Jumat, 14 Januari 2011

FALSAFAT SOSIAL ISLAM : Ibnu Khaldun


FALSAFAT SOSIAL ISLAM
(MENELUSURI TEORI ILMU SOSIAL IBN KHALDUN)
by Sariono Sby

A. SELAYANG PANDANG TENTANG FILSAFAT SOSIAL
Filsafat Sosial terdiri dari dua kata, yaitu filsafat dan sosial, yang kemudian digabungkan menjadi sebuah istilah dan digunakan untuk menunjuk pada satu sistem ilmu. Filsafat, seperti yang telah diakui secara umum, merupakan produk bahasa dan tradisi Yunani yang disinyalir muncul sejak periode pra-Socrates. Namun yang jelas pada masa Sokrates dan Plato kata ini telah biasa digunakan. Istilah ini berasal dari kata Philo (cinta) dan Shopia (kebijaksanaan). Tentu saja bukan kebetulan bila istilah tersebut hadir dan akrab dalam masyarakat intelektual Islam dan bahkan telah menjadi bagian dari “bahasa” agama.
Yang demikian itu, merupakan konsekuensi logis produk masa Tadwin/ kodifikasi (Pembukuan dan pembukuan ilmu), di mana proyek penterjemahan ilmu-ilmu warisan budaya dan peradaban pra-Islam, khususnya filsafat Yunani bukan hanya untuk memenuhi perpustakaan-perpustakaan kota tempat poros peradaban Islam, tetapi tentu saja dikaji secara intens di fakultas-fakultas dan lembaga-lembaga ilmiah, formal maupun informal. Dengan demikian, pada gilirannya mempengaruhi ilmuwan-ilmuwan muslim.
Tema-tema yang dibicarakan dalam filsafat telah masuk pada seluruh ruang aktivitas berpikir manusia, untuk kemudian mempengaruhi asumsi, persepsi, dan juga terhadap aktivitas manuisa dalam budaya dan peradaban. Dengan wilayah kajian yang tak terbatas ini diperlukan metodologi yang operasionalnya dapat membatasi dan memisahkan ranah kajian. Dalam hal ini filsafat zaman Socratik berjasa menyediakan perangkat dasar metodologi tersebut yang dikemudian hari dimanfaatkan untuk memberikan klassifikasi terhadap filsafat, seperti filsafat alam, filsafat moral, filsafat keabadian (perennial), filsafat manusia, filsafat sosial, filsafat seni dan lain-lain.
Adapun untuk mengetahui makna “sosial” (Inggris: Social) sama sulit dan dilematisnya dengan mengetahui makna “manusia” yang hidup, berkembang dan beraktivitas di dalamnya. Di samping itu adanya ambiguitas dengan kata “masyarakat” (Inggris: Society) yang menambah kekaburan identifikasi serta tidak adanya kata sepakat di kalangan ilmuan. Hingga akhirnya permasalahan makna ini seakan-akan didiamkan oleh ilmuan dan beralih untuk merumuskan generalisasi-generalisasi, dimana, kalau tidak dirumuskan dengan metode dan pendekatan ilmiah yang absah, akan cenderung memunculkan definisi spekulatif dan Shofisticated. Satu hal yang tampaknya disepakati oleh para ilmuan adalah bahwa Ilmu Sosial adalah anak dari filasafat moral. Hal ini berarti kita tidak harus kembali jauh ke belakang dan merambah historisitas filsafat alam walaupun filsafat moral itu sendiri adalah anak dari filsafat alam- dimana terminologi “sosial” harus dilihat dalam kaca mata ilmiah, yang berarti sebuah sistem pengetahuan yang concern mengamati manusia dalam kapasitasnya sebagai kelompok (kecil maupun besar) dengan berbagai gejala yang dimunculkannya.
Demikianlah “sosial” sedangkan sistem ilmiahnya adalah “filsafat”. Maka Filsafat Sosial secara sederhana adalah usaha-usaha ilmiah dalam merumuskan perangkat pengamatan terhadap gejala-gejala yang dan mungkin timbul dalam masyarakat. Maka orang yang concern beraktivitas dalam lingkup sistem ilmu ini disebut “Filosof Sosial”.
Dalam khazanah pemikiran/ filsafat Islam abad pertengahan, baik di Timur (Syiria, Damaskus dan Baghdad) maupun di Barat (Spanyol dan Afrika), kita mendapati tidak serta merta mendiamkan diri dari mengerahkan aktifitas berfikir yang menggunakan “sosial” sebagai objek. Al-Farabi yang dikategorikan sebagai pendiri filsafat gnostic Islam, juga mengarang kitab Madinah Al-Fadilah. Ibnu Sina dengan kaidah-kaidah kesehatannya yang merupakan ilmu alam yang disebut sebagai induk ilmu-ilmu sosial, dan lain-lain.
Namun demikian di bawah ini kita hanya akan menyoroti Ibn Khaldun sebagai prototype filsafat sosial Islam.

B. IBN KHALDUN
a. Biografi Singkat
Abd Al-Rahman Abu Zaid Waliyy Al-Din Muhammad bin Khalid bin Usman bin Hani’ bin Al-Khattab bin Karib bin Ma’ad bin Al-Harith bin Wail bin Hajar Al-Hadrami, masyhur dengan sebutan Ibn Khaldun, lahir di Tunis pada awal bulan Ramadhan 732 H. bertepatan dengan 27 Mei 1332 M. Di Maroko pemerintahan Islam dikuasai oleh Bani Marin (1269-1420 M), di Tunis pada masa pemerintahan bani Hafs (1228-1574 M), Mamalik di Mesir (1250-1517 M) dan kekaisaran Mongolia (1331-1405 M) masih dalam genggaman Timur Lenk menguasai Baghdad. Sekita 4 tahun sebelum kematiannya, Ibn Khaldun sempat bertemu dengan penguasa besar ini.
Para penulis sejarah membagi sejarah Ibn Khaldun menjadi 4 periode, pertama masa kanak-kanak hingga kematian “masal” akibat menyebarnya wabah penyakit pes yang terjadi di daerahnya, yang menyebabkannya kehilangan ayah dan beberapa orang gurunya, periode ini dimulai dari kelahirannya (1332 M) hingga kepindahannya ke Maroko (1349 M). Periode kedua dimulai sejak ia berada di Maroko. Namun yang terpenting dari periode ini adalah aktifitas politiknya sebagai pejabat Bani Marin (1350 M), dan masa 9 tahun yang beliau lewati di istana (1354-1363 M) termasuk peristiwa konflik politik yang mengakibatkan beliau dipenjara selama 2 tahun (1357-1358 M). Termasuk hal penting dari periode ini adalah aktivitas beliau di Granada (1363-1365 M) dan puncak karirnya di Maroko sebagai Hajib (protokol pribadi raja) pada tahun 1365, serta kembalinya ke Fez (1372-1374 M).
Periode ketiga adalah periode kontemplasi (Khalwat) (1374-1378 M). Pada masa inilah beliau menyelesaikan Muqaddimah dari kitab besarnya ‘Ibar hanya dalam waktu lima bulan. Lanjutan dari karya itu diselesaikan di Tunis pada tahun 1382 M. Periode terakhir adalah periode di mana beliau mengambil peran lain sebagai guru dan hakim dan tidak terlalu aktif dalam politik yang beliau lewati di Mesir hingga beliau wafat pada tahun 1406 M/808 H.
Periodesasi seperti di atas adalah penting untuk melihat latar belakang yang mempengaruhi, untuk kemudian, peran ilmiah yang dibangun oleh seseorang. Akan halnya Ibn Khaldun, para peneliti memiliki catatan lengkap hingga penulis tidak menemukan versi yang berbeda. Hal ini terjadi sebab beliau telah menjadi “terpandang” sejak lahir dan aktivitas beliau di bidang politik yang tentu saja akan terpelihara secara administratif dalam pena sejarah. Namun demikian, kita tidak menafikan adanya dugaan-dugaan, seperti apakah beliau menikah dan memiliki keturunan setelah terjadi kekaraman kapal ketika melarikan diri dan terdampar di Granada yang mengakibatkan meninggalnya istri dan anak-anaknya.
b. Kontribusi Rasionalitas dan metodologi
Sungguh telah tergelincir kaki kebanyakan penulis dan sejarawan yang menghafal riwayat dan pendapat-pendapat, kemudian memberikan komentar… lalu semua orang mengambil dari mereka tanpa melakukan penelitian (ghair bahth wa la rawiyyah) dan mengenyampingkan analogi (Qiyas). Kemudian hafalan-hafalan mereka itu masuk dalam disiplin sejarah sehingga ilmu sejarah itu lemah dan tidak orisinil.
Kutipan di atas adalah ekspresi kritis Ibn Khaldun tentang ilmu sejarah. Dengan lugas beliau memperlihatkan keharusan adanya penilaian rasional terhadap teks riwayat yang kemudian akan menjadi dasar bangunan sejarah.
Dari ekspresi ini kita tahu bahwa kita tidak sedang berhadapan dengan sebuah teriakan spontan dari orang yang melihat dan berada dalam kondisi yang tidak bisa diterimanya. Lebih jauh lagi, ini adalah sebuah promosi untuk menciptakan mesin yang akan digunakan untuk meloncati masa kini menuju masa depan, atau –meminjam istilah Al-Jabiri- “proyek”.
Ibn Khaldun prihatin terhadap kondisi riwayat-riwayat yang merupakan data penting untuk kemudian dimasukkan ke dalam karya-karya sejarah. Riwayat-riwayat itu menurutnya masih terdapat celah yang mengaburkan dan akan melemahkan kualitas sejarah yang dihasilkan darinya. Sebab utama kekaburan itu adalah tidak adanya saringan ganda terhadap riwayat.
Para sejarawan telah merasa cukup mengambil riwayat yang telah selesai diverifikasi oleh ahli riwayat untuk dimasukkan ke dalam karya sejarah mereka. Hal inilah yang beliau lihat akan menciptakan kondisi antagonis ilmu sejarah, di mana seharusnya sejarah menuliskan sebuah peristiwa masa lampau dengan seluruh muatan kondisionalnya agar terdapat jembatan penghubung bagi masa sekarang dan akan datang, namun karena tidak tersedianya sarana verifikasi, maka kemudian banyak karya sejarah yang tercerabut dari konteksnya dan menjadi mirip dengan dongeng.
Oleh karena itu, beliau merumuskan metode ilmu sejarah yang pada zaman beliau kita bisa sebut sebagai “Revolusi” ilmiah paling orisinil. Sebelum merumuskan langkah-langkah penulisan sejarah beliau mulai dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan kegunaannya, dengan:
Maka dengan demikian, penting bagi seorang sejarawan untuk menguasai ilmu kaidaah-kaidah politik, karakter alam, perbedaan karakter kelompok-kelompok, tempat dan kondisi... pola interaksi, adat istiadat, kecenderungan, mazhab... hingga dapat mengetahui secara pasti sebab-sebab ada pada setiap berita… maka ketika itu berita yang didapatnya jadi logis berdasarkan kaidah-kaidah yang dimilikinya tersebut.
Setelah mempersiapkan sejarawan yang mumpuni, kemudian beliau merumuskan metodologi sejarahnya. Beliau menulis:
… Saya singkapkan tabir-tabir (ihwal) yang menyelimuti riwayat hidup para pendahulu. Kemudian saya menganalisa dalam setiap bab satu peristiwa ke peristiwa berikutnya, lalu menarik kesimpulan dan pelajaran dari setiap kasus dan peristiwa.., saya juga mengungkapkan seluk beluk, sebab-sebab, dan latar belakang tumbuhnya Negara dan pengelompokan-pengelompokan sosial (‘umran)… didalamnya saya menjelaskan secara detail sejumlah fenomena sosial yang dialami kelompok sosial dan peradaban tersebut, termasuk yang terkait dengan faktor-faktor kejatuhan dan keruntuhan peradaban.
Konstruksi metodologis inilah yang menyebabkan Ibn Khaldun dinobatkan sebagai “Pendiri Ilmu Sejarah”. Namun agak berlebihan bila kita menerima ini dengan serta merta, terutama bila kita melihat komentar Ibn Khaldun sendiri tentang metode pendahulunya; “Sejarawan terdahulu tidak menjadi besar kecuali dengan menggunakan kaidah-kaidah ini, seperti yang dijalani oleh Al-Thabari, Al-Bukhari, Ibn Ishaq dan lain-lain. Hanya saja penulis belakangan tidak mengetahui rahasia ini”. Hanya saja ilmu sejarah berhutang besar kepada Ibn Khaldun yang berhasil mengungkapkan perangkat ilmu dan kegunaannya yang pada masa pendahulunya hanya tersimpan dalam dada mereka. Dengan asumsi beliau adalah perumus namun bukan pertama menemukan, maka kita menerima penobatan itu.
Di tangan Ibnu Khaldun sejarah benar-benar telah menjadi sebuah ilmu yang mandiri. Dengan semangat rasionalismenya telah merubah bentuk sejarah menjadi tidak sekedar “cerita-cerita tentang jatuh bangunnya negara dan kerajaan, kisah-kisah heroik masa lampau, dan yang diabadikan melalui mitos-mitos dan epos-epos kepahlawanan. Lebih dari itu, sejarah yang diekspressikan Ibn Khaldun adalah sejarah Ilmiah yang berintikan “penelitian, penyelidikan dan analisis mendalam terhadap sebab-sebab dan latar belakang terjadinya peristiwa, juga pengetahuan yang akurat tentang asal-usul, perkembangan dan peristiwa hidup matinya sebuah peradaban. Dengan muatan metode semacam ini, ilmu sejarah menemukan arah rasionalitasnya dan disinilah momen filsafat yang ditempuhnya, sehingga pantas dinyatakan salah satu dari cabangnya.
c. Benang Merah Filsafat Sosial
Kita telah melihat jalan yang ditempuh Ibn Khaldun untuk meletakkan sejarah dalam tradisi filsafat dan meletakkannya sebagai pendiri filsafat sejarah adalah konsensus tak terbantahkan.
Pertanyaannya kemudian adalah, jika kita melihat objek kajian sejarah yang merupakan pemberitaan peristiwa yang terjadi di masa lampau di mana peristiwa itu bersifat partikular dan memiliki dunia realitas dan kondisinya sendiri, bagaimana kita bisa mengangkatnya menjadi sebuah tradisi pengamatan intens terhadap semua realitas (dulu, sekarang dan akan datang) ?. Kita akan melihat bagaimana struktur filsafat sosial yang dibangun Ibn Khaldun yang penulis coba utarakan dengan ringkas dan numerik, antara lain:
1. Durkheim mengatakan “Masyarakat bisa dikaji atas dasar Rasionalisme Positivistik”. Rasionalisme yang dimaksud adalah bahwa untuk menjelaskan sebab-sebab segala sesuatu, manusia dapat mengandalkan akal, sedangkan asumsi dasar dari Positivisme adalah bahwa realitas dapat diobservasi dan diukur secara empiris.
Jauh sebelum Durkheim, Ibn Khaldun telah menganggap lemah karya yang ditulis tanpa melalui penelitian dan analogi.
2. Perubahan sosial yang dilihat Ibn Khaldun bersifat saling terhubung antara satu peristiwa dengan peristiwa selanjutnya. Oleh karena itu beliau tegaskan bahwa beliau akan menganalisa “satu peristiwa ke peristiwa berikutnya”. Analisa tersebut diungkapkan berdasarkan “sebab-sebab,.., dan dengan alasan alam”, yang berarti satu sebab memunculkan peristiwa berikutnya. Hal ini juga yang menjadi konklusi sosiologi Spencer ketika dia mengatakan; “perubahan sosial berlaku sebagaimana perubahan spesies”. Dan juga apa yang diyakini oleh penganut teori sosiologi Darwinisme, yaitu bahwa masyarakat itu ditandai dengan adanya proses dorongan perubahan yang bersifat evolusioner dengan suatu pola tertentu. Inilah juga yang disebut Aguste Comte sebagai “Tugas Ilmu Sosial”.
3. Bangunan teori Ibn Khaldun dimulai dengan menetapkan syarat ilmiah yang harus dipenuhi sejarawan agar “bila sesuai dengan kaidah-kaidah pokok yang dimilikinya, maka peristiwa itu benar, dan jika tidak maka harus disingkirkan”. Konsistensi seperti ini oleh ilmuan sosial menjadi syarat penting, seperti yang diungkapkan Duverger: “Seseorang harus terikat pada ide fundamentalnya yang mempergunakan metode-metode pengamatan yang dipakai oleh ilmu-ilmu alam untuk memperlajari gejala-gejala sosial”.
Dari tiga item yang penulis angkat di atas, dapat direkonstuksi menjadi sebuah paradigma dan teori yang jelas terukur. Paradigma tersebut berawal dari pandangan alam yang diyakini Ibn Khaldun, di mana masyarakat adalah sebuah kajian –yang telah beliau illustrasikan dalam kitab ‘Ibar beliau tentang masyarakat dalam spektrum “masa lalu”- objektif dan dapat diamati dan diteliti sebab-sebab muncul, eksis dan hilangnya.
Dari pangdangan tersebut beliau juga telah memunculkan berbagai teori yang pada masa belakangan menjadi teori yang menguasai kajian-kajian ilmu sosial, diantaranya tentang sifat dan karakter manusia sebagai masyarakat sosial, keberadaannya dalam kelompok yang disebut sebagai masyarakat yang dibagi dalam dua karakter (‘umran badawy dan hadary), sampai pada sirkulasi setiap peradaban.
PENUTUP

Dari pemaparan di atas penulis telah –sedikit banyaknya- menunjukkan adanya kebenaran yang tidak sekedar apologi bahwa filsafat benar-benar sebuah tradisi yang tak terpisahkan dari ranah ilmiah masyarakat Muslim.
Tradisi ini telah mempengaruhi khazanah ilmiah masa belakangan dan mempengaruhi banyak bidang, di antaranya adalah masalah-masalah sosial. Tidak hanya itu, sumbangan yang diberikan Islam –khususnya Ibn Khaldun- bahkan telah memberikan rumusan komprehensif untuk sistem ilmiah ilmu-ilmu sosial.
Dengan melihat rumusan sejarah dan dibentuk dengan landasan-landasan filosofis, yang pada sistem ilmu sosial modern menjadi tema-tema sentral, maka Ibn Khaldun pantas disebut pendiri filsafat sosial.

1 komentar:

  1. ARE YOU IN NEED OF A PROFESSIONAL HACKER?(CATCHING A CHEATING SPOUSE, RECOVERY OF LOST FUNDS, WEBSITE HACK...)
    High prolific information and Priviledges comes rare as i would be sharing with you magnificent insight you wish you heard years before now. As it's been understood that what people don't see, they will never know.
    Welcome to the Global KOS hacking agency where every request on hacking related issues are met within a short period of time.
    If your shoe fits in any of the requested services below, you will be assigned to a designated professional hacker who is systematically known for operating on a dark web V-link protocol.
    The manual operation of this hackers is to potentially deploy a distinguished hacking techniques to penetrating computers and various type of database system to meet your request. Penetration of computing systems are achieved using software tools like Ransomeware, SQL/Keylogger injection. botnet, trojan and DDOS attacks.
    Providing value added services to clients as a hacker has been our sustaining goal.
    Are you faced with cyber challenges like
    ● Hacking into the mobile phone of a cheating spouse.✅ This type of hack helps you track every move of your cheater as we are bent on helping you gain full remote access into the cheater's mobile phone using a trojan clone cracking system to penetrate their social media platforms like Facebook, whatsapp, snapchat etc.
    ●Recovery of lost funds:✅.It saddens our mind when client expresses annoyance or dissatisfaction of unethical behaviours of scammers.
    with a diverse intercall XX breacher software enables you track the data location of a scammer. Extracting every informations on the con database, every requested information required by the Global KOS would be used to tracking every transaction, time and location of the scammer using this systematic courier tracking base method.
    ●Credit Score Upgrade:✅Due to our transformed changes on Equifax tracking , upgrading of credit score are backed by our cyber tech breaching licence, This hacking process drastically generates you an undestructive higher credit score which correlates to a higher level of creditworthiness. The time frame for upgrading a credit score requires eighteen(18) hours
    ● BITCOIN GENERATOR:✅ (Higher job profile). This involves using the ANTPOOL Sysytem drifting a specialized hardware and software implementing tool in slot even-algorithms to incentivize more coins into your wallet which in turn generates more coins exponentially like a dream at specified intervals.
    Other suberb services rendered by the globalkos are
    • Email hacks📲
    • Hacking of websites.📲
    • Uber free payment hacks.📲
    • website hack.📲
    Our strength is based on the ability to help you fix cyber problems by bringing together active cyber hacking professionals in the GlobalkOS to work with.
    For more inquiries and prolific Hacking services visit
    Clarksoncoleman(at)gmail • com.
    Theglobalkos(at)gmail •com.
    ©Global KOS™
    2030.

    BalasHapus