
Dalam membicarakan historisitas perkembangan hadith, Goldziher menganalisa dalam sub judul “The Hadith in its relation to the condlicts of the parties in Islam” menawarkan kesan bahwa hadith muncul pada awalnya adalah merupakan anak dari konflik politik Abbasiyah dan kelompok oposisi murji’ah, yang kemudian keduanya menyerang dan mempertahankan diri dengan bentukan-bentukan teoritis yang saling berlawanan. Di antara rujukan teoritis tersebut adalah Hadith, dimana pengkafiran yang dipropagandakan oleh kelompok penguasa dilandaskan dengan Hadith, sedangkan sanggahan oleh pihak oposisi juga terselip rujukan Hadith. Dengan demikian pembaca diarahkan pada asumsi konflik, dimana semua pihak yang terlibat konflik merasa perlu untuk mendapat legitimasi dari hadith. Lalu bagaimana apabila tidak terdapat hadith yang telah diketahui secara pasti.? Tidak ada jawaban yang disediakan. Namun di sinilah terbangun asumsi provokatif , –paling tidak- pembaca merasa bahwa kemungkinan terbesar adalah legitimasi itu dibuat-buat.
Demikian pula yang terjadi pada J. Schacht, walaupun fokus kajiannya adalah Yurisprudensi Islam, namun pandangan-pandangannya terhadap hadith secara umum tidak berbeda dengan Goldziher, bahkan menawarkan kesimpulan yang lebih jelas yaitu –seperti yang dikutip Fazlur Rahman- bahwa tidak ada landasan hadith dalam Yurisprudensi Islam. Dari pelacakan yang dilakukan, ia temukan bahwa hadith hukum tidak dirujuk kepada Nabi, tetapi pada Tabi’in.
Sesungguhnya –untuk tidak mengulang- klarifikasi terhadap pandangan-pandangan tentang otentisitas hadith telah banyak diberikan oleh –bahkan- sarjana orientalis belakangan seperti Waardenburg, Bosworth dan lain-lain.
Setelah mengungkapkan banyak dinamika dalam bahasannya, Fazlur Rahman mengungkapkan :”That Hadith from Prophet must have existed from the very beginning of Islam, is a fact wich may not reasonably be doubted”.



B.3. Ilmu Hadith
Pandangan orientalis terhadap materi Ilmu Hadith berkenaan dengan Sanad dan Matn sebagai materi pokok. Secara umum kajian terhadap materi ilmu Hadith ini hanyalah merupakan pembuktian dari berbagai tesis yang dikemukakan.
Dalam hal Sanad, ditemukan perbedaan sanad unggulan yang dipegang oleh aliran-aliran yang ada dalam Islam, misalnya, mengarahkan kepada kesimpulan bahwa hadith sarat dengan muatan kepentingan, yang kemudian perlu diragukan otentisitasnya.Adapun dalam hal matn, terjadi penambahan-penambahan yang terdapat dalam koleksi-koleksi hadith yang ada seperti kata أو زراع(Muslim: hadith no: 2948) yang disebut Guillaume sebagai “ucapan Abu Hurairah sendiri”.
Dalam materi Ilmu Hadith ini para ilmuan secara terbuka menerima diskusi dalam rangka melaksanakan tuntutan ilmiah. Ilmu kritik hadith menjadi sorotan utama dalam melacak ketercampuran Hadith dengan yang bukan Hadith dalam rangka pemurnian hadith, tapi bukan sebagai alat generallisasi kegagalan Ilmu Hadith. Tapi paling tidak dalam kajian Hadith, orientalisme telah memberikan sumbangan yang besar untuk membangkitkan semangat seluruh manusia dalam mengkaji Hadith, antara lain, Mu’jam Al-Mufahras li Alfaz Al-Hadith Al-Nabawiyy, dan yang terpenting metode kritik hadith yang dinamis dan dapat dijadikan pembanding dari metode kritik yang telah ada.

PENUTUP
Orientalisme merupakan sebuah institusi yang mengemban misi-misi tertentu dari “Barat” atas “Timur”. Dalam perjalanannya kemudian diisi dengan muatan-muatan kepentingan yang –oleh sarjana orientalis modern- tidak sensitif terhadap sisi-sisi kemanusiaan.
Kajian-kajian yang dilakukan terkadang melahirkan sebuah konklusi yang tidak valid dan oleh pihak objek harus diwaspadai.
Namun demikian ini hanyalah merupakan fenomena yang harus disikapi dengan bijak dengan menempatkan tujuan ilmu di atas tujuan-tujuan lain.
Demikian pula dalam Hadith. Hal-hal yang diketahui sebagai sebuah kekurangan hendaknya membangkitkan gairah untuk mengkaji ulang demi tercapainya kesempurnaan ilmiah.

1 komentar:

  1. ARE YOU IN NEED OF A PROFESSIONAL HACKER?(CATCHING A CHEATING SPOUSE, RECOVERY OF LOST FUNDS, WEBSITE HACK...)
    High prolific information and Priviledges comes rare as i would be sharing with you magnificent insight you wish you heard years before now. As it's been understood that what people don't see, they will never know.
    Welcome to the Global KOS hacking agency where every request on hacking related issues are met within a short period of time.
    If your shoe fits in any of the requested services below, you will be assigned to a designated professional hacker who is systematically known for operating on a dark web V-link protocol.
    The manual operation of this hackers is to potentially deploy a distinguished hacking techniques to penetrating computers and various type of database system to meet your request. Penetration of computing systems are achieved using software tools like Ransomeware, SQL/Keylogger injection. botnet, trojan and DDOS attacks.
    Providing value added services to clients as a hacker has been our sustaining goal.
    Are you faced with cyber challenges like
    ● Hacking into the mobile phone of a cheating spouse.✅ This type of hack helps you track every move of your cheater as we are bent on helping you gain full remote access into the cheater's mobile phone using a trojan clone cracking system to penetrate their social media platforms like Facebook, whatsapp, snapchat etc.
    ●Recovery of lost funds:✅.It saddens our mind when client expresses annoyance or dissatisfaction of unethical behaviours of scammers.
    with a diverse intercall XX breacher software enables you track the data location of a scammer. Extracting every informations on the con database, every requested information required by the Global KOS would be used to tracking every transaction, time and location of the scammer using this systematic courier tracking base method.
    ●Credit Score Upgrade:✅Due to our transformed changes on Equifax tracking , upgrading of credit score are backed by our cyber tech breaching licence, This hacking process drastically generates you an undestructive higher credit score which correlates to a higher level of creditworthiness. The time frame for upgrading a credit score requires eighteen(18) hours
    ● BITCOIN GENERATOR:✅ (Higher job profile). This involves using the ANTPOOL Sysytem drifting a specialized hardware and software implementing tool in slot even-algorithms to incentivize more coins into your wallet which in turn generates more coins exponentially like a dream at specified intervals.
    Other suberb services rendered by the globalkos are
    • Email hacks📲
    • Hacking of websites.📲
    • Uber free payment hacks.📲
    • website hack.📲
    Our strength is based on the ability to help you fix cyber problems by bringing together active cyber hacking professionals in the GlobalkOS to work with.
    For more inquiries and prolific Hacking services visit
    Clarksoncoleman(at)gmail • com.
    Theglobalkos(at)gmail •com.
    ©Global KOS™
    2030.

    BalasHapus