Jumat, 14 Januari 2011

MUWATTA' KITAB HADIS PRA KUTUB AL– SITTAH KARYA BESAR IMAM MALIK


MUWATTA' KITAB HADIS PRA KUTUB AL– SITTAH
KARYA BESAR IMAM MALIK
by Sariono Sby
A.PENDAHULUAN
Muwat}t}a’ adalah salah satu kitab hadis tertua produk abad ke-2 H. Muwat}t}a’ merupakan sebuah karya yang tersusun melalui proses yang sangat teliti. Ibnu ‘Abdi al-Bar mengatakan bahwa Imam Ma>lik sangat teliti dalam meriwayatkan hadis hadis dalam Muwat}t}a’, sehingga tak heran jika para ulama’ salaf dan khalaf berpendapat bahwa semua hadis dalam Muwat}t}a’ adalah s}ah}i>h}, semua sanadnya bersambung dan semua hadis mursal dan munqat}i’ di dalamnya, sanadnya bersambung dari jalur lain.
Sementara itu, berbeda dengan pernyataan diatas, Abu Bakar al-Abhary berpendapat bahwa di dalam Muwat}t}a’ terdapat banyak hadis mursal, mawquf, bahkan ditemukan dua ratus delapan puluh lima qaul tabi’i>n. Pendapat ini diperkuat oleh pernyataan Ibnu H{azm bahwa dalam Muwat}t}a’ ditemukan tiga ratus lebih hadis mursal , tujuh puluh hadis lebih yang tidak diamalkan oleh Imam Ma>lik sendiri, dan banyak hadis da’i>f. menurut para ulama’. Kenyataan tentang hadis Imam Ma>lik banyak terdiri dari qaul sahabat dan tabi’i>n, bukan sabda Rasul Allah, memang sangat memungkinkan sekali karena Imam Ma>lik selalu berkumpul dengan para tabi’i>n ahli madinah. Ibnu Sa’ad sendiri menggolongkan Imam Ma>lik sebagai tabi’i>n ahli madinah.
Muwat}t}a’ memang karya monumental, tetapi keh}ujjahannya dalam Islam masih perlu dianalisa lagi. Sebab hadis mursal sendiri bukan sebuah h}ujjah dalam agama, apalagi qaul tabi’i>n ataupun juga hadis da’i>f.
Makalah ini coba menyajikan beberapa data tentang Imam Ma>lik dan Muwat}t}a’-nya untuk dijadikan kajian. Meskipun tulisan ini penuh dengan kekurangan karena keterbatasan penulis dalam melakukan analisa, juga tulisan ini jauh dari kesempurnaan untuk merepresentasikan semua kajian Muwat}t}a’, penulis berharap ini dapat menjadi langkah awal untuk mengantarkan kepada siapa saja yang ingin lebih jauh menelusuri dan mencermati kitab Muwat}t}a’ lebih dalam lagi, dan lebih dari itu untuk menganalisa apakah Muwat}t}a’ cukup kuat untuk dijadikan pijakan dasar dalam beragama ataukah sebaliknya ?
B. Imam Ma>lik dan Hadis Nabi
Para ulama bersepakat akan keahlian dan keagungan Imam Ma>lik dalam Hadis, meneliti perawi, dan menetapkan hukum dari al-Qur’an dan al-Sunnah. Bahkan sanadnya dalam periwayatan Hadis dianggap sebagai as}ah}h}u al-asa>nid (sanad yang paling s}ah}i>h) menurut ulama Hadis, sehingga ia dijuluki dengan silsilah al-dhahab (jalur emas), mereka juga bersepakat bahwa Imam Ma>lik adalah seorang perawi yang thiqah, ‘a>dil, d}a>bit, dan teliti dalam menerima Hadis.
Imam Ma>lik teguh dalam memegang Hadis, mengetahui rija>l Hadis, sehingga banyak guru dan teman-temannya yang menerima Hadis darinya. Ia tinggal di Madinah sebagai tempat bersumbernya Hadis dan wahyu sehingga Imam Ma>lik tidak melakukan rih}lah ke negara lain. Oleh karena itu, kita akan menemukan kebanyakan riwayatnya dari ahli al-H{ija>z dan sedikit sekali dari negeri lain. Orang-orang dari segala penjuru dunia banyak yang mendatangi Imam Ma>lik untuk belajar Hadis dan menanyakan berbagai masalah kepadanya karena kecerdasannya dalam ilmu Hadis dan fikih.
Salah satu indikasi kecintaannya kepada Hadis Rasulullah SAW. adalah makruhnya meninggikan suara ketika belajar Hadis. Ia berdalil dengan firman Allah pada surat al-H{ujura>t ayat 2 sebagai berikut:
يا أيها الذين امنوا لا ترفعوا أصواتكم فوق صوت النبى
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah engkau tinggikan suaramu di hadapan nabi”
Kecintaan Imam Ma>lik kepada Hadis mencakup kecintaannya kepada para sahabat Rasulullah SAW.
Berikut ini komentar para ulama tentang ketinggian dan kecerdasan Imam Ma>lik:
1. Ibnu Mahdi berkata: “tidak ada seorangpun yang lebih tinggi dari Imam Ma>lik dalam kes}ah}i>han Hadis”.
2. Imam Shafi’i berkata: “Jika datang Hadis, maka Imam Ma>liklah bintangnya”. Ia juga berkata: “Jika disebut para ulama, maka Imam Ma>liklah bintangnya”.
3. Al-Bukhari berkata: “Sanad yang paling s}ah}i>h adalah Ma>lik dari Nafi’ dari Ibnu ‘Umar”.
Imam Ma>lik sangat tawadhu dan sangat mencintai Rasulullah SAW. hingga ia tidak pernah mengendarai atau menunggang kuda di Madinah sebagai penghormatan kepada tanah tempat dikuburkannya jasad Rasulullah SAW. Hal ini menunjukkan kecintaan dan penghormatannya kepada Rasulullah SAW. Salah satu contoh aplikatif perhatiannya terhadap Hadis nabi adalah karyanya yang monumental dalam bidang Hadis yaitu kitab al-Muwat}t}a’ yang menghimpun Hadis-Hadis Rasulullah SAW.
C. Mengenal Kitab Al-Muwat}t}a’
1. Definisi al-Muwat}t}a’
Al-Muwat}t}a’ secara etimologi berarti yang dipermudah dan dipersiapkan. Dikatakan dalam kamus :
ووطأه : هيأ ه وسهله.
“Disiapkan dan dimudahkan”.
Lafadh al-Muwat}t}a’ juga bermakna yang dibentangkan dan diperbaiki (dibetulkan).
Sedangkan al-Muwat}t}a’ secara terminologi di kalangan ahli Hadis berarti:
الكتاب المرتب عل الأبواب الفقهية, ويشتمل عل الأحاديث المرفوعة والمو قوفة والمقطوعة, فهو "كالمصنف" تماما وان اختلفت التسمية.
“Kitab yang disusun berdasarkan bab-bab fikih, dan mencakup Hadis-Hadis marfu’, mawquf dan maqt}u’. Istilah ini sama dengan istilah al-mus}annaf meskipun namanya berbeda.”
2. Sebab Penyusunannya
Sebab penamaan kitab ini dengan “al-Muwat}t}a’” karena pengarangnya memudahkannya untuk orang-orang. Adapula yang mengatakan bahwa sebab Imam Ma>lik menamakan kitabnya dengan al-Muwat}t}a’ sebagaimana yang diriwayatkan darinya bahwasanya ia berkata :
"عرضت كتابى هذا على سبعين فقيها من فقهاء المدينة. فكلهم واطأنى عليه-أى وافقنى عليه-,فسميته الموطأ"
“Saya sampaikan kitabku ini kepada tujuh puluh fuqaha Madinah, kemudian mereka semua menyetujuiku, kemudian aku menamakannya “Al-Muwat}t}a’”.
Di samping itu, Abu Ja’far al-Mansur, salah seorang khalifah Abbasiyah, meminta Imam Ma>lik untuk menghimpun Hadis-Hadis yang ada padanya, agar menyusunnya pada satu buku, dan menyampaikannya kepada orang-orang. Kemudian Imam Ma>lik menyusun kitabnya yang kemudian diberi nama “al-Muwat}t}a’”.
Di samping sebab-sebab di atas, kondisi pada masa Imam Ma>lik hidup itu menuntutnya untuk menyusun Hadis dalam sebuah buku, tidak dalam lembaran yang dikhawatirkan tercecer seperti pada abad I hijriyah. Pada saat yang bersamaan, banyak ulama’ lain di belahan dunia Islam seperti Mesir, Syam, Irak, Yaman, Khurasan, dan lain-lain juga melakukan hal yang sama dengan Imam Ma>lik.
Imam Ma>lik sangat bersungguh-sungguh dalam menyusun kitabnya ini, sampai ada yang mengatakan ia menyusunnya selama empat puluh tahun sebagaimana yang diriwayatkan Ibnu ‘Abdi al-Barr dari Umar ibn ‘Abdi al-Wahid al-Auza’i, katanya:
عرضنا على مالك الموطأ فى أربعين يوما فقال: كتاب ألفته فى أربعين سنة أخذتموه فى أربعين يوما ما أقل ما تفقهون فيه.
“Kami belajar kitab al-Muwat}t}a’ kepada Imam Ma>lik selama empat puluh hari, lalu Imam Ma>lik berkata: “Kitab yang saya susun selama empat puluh tahun hanya akan engkau pelajari selama empat puluh hari. Betapa sedikit yang kalian kuasai darinya.”
3. Jumlah Hadis al-Muwat}t}a’
Para ulama berbeda pendapat dalam menghitung jumlah Hadis dalam kitab al-Muwat}t}a’. Ibnu al-Habbab berpendapat bahwa Imam Ma>lik meriwayatkan seratus ribu Hadis, sepuluh ribu di antaranya dihimpun dalam al-Muwat}t}a’, kemudian disesuaikan dengan al-Qur’an, al-Sunnah dan athar sehingga tinggal lima ratus Hadis. Abu Bakar al-Abhari berpendapat bahwa jumlah athar Nabi, sahabat, dan tabi’i>n dalam al-Muwat}t}a’, seluruhnya seribu tujuh ratus dua puluh Hadis. Dari jumlah tersebut, yang musnad ada enam ratus Hadis, dua ratus dua puluh dua Hadis mursal, enam ratus tiga belas Hadis mawquf, dan dua ratus delapan puluh lima qaul tabi’i>n.
Sementara itu, Ibnu H{azm berpendapat bahwa ia menghitung Hadis dalam al-Muwat}t}a’ dan Hadis Sufyan ibn ‘Uyainah jumlahnya lima ratus Hadis musnad pada setiap kitab tersebut, tiga ratus lebih Hadis mursal, tujuh puluh Hadis lebih yang tidak diamalkan oleh Imam Ma>lik sendiri, dan ada juga Hadis yang dianggap da’i>f oleh para ulama.
Perbedaan pendapat ulama dalam menghitung Hadis al-Muwat}t}a’ ini karena perbedaan perawinya. Ulama yang menghitung Hadis tersebut menghitung sesuai dengan riwayat yang ia terima. Oleh karena itu, al-Suyuti dalam kitab Tadri>b al-Ra>wi mengutip perkataan al-Hafidh Salah al-Din al-‘Alai sebagai berikut:
روى الموطأ عن مالك جماعات كثيرة وبين رواياتهم اختلاف من تقديم وتأخير وزيادة ونقص ومن أكبرها زيادات رواية ابن مصعب يعنى نحو مائة حديث. كذلك فى رواية محمد بن الحسن مائة وخمسة وسبعون حديثا زادها من غير طريق مالك منها ثلاثة عشر عن أبى حنيفة و أربعة عن أبى يوسف والباقى عن غيرهما. ومن ذلك اختلفت اقوال الناس فى عد أحاديث الموطأ.
Banyak orang yang meriwatkan al-Muwat}t}a’ dari Imam Ma>lik, dan terdapat perbedaan dalam periwayatan mereka tersebut seperti ada yang dimajukan, diakhirkan, tambahan, dan pengurangan. riwayat yang paling banyak tambahannya adalah riwayat Ibnu Mus}’ab, yaitu sekitar seratus Hadis. Begitu juga dengan riwayat Muhammad ibn al-H{asan ada sekitar 175 Hadis yang ditambahkan bukan lewat jalur Imam Ma>lik, di antaranya 13 dari Abu H{ani>fah, 4 dari Abu Yusuf, dan sisanya selain dari keduanya. Oleh karena itu, orang-orang berbeda pendapat dalam menghitung Hadis-hadis al-Muwat}t}a’.
4. Riwayat-Riwayat al-Muwat}t}a’
Terdapat banyak naskah al-Muwat}t}a’, dan yang terkenal mencapai sekitar 30 naskah dengan berbagai perbedaan tambahan dan pengurangan sesuai dengan perawinya. Imam Al-Suyut}i menyebutkan ada 14 naskah yang terkenal, di antaranya: naskah Yahya ibn Yahya al-Laitsi al-Andalusi, Naskah Abi Mus’ab Ahmad ibn Abi Bakr al-Qasim Qadhi Madinah, naskah Imam Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani pengikut Abi H{ani>fah, naskah Ibnu Wahab, Naskah Ibnu Bakir, naskah Muhammad ibn Muba>rak al-Shuri, dan lain-lain.
Dari naskah-naskah al-Muwat}t}a’ tersebut di atas, riwayat Yahya ibn Yahya ibn Kathir al-Laithi al-Andalusi lah yang dianggap paling s}ah}i>h dan paling masyhur. Kitab al-Muwat}t}a’ yang ada sekarang adalah riwayat Yahya tersebut. Riwayat yang paling besar adalah riwayat Abdullah ibn Muslim al-Qa’nabi, dan riwayat yang paling banyak tambahannya adalah riwayat Abi Mus’ab Ahmad ibn Abi Bakr al-Qurasyi al-Zuhri Qadhi Madinah. Jumlah Hadis yang paling banyak terdapat pada riwayat Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani, dan pada riwayat ini banyak Hadis-Hadis mudah yang diriwayatkan bukan dari Imam Ma>lik serta tambahan dari riwayat yang masyhur tetapi juga tidak mencantumkan beberapa Hadis yang jelas termaktub pada riwayat lain.
5. Sharah} al-Muwat}t}a’
Para ulama banyak yang men-sharah}-kan (memberikan penjelasan) kitab al-Muwat}t}a’, di antaranya:
a. al-Ha>fiz} Abu Umar ibn ‘Abdi al-Barr al-Namiri al-Qurtubi (wafat 463 H.) yang mengarang dua sharah}, yaitu “al-Tamhid Lima fi al-Muwat}t}a’ min al-Ma’ani Wa al-Asanid” yang disusun berdasarkan nama guru (syekh) Imam Ma>lik secara abjad. Dan yang kedua berjudul “Kitab al-Istidzkar fi Sharh Madhahib ‘Ulama al-Amshor”.
b. Jalal al-Din al-Suyuthi (wafat 911 H.) yang mensharah} dengan judul “Kashf al-Mughatta fi Sharh} al-Muwat}t}a’” yang kemudian diringkasnya dalam “Tanwir al-Hawalik”.
c. Muhammad ibn Abd al-Baqi al-Zarqani al-Mishri al-Ma>liki (wafat 1014 H.) yang mensharah} dalam tiga jilid buku yang cukup besar.
d. Abu al-Walid Sulaiman ibn Khalaf al-Baji al-Andalusi yang menamakan sharah}nya dengan “al-Istifa”.
6. Sanad dan Perawi dalam al-Muwat}t}a’
Sanad yang digunakan Imam Ma>lik dalam meriwayatkan Hadis musnad yang terdapat pada kitab al-Muwat}t}a’ adalah:
a. Hadis Ibnu Umar dari Nabi SAW., biasanya ia riwayatkan dari Nafi’, Abdullah ibn Dinar, dan terkadang Ibnu Umar meriwayatkan dari ayahnya dari Nabi SAW.
b. Hadis ‘Aishah dari Nabi SAW. -biasanya diriwayatkan melalui jalur Ibnu Shiha>b dari ‘Urwah, atau melalui Qasim dari ‘Aishah , dari Hisha>m ibn ‘Urwah dari ayahnya, dari ‘Aishahnya sendiri, atau melalui Yahya ibn Sa’id dari ‘Amrah dari ‘Aishah .
c. Hadis Abu Hurairah dari Nabi SAW. diriwayatkannya dari beberapa guru, di antaranya: Ibnu Shiha>b dari Sa’id ibn al-Musayyab dari Abi Hurairah, Ibnu Shiha>b dari Abi Salamah dari Abi Hurairah, Abu al-Zanad dari al-A’raj dari Abi Hurairah, al-‘A’la ibn ‘Abdi rrahman dari ayahnya dari Abi Hurairah, Yahya ibn Sa’id dari Sa’id ibn al-Musayyab dari Abi Hurairah, Suhail ibn Abi Shalih dari ayahnya dari Abi Hurairah, Sumayya dari Abi Shalih dari Abu Hurairah, dan Sa’id ibn Abi Sa’id dari ayahnya dari Abi Hurairah.
d. Hadis Anas dari Nabi SAW. diriwayatkannya dari Ibnu Shiha>b al-Zuhri, Ishaq ibn ‘Abdi llah ibn Abi Thalhah, dan Humaid.
e. Hadis Jabir dari Nabi SAW. diriwayatkan melalui tiga orang tanpa perantara, mereka itu adalah Abu al-Zubair, Wahab ibn Kaisan, dan Humaid al-Thawil, semuanya langsung dari Jabir. Di samping itu, Imam Ma>lik juga meriwayatkan dari Ja’far ibn Muhammad dari ayahnya dari Jabir.
f. Hadis Abi Sa’id al-Khudri dari Nabi SAW. diriwayatkan melalui Abdurrahman ibn Abdullah al-Mazini dari ayahnya dari Abi Sa’id, ‘Amr ibn Yahya al-Mazini dari ayahnya dari Abi Sa’id, dan Muhammad ibn ‘Abdi llah ibn Abi Sha’sha’ah dari ayahnya dari Abi Sa’id.
g. Hadis Sahl ibn Sa’ad dari Nabi SAW. biasanya diriwayatkan dari Abi Hazim dari Sahl ibn Sa’ad.
Hampir lima ratus Hadis yang diriwayatkan Imam Ma>lik dengan sanad di atas. Hadis-Hadis tersebut merupakan Hadis yang paling s}ah}i>h di segala penjuru dunia. Adapun riwayat Imam Ma>lik dari Ali ibn Abi Talib dan Abdullah ibn Abbas jumlahnya sangat sedikit. Hal ini karena mereka berdua tidak menetap di kota Imam Ma>lik dan ia juga tidak pernah bertemu rija>l Hadisnya. Meskipun demikian, ia telah meriwayatkan beberapa Hadisnya.
Imam Ma>lik biasanya meriwayatkan Hadis Ali ibn Abi Talib melalui Ibnu Shiha>b dari Abdullah dan al-Hasan, keduanya anak Muhammad ibn al-Hanafiyah dari ayah mereka berdua. Adapun Hadis Ibnu Abbas dari Nabi SAW. biasa diriwayatkan melalui Ibnu Shiha>b dari Ubaidillah ibn ‘Abdi llah ibn ‘Utbah dari ibn Abbas.
Al-Muwat}t}a’ juga memuat banyak sanad yang disebut “Asah al-Asanid” (Sanad yang paling s}ah}i>h) oleh para ulama. Beberapa sanad itu adalah:
a. Ma>lik dari Nafi’ dari Ibnu Umar. Dalam al-Muwat}t}a’, sanad ini berjumlah sekitar enam puluh lima Hadis.
b. Ma>lik dari Abi al-Zanad dari al-A’raj dari Abi Hurairah. Dalam al-Muwat}t}a’, sanad ini tertulis sekitar lima puluh empat Hadis.
c. Ma>lik dari al-Zuhri dari Salim ibn ‘Abdi llah ibn Umar dari ayahnya. Sanad ini berjumlah sekitar enam Hadis.
d. Ma>lik dari al-Zuhri dari Ibnu al-Musayyab dari Abi Hurairah. Sanad ini kira-kira ada sembilan Hadis.
e. Ma>lik dari al-Zuhri dari ‘Urwah ibn al-Zubair dari ‘Aishah . Sanad ini sekitar dua belas Hadis.
f. Ma>lik dari al-Zuhri dari Anas sekitar lima Hadis.
7. Sistematika Kitab
Kitab al-Muwat}t}a’ adalah kitab hadis yang bersistematika Fiqh. Berdasar kitab yang telah di-tahqiq oleh Muhammad Fuad Abdul Baqi, kitab al-Muwat}t}a’ terdiri dari 2 juz, 61 kitab (bab) dan 1824 hadis. Adapun perinciannya adalah sebagai berikut:
Juz I : (1) Waktu-waktu Salat, delapan tema, 30 hadis, (2) Bersuci, tiga puluh dua tema, 115 hadis, (3) Salat, delapan tema, 70 hadis, (4) Lupa dalam Salat, satu tema, tiga hadis, (5) Salat Jum’at, sembilan tema, 21 hadis, (6) Salat pada bulan Romadlan, dua tema, tujuh hadis, (7) Salat Malam, lima tema, 33 hadis, (8) Salat Jama’ah, 10 tema, 38 hadis, (9) Mengqashar Salat dalam perjalanan, dua lima tema, 95 hadis, (10) Dua hari raya, tujuh tema, 13 hadis, (11) Salat dalam keadaan takut, satu tema, empat hadis, (12) Salat gerhana matahari dan bulan, dua tema, empat hadis, (13) Salat minta hujan, tiga tema, enam hadis, (14) Menghadap qiblat, enam tema, 15 hadis, (15) Al-Qur’an, 10 tema, 49 hadis, (16) Salat Mayat, enam belas tema, 59 hadis, (17) Zakat, tiga puluh tema, 55 hadis, (18) Puasa, dua puluh dua tema, 60 hadis, (19) I’tikaf, delapan tema, 16 hadis, (20) Haji, delapan tiga tema, 255 hadis.
Juz II: (21) Jihad, dua satu tema, 50 hadis, (22) Nadhar dan sumpah, Sembilan tema, 17 hadis (23) Qurban, enam tema, 13 hadis, (24) Sembelihan, empat tema, 19 hadis, (25) Bintang buruan, tujuh tema, 19 hadis, (26) Aqiqah, dua tema, tujuh hadis, (27) Faraid, lima belas tema, 16 hadis, (28) Nikah, dua puluh duatema, 58 hadis, (29) Talaq, tiga lima tema, 109 hadis, (30) Persusuan, tiga tema, 17 hadis, (31) Jual beli, 49 tema, 101 hadis, (32) Pinjam meminjam, 15 tema, 1hadis, (33) Penyiraman, dua tema, tiga hadis, (34) Menyewa tanah, satu tema, lima hadis, (35) Syufa’ah, dua tema, empat hadis, (36) Hukum, empat satu tema, 54 hadis, (37) Wasiyat, sepuluh tema, sembilan hadis, (38) Kemerdekaan dan persaudaraan, tiga belas tema, 25 hadis (39) Budak Mukatabah, 13 tema, 15 hadis, (40) Budak Mudharabah, tujuh tema, delapan hadis, (41) Hudud, 11 tema, 35 hadis, (42) Minuman, lima tema, 15 hadis, (43) Orang yang berakal, dua empat tema, 16 hadis, (44) Sumpah, lima tema, dua hadis, (45) al- Jami’ tujuh tema, 26 hadis, (46) Qadar, dua tema, 10 hadis, (47). Akhlak yang baik, empat tema, 18 hadis, (48) Memakai pakaian, delapan tema, 19 hadis, (49) Sifat Nabi SAW., 13 tema, 39 hadis, (50) Mata, tujuh tema, delapan belas hadis, (51) Rambut, lima tema, 17 hadis, (52) Penglihatan, dua tema, tujuh hadis, (53) Salam, tiga tema, delapan hadis, (54) Minta izin, 17 tema, 44 hadis, (55) Bai’ah, satu tema, tiga hadis, (56) Kalam, 12 tema, 27 hadis, (57) Jahannam, satu tema, dua hadis, (58) Sadaqah, tiga tema, 15 hadis, (59) Ilmu, satu tema, satu hadis, (60) Dakwah orang yang teraniaya, satu tema, satu hadis, (61) Nama-nama Nabi SAW., satu tema, satu hadis.
8. Derajat Hadis al-Muwat}t}a’
Imam Ma>lik hanya meriwayatkan Hadis dari orang yang ‘adil dan terpercaya dalam sikap, akidahnya, kecerdasan, dan tingkah lakunya. Imam Ma>lik pernah berpesan agar jangan menimba ilmu dari empat golongan, yaitu: dari orang yang dikenal bodoh meskipun terpandang, orang yang sering berdusta meskipun tidak dituduh berdusta kepada Rasulullah SAW., orang yang mengikuti hawa nafsunya sehingga mengajak orang lain untuk menuruti hawa nafsunya, dan juga dari seorang guru meskipun dikenal rajin ibadah dan keagungannya jika ia tidak mengetahui apa yang ia ucapkan.
Di antara kehati-hatiannya dalam menyeleksi perawi yang thiqah adalah bahwa Imam Ma>lik pernah menemukan tujuh puluh perawi yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW. bersabda demikian, dan mereka adalah orang yang amanah (dapat dipercaya) sehingga jika salah satu dari mereka dipercaya untuk menjaga bait al-mal pasti mereka amanah. Tetapi tidak boleh menimba ilmu dari mereka karena mereka bukan orang yang ahli di bidang Hadis dan fatwa. Dalam bidang Hadis dan fatwa ini dibutuhkan orang yang bertakwa, wara’, profesional, cerdas dan pintar, sehingga mengetahui secara jelas.
Imam Ma>lik dikenal sebagai seorang yang tashaddud (teliti dan ketat) dalam meriwayatkan Hadis, sehingga ia mensyaratkan perawi Hadis haruslah dapat menghafal kitab sampai dia meyakini bahwa yang ada dalam kitab itu adalah Hadisnya. Banyak metode dalam meriwayatkan Hadis, tetapi dari beberapa metode itu ada kemungkinan terjadi perubahan Hadis atau kurang teliti. Oleh karena itu, Imam Ma>lik hanya menggunakan beberapa metode saja dalam meriwayatkan Hadis. Di antaranya adalah metode sima’, qira’ah kepada syekh (guru), mukatabah, dan munawalah. Semua metode ini yang baik dalam periwayatan Hadis. Tetapi Imam Ma>lik tidak membolehkan metode ijazah, yaitu guru mempersilahkan muridnya untuk meriwayatkan semua atau sebagian Hadisnya secara detail tanpa terjadi perubahan. Ia menolak metode ­ijazah ini karena ia memberikan syarat agar si al-mujaz lah (murid) yang menerima hadis ini merupakan orang yang menguasai Hadis sehingga tidak mungkin terjadi perubahan atau penyimpangan. Di samping itu, ia juga mensyaratkan supaya Hadis yang diriwayatkan dari kitab syekhnya sesuai dengan yang dimiliki gurunya seolah sama persis. Sarat ketiga yaitu guru yang memberikan ijazah hendaklah orang yang menguasai Hadis yang diriwayatkannya, thiqah dalam agama dan periwayatannya, serta dikenal mahir.
Setelah mengetahui ketelitian Imam Ma>lik dalam meriwayatkan Hadis di atas, tak heran jika para ulama salaf dan khalaf berpendapat bahwa semua Hadis dalam al-Muwat}t}a’ adalah s}ah}i>h, semua sanadnya bersambung, dan semua Hadis mursal dan munqathi’ di dalamnya, sanadnya bersambung dari jalur lain.
Ibn ‘Abdi al-Barr mengarang kitab yang menyambungkan Hadis-Hadis mursal, munqathi’ dan mu’addhal dalam al-Muwat}t}a’. Ia berkata:
ما فيه من قوله "بلغنى " ومن قوله "عن الثقة" عنده مما لم يسنده أحد وستون حديثا كلها مسندة من غير طريق مالك إلا أربعة لا تعرف:
أحدها : إنى لا أنسى ولكن أنسى لأسن (أخرجه فى كتاب السهو، حديث 2)
والثانى: أن رسول الله صلى الله عليه وسلم أرى أعمار الناس قبله، أو ما شاء الله من ذلك، فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذى بلغ غيرهم فى طول العمر، فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر (أخرجه فى كتاب الاعتكاف، حديث 15)
والثالث: أن معاذ بن جبل قال: آخر ما أوصانى به رسول الله صلى الله عليه وسلم حين وضعت رجلى فى الغرز أن قال "أحسن خلقك للناس، يا معاذ بن جبل (أخرجه فى كتاب حسن الخلق، حديث 1).
والرابع : إذا أنشأت بحرية ثم تشاءمت فتلك عين غديقة (أخرجه فى كتاب الاستسقاء، حديث 5).
“Semua perkatan Imam Ma>lik seperti “balaghani” (telah sampai kepadaku) dan “‘an al-thiqah” yang tidak disambungkan ada 61 Hadis, semuanya bersambung bukan lewat jalur Imam Ma>lik kecuali empat Hadis yang tidak diketahui, yaitu:
Pertama, Sesungguhnya Aku tidak lupa, tetapi Aku lupa ..... (diriwayatkan dalam Bab Sahwi, Hadis kedua)
Kedua, Sesungguhnya Rasulullah SAW. diperlihatkan umur orang-orang sebelumnya, apapun yang Allah kehendaki terhadap hal itu, seolah Allah mengurangi umur umatnya sehingga tidak dapat mencapai amal seperti orang-orang lain yang berumur panjang. Kemudian Allah memberikan lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan kepada Rasulullah SAW. (diriwayatkan dalam bab i’tikaf, Hadis kelima belas)
Ketiga, Mu’adz Ibn Jabal berkata: Pesan terakhir yang diwasiatkan Rasulullah SAW. kepadaku ketika aku meyimpan kakiku ke kaki beliau bersabda: “Baguskanlah akhlakmu kepada semua orang, hai Mu’az Ibn Jabal. (diriwayatkan dalam kitab Husn al-khuluq, Hadis pertama)
Keempat, Jika menggumpal di laut, kemudian malang, maka itu adalah hujan lebat (diriwayatkan dalam kitab al-Istisqa, Hadis kelima).”
Akan tetapi, keempat Hadis di atas sudah disambungkan sanadnya oleh Imam ibn al-Shalah, sehingga semua Hadis dalam al-Muwat}t}a’ s}ah}i>h. Oleh karena itu, jumhur muhaddithin berpendapat bahwa kedudukan al-Muwat}t}a’ berada setelah s}ah}i>hain atau setelah S}ah}i>h Bukhari dan Muslim.














D. PENUTUP
Imam Ma>lik hanya meriwayatkan Hadis dari orang yang adil dan terpercaya dalam sikap, akidahnya, kecerdasan, dan tingkah lakunya. Di antara kehati-hatiannya dalam menyeleksi perawi, ia hanya menerima perawi dengan derajat thiqah.
Imam Ma>lik dikenal sebagai seorang yang tashaddud (teliti dan ketat) dalam meriwayatkan Hadis, sehingga ia mensyaratkan perawi Hadis haruslah dapat menghafal kitab sampai dia meyakini bahwa yang ada dalam kitab itu adalah Hadisnya.
Al-Muwat}t}a’ sebagai kitab Hadis, perlu diteliti kes}ah}i>hannya. Kes}ah}i>han sebuah Hadis dapat kita lihat dari metode periwayatan yang digunakan Imam Ma>lik dalam kitabnya, sanad yang digunakannya, serta ketelitian redaksi matannya.
Isi Muwat}t}a’ tidak hanya dari sabda Nabi, tetapi juga banyak dari ucapan para sahabat dan perkataan para tabi’i>n, Dari jumlah hadis yang ada, terdapat banyak hadis s}ah}i>h, tetapi tidak sedikit hadis yang dianggap da’if oleh para ulama’.
Sekian dan demikian, semoga ini menjadi bahan pertimbangan untuk melihat kitab Muwat}t}a’ dan mengkajinya lebih dalam lagi, terlebih lagi, masih dibutuhkan analisa yang lebih detail untuk memposisikan Muwat}t}a’ sebagai salah satu kitab hadis yang dijadikan h}ujjah dalam agama.

Lihat video ini !

1 komentar: