Jumat, 14 Januari 2011
IBNU KHALDUN DAN PEMIKIRAN KRITISNYA
IBNU KHALDUN DAN PEMIKIRAN KRITISNYA
PENDAHULUAN
Puncak aktifitas intelektual paling intens yang pernah dimiliki dunia hanya terjadi pada puncak kejayaan Islam, yang hampir tidak ada satu ilmu-pun –selama diketahui- yang didiamkan.
Pada masa Ibn Khaldun, semua cabang ilmu-ilmu pokok agama, filsafat dan sains telah mencapat titik kematangan. Diantara disiplin penting yang mempengaruhi seluruh lini kehidupan masyarakat muslim adalah sejarah.
Dengan metode periwayatan (transmisi), pada awalnya sejarah tidak terpisah dari disiplin ilmu Hadith. Lalu beberapa ilmuan berusaha memilah riwayat dengan tema-tema khusus, seperti peristiwa kelahiran, perang, kiprah politik Rasulullah dan lain-lain. Di masa belakangan, Al-Tabari menulis sebuah karya sejarah yang dimulai sejak Kelahiran Rasulullah, hingga runtuhnya Bani Abbasiyah. Di samping itu telah banyak bermunculan karya sejarah tentang tema-tema tertentu, seperti sejarah Nabi (Sirah Nabawiyah). Dapat dikatakan bahwa karya-karya sejarah pada masa Ibn Khaldun telah membanjiri perpustakaan Afrika Utara dan Spanyol.
Fenomena tersebutlah yang kemudian menjadikan Ibn Khaldun khawatir dan prihatin. Beliau beranggapan bahwa sejarah ditulis tanpa menyediakan lahan metodologi yang dapat berfungsi sebagai saringan ganda setelah verifikasi dalam ilmu riwayat, sehingga mengakibatkan sejarah masuk dalam kondisi antagonis, dimana disiplin ini dalam aplikasinya tercampur antara kebenaran ilmiah dan dongeng. Dengan kegelisahan tersebut, Ibn Khaldun kemudian merumuskan sebuah metodologi kritik sejarah.
Dalam makalah ini penulis berusaha menyoroti metode kritik sejarah yang ditawarkan Ibn Khaldun.
PEMBAHASAN
A. IBN KHALDUN
a. Biografi Singkat
Abd Al-Rahman Abu Zaid Waliyy Al-Din Muhammad bin Khalid bin Usman bin Hani’ bin Al-Khattab bin Karib bin Ma’ad bin Al-Harith bin Wail bin Hajar Al-Hadrami, masyhur dengan sebutan Ibn Khaldun, lahir di Tunis pada awal bulan Ramadhan 732 H. bertepatan dengan 27 Mei 1332 M. Di Maroko pemerintahan Islam dikuasai oleh Bani Marin (1269-1420 M), di Tunis pada masa pemerintahan bani Hafs (1228-1574 M), Mamalik di Mesir (1250-1517 M) dan kekaisaran Mongolia (1331-1405 M) masih dalam genggaman Timur Lenk menguasai Baghdad. Sekita 4 tahun sebelum kematiannya, Ibn Khaldun sempat bertemu dengan penguasa besar ini.
Para penulis sejarah membagi sejarah Ibn Khaldun menjadi 4 periode, pertama masa kanak-kanak hingga kematian “masal” akibat menyebarnya wabah penyakit pes yang terjadi di daerahnya, yang menyebabkannya kehilangan ayah dan beberapa orang gurunya, periode ini dimulai dari kelahirannya (1332 M) hingga kepindahannya ke Maroko (1349 M). Periode kedua dimulai sejak ia berada di Maroko. Namun yang terpenting dari periode ini adalah aktifitas politiknya sebagai pejabat Bani Marin (1350 M), dan masa 9 tahun yang beliau lewati di istana (1354-1363 M) termasuk peristiwa konflik politik yang mengakibatkan beliau dipenjara selama 2 tahun (1357-1358 M). Termasuk hal penting dari periode ini adalah aktivitas beliau di Granada (1363-1365 M) dan puncak karirnya di Maroko sebagai Hajib (protokol pribadi raja) pada tahun 1365, serta kembalinya ke Fez (1372-1374 M).
Periode ketiga adalah periode kontemplasi (Khalwat) (1374-1378 M). Pada masa inilah beliau menyelesaikan Muqaddimah dari kitab besarnya ‘Ibar hanya dalam waktu lima bulan. Lanjutan dari karya itu diselesaikan di Tunis pada tahun 1382 M. Periode terakhir adalah periode di mana beliau mengambil peran lain sebagai guru dan hakim dan tidak terlalu aktif dalam politik yang beliau lewati di Mesir hingga beliau wafat pada tahun 1406 M/808 H.
Periodesasi seperti di atas adalah penting untuk melihat latar belakang yang mempengaruhi, untuk kemudian, peran ilmiah yang dibangun oleh seseorang. Akan halnya Ibn Khaldun, para peneliti memiliki catatan lengkap hingga penulis tidak menemukan versi yang berbeda. Hal ini terjadi sebab beliau telah menjadi “terpandang” sejak lahir dan aktivitas beliau di bidang politik yang tentu saja akan terpelihara secara administratif dalam pena sejarah. Namun demikian, kita tidak menafikan adanya dugaan-dugaan, seperti apakah beliau menikah dan memiliki keturunan setelah terjadi kekaraman kapal ketika melarikan diri dan terdampar di Granada yang mengakibatkan meninggalnya istri dan anak-anaknya.
B. KRITIK SEJARAH
Sungguh telah tergelincir kaki kebanyakan penulis dan sejarawan yang menghafal riwayat dan pendapat-pendapat, kemudian memberikan komentar… lalu semua orang mengambil dari mereka tanpa melakukan penelitian (ghair bahth wa la rawiyyah) dan mengenyampingkan analogi (Qiyas). Kemudian hafalan-hafalan mereka itu masuk dalam disiplin sejarah sehingga ilmu sejarah itu lemah dan tidak orisinil.
Kutipan di atas adalah ekspresi kritis Ibn Khaldun tentang ilmu sejarah. Dengan lugas beliau memperlihatkan keharusan adanya penilaian rasional terhadap teks riwayat yang kemudian akan menjadi dasar bangunan sejarah.
Dari ekspresi ini kita tahu bahwa kita tidak sedang berhadapan dengan sebuah teriakan spontan dari orang yang melihat dan berada dalam kondisi yang tidak bisa diterimanya. Lebih jauh lagi, ini adalah sebuah promosi untuk menciptakan mesin yang akan digunakan untuk meloncati masa kini menuju masa depan, atau –meminjam istilah Al-Jabiri- “proyek”.
Ibn Khaldun prihatin terhadap kondisi riwayat-riwayat yang merupakan data penting untuk kemudian dimasukkan ke dalam karya-karya sejarah. Riwayat-riwayat itu menurutnya masih terdapat celah yang mengaburkan dan akan melemahkan kualitas sejarah yang dihasilkan darinya. Sebab utama kekaburan itu adalah tidak adanya saringan ganda terhadap riwayat.
Para sejarawan telah merasa cukup mengambil riwayat yang telah selesai diverifikasi oleh ahli riwayat untuk dimasukkan ke dalam karya sejarah mereka. Hal inilah yang beliau lihat akan menciptakan kondisi antagonis ilmu sejarah, di mana seharusnya sejarah menuliskan sebuah peristiwa masa lampau dengan seluruh muatan kondisionalnya agar terdapat jembatan penghubung bagi masa sekarang dan akan datang, namun karena tidak tersedianya sarana verifikasi, maka kemudian banyak karya sejarah yang tercerabut dari konteksnya dan menjadi mirip dengan dongeng.
Di samping memberikan gambaran umum tentang kegagalan menyandarkan data pada periwayatan, beliau juga memberikan gambaran tentang ketiadan relevansi verifiksi riwayat dalam mengamati sejarah:
“..hanya bisa diketahui melalui pengetahuan tentang tabi’i al-Umran (karakter kelompok sosial); dan pengetahuan tentang hal tersebut merupakan satu metode yang paling baik dan akurat dalam meneliti segenap peristiwa untuk menentukan nilai faktualitasnya. Penelitian semacam ini bahkan melampaui penelitian terhadap kualitas para perawi (transmitter;pembawa berita). Penelitian atas kualitas ini hanya mungkin dilakukan setelah ditentukan tentang kepastian benar dan tidaknya berita-berita tersebut. adapun bila berita-berita tersebut tidak mungkin terjadi secara factual, maka penelitian tentang kualitas para perawi (jarh wa ta’dil) menjadi tidak berguna sama sekali”.
Setelah merasa cukup membuktian kritisna, beliau kemudian merumuskan metode penelitian ilmu sejarah yang pada zaman beliau kita bisa sebut sebagai “Revolusi” ilmiah paling orisinil. Sebelum merumuskan langkah-langkah penulisan sejarah beliau mulai dengan syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan kegunaannya, dengan:
Maka dengan demikian, penting bagi seorang sejarawan untuk menguasai ilmu kaidaah-kaidah politik, karakter alam, perbedaan karakter kelompok-kelompok, tempat dan kondisi... pola interaksi, adat istiadat, kecenderungan, mazhab... hingga dapat mengetahui secara pasti sebab-sebab ada pada setiap berita… maka ketika itu berita yang didapatnya jadi logis berdasarkan kaidah-kaidah yang dimilikinya tersebut.
C. KONTRIBUSI METODOLOGI
Setelah mempersiapkan sejarawan yang mumpuni, kemudian beliau merumuskan metodologi sejarahnya. Beliau menulis:
… Saya singkapkan tabir-tabir (ihwal) yang menyelimuti riwayat hidup para pendahulu. Kemudian saya menganalisa dalam setiap bab satu peristiwa ke peristiwa berikutnya, lalu menarik kesimpulan dan pelajaran dari setiap kasus dan peristiwa.., saya juga mengungkapkan seluk beluk, sebab-sebab, dan latar belakang tumbuhnya Negara dan pengelompokan-pengelompokan sosial (‘umran)… didalamnya saya menjelaskan secara detail sejumlah fenomena sosial yang dialami kelompok sosial dan peradaban tersebut, termasuk yang terkait dengan faktor-faktor kejatuhan dan keruntuhan peradaban.
Konstruksi metodologis, dengan pendekatan kritis terdahap asumsi, prosedur dan kesimpulan pemikiran yang ada dan dianggap telah mencapai titik kemapanan, Ibn Khaldun telah membuka ruang rasionalitas yang luas bagi penelitiann sejarah yang pada zamannya telah diterima secara a priori.
Dengan berpegang pada epistemologi ini, Ibn Khaldun telah melahirkan banyak teori yang pada masa belakangan merupakan teori yang banyak dianut oleh banyak ilmuan, seperti pengamatannya terhadap sebab muncul, berkembang, lemah dan runtuhnya satu peradapan, oleh orang belakangan dinamakan dengan teori siklus.
Konstruksi metodologis inilah yang menyebabkan Ibn Khaldun dinobatkan sebagai “Pendiri Ilmu Sejarah”. Namun agak berlebihan bila kita menerima ini dengan serta merta, terutama bila kita melihat komentar Ibn Khaldun sendiri tentang metode pendahulunya; “Sejarawan terdahulu tidak menjadi besar kecuali dengan menggunakan kaidah-kaidah ini, seperti yang dijalani oleh Al-Thabari, Al-Bukhari, Ibn Ishaq dan lain-lain. Hanya saja penulis belakangan tidak mengetahui rahasia ini”. Hanya saja ilmu sejarah berhutang besar kepada Ibn Khaldun yang berhasil mengungkapkan perangkat ilmu dan kegunaannya yang pada masa pendahulunya hanya tersimpan dalam dada mereka. Dengan asumsi beliau adalah perumus namun bukan pertama menemukan, maka kita menerima penobatan itu.
Di tangan Ibnu Khaldun sejarah benar-benar telah menjadi sebuah ilmu yang mandiri. Dengan semangat rasionalismenya telah merubah bentuk sejarah menjadi tidak sekedar “cerita-cerita tentang jatuh bangunnya negara dan kerajaan, kisah-kisah heroik masa lampau, dan yang diabadikan melalui mitos-mitos dan epos-epos kepahlawanan. Lebih dari itu, sejarah yang diekspressikan Ibn Khaldun adalah sejarah Ilmiah yang berintikan “penelitian, penyelidikan dan analisis mendalam terhadap sebab-sebab dan latar belakang terjadinya peristiwa, juga pengetahuan yang akurat tentang asal-usul, perkembangan dan peristiwa hidup matinya sebuah peradaban. Dengan muatan metode semacam ini, ilmu sejarah menemukan arah rasionalitasnya dan disinilah momen filsafat yang ditempuhnya, sehingga pantas dinyatakan salah satu dari cabangnya.
KESIMPULAN
Kita telah melihat jalan yang ditempuh Ibn Khaldun untuk meletakkan sejarah dalam tradisi filsafat dan meletakkannya sebagai pendiri filsafat sejarah adalah konsensus tak terbantahkan.
Durkheim mengatakan “Masyarakat bisa dikaji atas dasar Rasionalisme Positivistik” Rasionalisme yang dimaksud adalah bahwa untuk menjelaskan sebab-sebab segala sesuatu, manusia dapat mengandalkan akal, sedangkan asumsi dasar dari Positivisme adalah bahwa realitas dapat diobservasi dan diukur secara empiris.
Jauh sebelum Durkheim, Ibn Khaldun telah menganggap lemah karya yang ditulis tanpa melalui penelitian dan analogi.
Perubahan sosial yang dilihat Ibn Khaldun bersifat saling terhubung antara satu peristiwa dengan peristiwa selanjutnya. Oleh karena itu beliau tegaskan bahwa beliau akan menganalisa “satu peristiwa ke peristiwa berikutnya”. Analisa tersebut diungkapkan berdasarkan “sebab-sebab,.., dan dengan alasan alam”, yang berarti satu sebab memunculkan peristiwa berikutnya. Hal ini juga yang menjadi konklusi sosiologi Spencer ketika dia mengatakan; “perubahan sosial berlaku sebagaimana perubahan spesies”. Dan juga apa yang diyakini oleh penganut teori sosiologi Darwinisme, yaitu bahwa masyarakat itu ditandai dengan adanya proses dorongan perubahan yang bersifat evolusioner dengan suatu pola tertentu. Inilah juga yang disebut Aguste Comte sebagai “Tugas Ilmu Sosial”.
Bangunan teori Ibn Khaldun dimulai dengan menetapkan syarat ilmiah yang harus dipenuhi sejarawan agar “bila sesuai dengan kaidah-kaidah pokok yang dimilikinya, maka peristiwa itu benar, dan jika tidak maka harus disingkirkan”. Konsistensi seperti ini oleh ilmuan sosial menjadi syarat penting, seperti yang diungkapkan Duverger: “Seseorang harus terikat pada ide fundamentalnya yang mempergunakan metode-metode pengamatan yang dipakai oleh ilmu-ilmu alam untuk memperlajari gejala-gejala sosial”.
Dari tiga item yang penulis angkat di atas, dapat direkonstuksi menjadi sebuah paradigma dan teori yang jelas terukur. Paradigma tersebut berawal dari pandangan alam yang diyakini Ibn Khaldun, di mana masyarakat adalah sebuah kajian –yang telah beliau illustrasikan dalam kitab ‘Ibar beliau tentang masyarakat dalam spektrum “masa lalu”- objektif dan dapat diamati dan diteliti sebab-sebab muncul, eksis dan hilangnya.
Dari pandangan tersebut beliau juga telah memunculkan berbagai teori yang pada masa belakangan menjadi teori yang menguasai kajian-kajian ilmu sosial, diantaranya tentang sifat dan karakter manusia sebagai masyarakat sosial, keberadaannya dalam kelompok yang disebut sebagai masyarakat yang dibagi dalam dua karakter (‘umran badawy dan hadary), sampai pada sirkulasi setiap peradaban.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
ARE YOU IN NEED OF A PROFESSIONAL HACKER?(CATCHING A CHEATING SPOUSE, RECOVERY OF LOST FUNDS, WEBSITE HACK...)
BalasHapusHigh prolific information and Priviledges comes rare as i would be sharing with you magnificent insight you wish you heard years before now. As it's been understood that what people don't see, they will never know.
Welcome to the Global KOS hacking agency where every request on hacking related issues are met within a short period of time.
If your shoe fits in any of the requested services below, you will be assigned to a designated professional hacker who is systematically known for operating on a dark web V-link protocol.
The manual operation of this hackers is to potentially deploy a distinguished hacking techniques to penetrating computers and various type of database system to meet your request. Penetration of computing systems are achieved using software tools like Ransomeware, SQL/Keylogger injection. botnet, trojan and DDOS attacks.
Providing value added services to clients as a hacker has been our sustaining goal.
Are you faced with cyber challenges like
● Hacking into the mobile phone of a cheating spouse.✅ This type of hack helps you track every move of your cheater as we are bent on helping you gain full remote access into the cheater's mobile phone using a trojan clone cracking system to penetrate their social media platforms like Facebook, whatsapp, snapchat etc.
●Recovery of lost funds:✅.It saddens our mind when client expresses annoyance or dissatisfaction of unethical behaviours of scammers.
with a diverse intercall XX breacher software enables you track the data location of a scammer. Extracting every informations on the con database, every requested information required by the Global KOS would be used to tracking every transaction, time and location of the scammer using this systematic courier tracking base method.
●Credit Score Upgrade:✅Due to our transformed changes on Equifax tracking , upgrading of credit score are backed by our cyber tech breaching licence, This hacking process drastically generates you an undestructive higher credit score which correlates to a higher level of creditworthiness. The time frame for upgrading a credit score requires eighteen(18) hours
● BITCOIN GENERATOR:✅ (Higher job profile). This involves using the ANTPOOL Sysytem drifting a specialized hardware and software implementing tool in slot even-algorithms to incentivize more coins into your wallet which in turn generates more coins exponentially like a dream at specified intervals.
Other suberb services rendered by the globalkos are
• Email hacks📲
• Hacking of websites.📲
• Uber free payment hacks.📲
• website hack.📲
Our strength is based on the ability to help you fix cyber problems by bringing together active cyber hacking professionals in the GlobalkOS to work with.
For more inquiries and prolific Hacking services visit
Clarksoncoleman(at)gmail • com.
Theglobalkos(at)gmail •com.
©Global KOS™
2030.